02.

You Are Not Alone..

02.

Kyungsoo hanya bisa mendesah melihat kedua insan ini berdebat. Mereka memperdebatkan sesuatu yang tak asing di telinganya, Jongin. Iya Jongin. Juga dirinya.

“Luhan-ah.. Aku mohon, hentikan sikapmu itu.” sentak Sehun dengan nada sedikit tercekat.

Sosok mungil didepannya menatap tajam Sehun. “Apa yang harus aku hentikan? Memangnya aku bersikap seperti apa?” tanyanya dingin.

“Berhenti menggoda Jongin.” Sahutnya pelan.

Luhan berdecak. “Salah aku mendekati Jongin? Salah? Aku menyukainya. Wajar bukan?”

Sehun membuang muka kala mata lentik Luhan menatapnya intens. “Tidak, tapi pikirkan orang sekitar.” Timpalnya pelan.

Gadis mungil itu mendesah pelan seraya melipat kedua tangannya. Pikirannya tak mengerti dengan sikap Sehun yang selalu saja menganggap dirinya berlebihan dalam mendekati Jongin. Itu bukan hal aneh, tapi selalu saja Sehun memperingatinya.

Mungkin Luhan lelah terus berdebat dengan sosok tinggi menyebalkan baginya itu. Ia memilih untuk pergi dan minggalkan Sehun juga Kyungsoo disana. Kyungsoo kembali menggigit bibir bawahnya pelan dengan tatapan memandang nanar sosok Sehun yang tampak begitu kecewa dengan sikap Luhan.

Kyungsoo mengalihkan pandangannya ketika Sehun berbalik menatapnya. Detik berikutnya, sosok Sehun telah duduk manis di sebelahnya.

“Aku minta maaf atas sikap Luhan kepadamu.” Ucap Sehun bersalah.

Kyungsoo tersenyum aneh. “Kenapa kau harus minta maaf? Kau kekasih Luhan?” tanya Kyungsoo polos.

Sehun tertegun dengan pertanyaan Kyungsoo. Itu pertanyaan yang biasa bagi Kyungsoo apalagi ditambah ekspresi polos dari Kyungsoo. Namun bagi Sehun, itu bagaikan tombak yang siap menghancurkannya.

“Oh, bu-bukan. Dia hanya teman sekelasku dan Jongin.” Jawabnya pelan.

“Lalu kenapa kau begitu peduli kepadanya? Benar yang dikatakan Luhan. Dia tidak salah mendekati Jongin. Bukankah Jongin juga masih sendiri? Lalu kenapa kau melarangnya?” tukas Kyungsoo.

Sehun terhenyak mendengar kata-kata Kyungsoo. Sebentar ia terdiam memahami sosok manis di sebelahnya ini. Dirinya mencoba berpikir apa yang ada di pikiran Kyungsoo. Aneh memang, sosok Kyungsoo dengan polosnya mengatakan hal itu. Atau mungkin ia memang tidak mengetahui Jongin menyukainya dan ia juga tidak menyukai Jongin. Kalaupun iya menyukai mengapa dengan mudahnya mengatakan hal itu?

“Yahh, demi keselamatan bersama saja.” jawabnya asal. Sehun tak tahu apa yang harus ia jawab.

Gadis itu menautkan alisnya. “Keselamatan? Maksudmu apa?” wajah polosnya begitu terlihat cantik. Sehun sempat tertegun sejenak dengan kepolosan Kyungsoo. Namun detik berikutnya ia tersadar lalu beranjak dari duduknya.

“Terlalu lama berbicara denganmu bisa membuatku kehilangan akal. Aku harus kembali kekelas. Annyeong..” Sehun mengayunkan tungkainya menjauhi Kyungsoo.

Mata besar Kyungsoo melebar dengan alis yang menaut sempurna. Sosok manis ini tak paham dengan kata-kata Sehun yang dirasanya ambigu. Namun ia tak ambil pusing dan mengikuti Sehun untuk beranjak lalu pergi menuju kelasnya.

∞∞∞

“Kau harus bisa bergerak seperti ini, Luhan-ah.” ucap Jongin seraya membenarkan letak tangan Luhan. Mereka tengah mempelajari gerakan tarian Tango. Kebetulan Luhan dipasangkan dengan Jongin. Ah bukan kebetulan, tapi memang Luhan yang meminta ketua kelas untuk memasangkan mereka.

Luhan memegang erat tangan Jongin dan mengikuti apa yang dikatakannya. Meskipun Jongin dengan telaten memberikan arahan kepada Luhan, tampaknya ia sedikit kesulitan. Terlihat dari keluhan yang sering muncul dari bibir tipisnya.

“Tari tango memang susah Luhan. Kalau kau mau mudah kita dansa biasa saja.” Jongin mendesah putus asa. Namun tangan Jongin masih memegang pinggang Luhan menyeiramakan dengan gerakannya.

Gadis mungil itu melepaskan tangan Jongin lalu berjongkok kesal di atas lantai. Bibir tipisnya mengerucut, tangan kurusnya meraih botol minum lalu meneguknya pelan. “Kita tidak akan menampilkan sesuatu yang istimewa kalau hanya dansa biasa Jonginnie. Aku mau penampilan kita yang terbaik nanti.”

“Begitu? Yaa berarti kau harus bisa berlatih lebih giat lagi.” Sahutnya malas.

Luhan hanya mencibir kata-kata Jongin. Ia kesal dengan sikap Jongin yang seolah tak tertarik berkolaborasi dengannya. Padahal baginya ini akan menjadikan sesuatu yang bisa menimbulkan kecemburuan di semua siswa. Termasuk Kyungsoo.. Juga Sehun? Mungkin saja..

Merasa tak nyaman berada disekitar Luhan, Jongin beranjak dan menghampiri Sehun yang telah duduk entah sejak kapan di salah satu bangku di ruangan itu. Wajahnya sedikit bisa dibilang tengah menahan sesuatu. Seperti amarah, atau cemburu? Mungkin..

Tubuh tingginya dijatuhkan tepat disebelah Sehun. Sebentar ia menghela nafas berat. “Tenang, aku hanya melakukan tugas. Aku tidak menyentuhnya secara berlebihan.” Tukas Jongin pelan.

Sehun tersenyum miring. “Aku mengerti. Tidak ada pengaruhnya itu kepadaku.” Sahutnya.

“Wajahmu menahan cemburu hey Sehunnie! Kau tidak bisa membohongi mataku.”

“Mungkin.. Tapi itu memang yang diinginkan Luhan. Mau kau menyentuhnya secara berlebihan kalaupun Luhan senang aku bisa apa?” desahnya. Tangannya yang menganggur digunakan untuk memainkan pensil kayu dengan memutar-mutarnya pelan. “Kau beruntung bisa berpasangan dengan Luhan.”

Jongin berdecak. “Kalau bukan Luhan yang merengek, mana mau aku? Kau tau sendiri ‘kan bagaimana Luhan kalau sudah di sekitarku?” ungkapnya.

“Hahaha..” Sehun memaksakan tertawa meski terdengar garing. “Dia terlalu menggilaimu hingga tidak menyadari kehadiranku. Ah iya, aku tanya. Hubunganmu dengan Kyungsoo, sejauh apa?”

Jongin tersentak lalu menatap aneh Sehun. “Sahabat. Kenapa?” tanya Jongin heran.

“Hanya itu?” Sehun ragu dengan jawaban yang diberikan Jongin. Meski ia sedikit percaya dengan lontaran kata Jongin, namun rasanya ada yang aneh. Tak mengerti apa, memang ada yang aneh dengan kedua orang yang sempat ia ajak berbicara ini.

Pemuda berkulit tan itu menghela nafas panjang. “Iya, hanya itu. Kenapa?”

“Tidak, bukankah kau menyukainya? Kenapa kau tidak menembaknya?”

Pertanyaan itu, sudah berapa banyak pertanyaan itu terdengar di telinga Jongin. Seolah tak ada pertanyaan lain yang tersisa ketika orang-orang membicarakan dirinya juga Kyungsoo secara bersamaan.

Jongin menyenderkan bahunya yang terasa lebih berat. “Dia tidak menyukaiku. Jadi percuma kalau aku menembaknya.” Sahutnya pelan.

“Hahahaha, alasanmu sama sepertiku. Tapi kau terlalu lama memendam rasamu. Gara-gara kau juga aku tidak bisa mendapatkan Luhan.” Candanya dengan nada sedikit tertahan.

Jongin berdecak pelan. “Jangan salahkan aku! Aku tidak mau Kyungsoo menjauhiku hanya gara-gara ia menolak diriku.” Tanggapnya. Lalu ia menegakkan tubuhnya dan memandang penuh arti Sehun di sebelahnya. “Kalau masalah Luhan, aku rasa kau bisa mendapatkannya jika kau berani berbuat nekad kepadanya.” Tukas Jongin disertai seringaian manis diwajahnya.

Pemuda tampan itu melongo tak paham dengan kata-kata Jongin, ia mengerutkan dahinya heran. “Maksudmu apa hey dengan berbuat nekad?” tanya Sehun.

Jongin hanya tertawa renyah. “Pikirkan saja sendiri.” Ucapnya lalu beranjak meninggalkan Sehun yang masih bingung dengan perkataannya.

Pundak Jongin terangkat saat bibirnya mengeluarkan tawa renyah seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Namun ia terdiam sejenak. Perkataan Sehun ada benarnya. Sampai kapan ia hanya menganggap seorang Kyungsoo sebagai sahabat yang ia cintai? Dan tak beralih status sebagai seorang kekasih? Jongin mendesah berat seraya menyeret kembali kakinya. Hatinya tiba-tiba terasa tak tenang memikirkan itu.

∞∞∞

Sepulang sekolah, sosok tinggi Jongin telah berdiri manis di sebelah pintu ruang kelas Kyungsoo. Ia sengaja menunggu Kyungsoo disitu. Tempat yang tidak biasa ia tempati ketika berdiri menunggunya. Karena Kyungsoo sering mehilang bila tak ditunggu lebih dulu. Walaupun Jongin sering mengatakan untuk pulang bersama.

Senyum Jongin mengulas lebar kala lensa kelamnya menangkap sosok Kyungsoo yang juga melemparkan senyum kepadanya. Tangan Jongin mengulur untuk mengajak Kyungsoo bergandengan tangan, namun sayangnya ditolak oleh Kyungsoo.

“Kau akan langsung pergi kerja?” tanya Jongin ketika kaki mereka saling mengayun menciptakan langkah pelan.

Kyungsoo mengangguk kecil. “Eum, aku langsung ke coffee shop. Kenapa Jongin-ah?”

“Boleh aku menemanimu?” tawarnya.

Sejenak Kyungsoo terdiam memikirkan tawaran Jongin. Detik berikutnya, anggukan ia berikan sebagai jawaban atas tawaran itu. Jongin tersenyum senang lantas menarik tangan Kyungsoo untuk berjalan lebih cepat agar tak ketinggalan bis yang akan membawa mereka.

Beberapa waktu berlalu, keduanya telah sampai pada coffee shop dimana Kyungsoo bekerja. Lantas Kyungsoo masuk kedalam cafe diikuti Jongin di belakang. Seperti kata Jongin tadi, ia ingin menemani Kyungsoo bekerja dengan duduk tenang di pojok cafe. Seraya memperhatikan gerak lincah tubuh Kyungsoo yang tampak sekali menikmati pekerjaannya ini.

Bibir Jongin mengembang saat menangkap senyum manis mengulas di wajah cantik Kyungsoo. Bahkan matanya tak berkedip untuk sedetikpun agar tak kehilangan momen melihat makhluk Tuhan yang paling cantik itu.

“Minummu habis, mau aku buatkan lagi? Kali ini aku yang akan membayarnya.” Tukas Kyungsoo seraya mengambil gelas bekas pengunjung juga beberapa sampah yang ditinggalkan pengunjung.

Jongin tersenyum. “Kalau kau tak keberatan, aku bersedia menerima.” Jawabnya senang.

“Baiklah, kau mau apa? Sama dengan tadi? Ice Moccachinno?”

Pemuda berkulit tan itu menggeleng pelan. “Saat ini dingin Kyungie. Buatkan aku yang panas saja.” Giginya tampak berjejer rapi.

Kyungsoo tersenyum menanggapi permintaan Jongin. “Begitu? Oke, tunggu sebentar.” Lantas ia meninggalkan Jongin dengan tangan membawa beberapa gelas kotor juga sampah.

Setelahnya, Jongin menikmati kembali minuman panas yang disediakan oleh Kyungsoo. Senyum manis selalu ia pancarkan kala mata tajamnya menyorot pelan Kyungsoo yang sedang melayani para pengunjung dengan senyum tak berhenti melekat. Rasanya ada ketenangan sendiri melihat sosok Kyungsoo bagi Jongin. Ini yang membuat Jongin semakin menumbuhkan kasih sayangnya kepada Kyungsoo dan rasa ingin melindungi lebih dalam lagi.

Hampir dua jam Jongin menunggu dan mengamati Kyungsoo di cafe itu tanpa ada kegiatan lainnya. Cukup bosan memang, namun tak masalah baginya asal bisa melihat sosok yang dicintai dengan waktu yang lumayan lama. Jongin kembali memperhatikan senyum Kyungsoo yang seolah tak bisa menghilang dari bibirnya. Terus saja, sejak ia melayani para pelanggan senyum itu menari dibibir penuh itu.

Beberapa menit kemudian, ponsel Jongin berdering. Menandakan sebuah telepon masuk. Jongin mengangkatnya. Setelah Jongin mendengar siapa yang menelpon, sebuah desahan kecewa muncul dari bibirnya. Sang eomma memintanya untuk pulang dan membantu keluarga dirumah.

Sedikit berat hati ia meninggalkan Kyungsoo saat Kyungsoo berada didapur. Alhasil Jongin tidak sempat berpamitan kepadanya.

Seperti yang Jongin duga sebelum ia pergi, Kyungsoo memutar kepalanya untuk mencari Jongin. Mata besarnya tak menemukan Jongin disana. Yang ia lihat hanya sisa minuman Jongin yang masih seperempat bagian.

“Kemana Jongin? Kenapa tidak bilang kalau pergi?” gumam Kyungsoo pelan sembari mengambil sisa minuman itu dan membawanya ke dapur untuk dibuang.

Setelahnya, Kyungsoo kembali bekerja seperti biasa. Kali ini rasanya sangat melelahkan. Pengunjung yang datang tampak lebih banyak daripada biasanya. Ia sedikit kewalahan hingga kepalanya terasa berputar.

Nampan yang dibawa Kyungsoo terjatuh. Ia terduduk dengan tangan memegangi kepala yang tiba-tiba terasa pusing. Mata besarnya mengerjab menghilangkan kunang yang menyerangnya. Benar-benar ia merasakan pusing yang luar biasa.

“Kyungsoo-ya! Kau baik-baik saja?” tanya pemilik cafe itu seraya memegang tubuh Kyungsoo yang tampak akan terjatuh.

Kyungsoo tak menjawab, dirinya masih fokus pada kepalanya yang masih sangat pusing.

“Pulang dan istirahatlah! Sepertinya kau sedang tidak sehat.” ucapnya lagi.

Sedikit dipaksa, Kyungsoo menatap sang bos lalu menggelengkan kepalanya. Ia menolak saran sang bos dan memilih untuk kembali bekerja.

“Hey! Kau tidak bisa bekerja dengan keadaan seperti ini. Aku tidak mau pegawaiku sakit karena terlalu lelah bekerja. Ayo aku antar kau pulang saja.” tukasnya khawatir.

Kyungsoo tak bisa menolak tawaran Joonmyeon sang bos. Ia menurut saat Joonmyeon menggandeng tangannya dan mentitah dirinya agar sampai didalam mobil dengan hati-hati. Kyungsoo duduk dibangku sebelah pengemudi dengan terus memegang kepala yang terasa sangat pusing sekali. Bahkan air matanya tiba-tiba ikut turun perlahan.

Sementara lelaki yang berada di sebelahnya itu memandang khawatir Kyungsoo. Hatinya ikut sakit melihat Kyungsoo yang terkulai lemas. Baru kali ini ia melihat pegawainya menderita pusing yang tampak amat menyiksa.

“Ingin aku antar ke rumah sakit dahulu?” tawar Joonmyeon.

Kyungsoo merintih pelan. “Ti-tidak perlu sajangnim.” Jawabnya lirih.

Joonmyeon mengalihkan pandangannya pada Kyungsoo sejenak. “Hey! Kau sungguh tidak sehat dan tidak baik-baik saja. Kajja aku bawa kau ke rumah sakit.” ucapnya semakin khawatir.

“Tidak perlu. Ini hanya pusing biasa, aku akan istirahat dirumah saja.” tolak Kyungsoo lembut disertai senyum tipis meyakinkan.

Pemuda itu hanya mendesah pelan. “Baiklah kalau itu maumu. Tapi kau harus berjanji, jangan lupa makan dan minum obat.” Tukasnya lagi.

Kyungsoo mengangguk paham dengan senyum tipis yang manis. Ia merasa nyaman mendapatkan perhatian dari Joonmyeon atasannya. Bukan hanya saat ini saja ia mendapatkan perhatian itu. Hampir setiap hari meski ia tidak dalam keadaan sakit sekalipun. Wajah khawatirnya, suara paniknya dan tangan halusnya dapat dirasakan oleh Kyungsoo. Ia tahu bahwa apa yang dilakukan sang bos itu terlihat tulus.

Sesampainya mereka di depan rumah Kyungsoo, segera ia turun dari mobil. Kyungsoo membuka pagar kayu rumah mereka lalu memandang sejenak wajah Joonmyeon.

Gomawoyo sajangnim. Aku akan masuk dulu.” ucapnya pelan diiringi bungkukan dalam dengan bibir mengulas senyum.

Joonmyeon mengangguk. “Eum, masuklah! Diluar dingin.” ucapnya seraya melambaikan tangan.

Kyungsoo membalas lambaian itu kemudian berbalik dan masuk kedalam rumah.

Setelahnya, Kyungsoo membuka pintu rumahnya. Terlihat tampak sepi sekali. Tak ada satu penerangan yang nyala dan menghilangkan kegelapan rumah sederhana ini. Ia heran, kemana eommanya pergi? Atau eommanya sedang di rumah suami barunya? Entahlah..

Lantas ia masuk kedalam kamar. Melepas jaket tebalnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Pusing yang ia derita sudah cukup berkurang. Sehingga Kyungsoo mampu berjalan dengan kekuatan yang tersisa untuk mandi dan mengambil makan.

Tiba-tiba pusing yang sempat hilang beberapa waktu kembali menyerang Kyungsoo. Matanya berputar merasakan pusing yang amat dalam. Bukan hanya pusing, kali ini sesuatu mengalir dari hidungnya. Kyungsoo mengelap aliran itu yang ternyata ada adalah darah.

Gadis mungil itu tercekat melihat darah merah keluar dari sana. Apa yang terjadi kepadanya? Kepalanya pusing sekali. Ia sungguh tak tahan dengan sakit yang mendera.

Sedikit terhuyung, ia mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja. Tangannya bergetar ketika berusaha menekan satu persatu nomor diponselnya. Setelah sambungan telepon itu tersambung, ia menahan pusing seraya terus memegang ponselnya.

Dua kali ia melakukan panggilan kepada pemilik nomor diseberang. Namun masih tak ada jawaban.

Kepalanya terasa sangat tak bersahabat kali ini. Hingga ia terjatuh dan ponselnya itu terlempar.

“Haloo.... Kyungsoo-yaa... Ada apa?” ternyata telepon yang ia lakukan diangkat oleh lawannya.

Tak ada jawaban dari Kyungsoo, suara dari seberang terdengar lebih tinggi. “Hey! Kyungsoo-ya.. Do Kyungsoo... Ada apa? Kenapa kau tidak bicara?”

Kyungsoo masih dalam keadaan tak sadarkan diri di atas lantai kamarnya yang dingin.

“Kyungsoo-ya... Kyungsoo-yaa..” bukan hanya tinggi, tetapi juga khawatir. Suara dari seberang tampak sangat khawatir.

“Kau ada dimana? Kenapa tidak berbicara kepadaku? Kyungsoo-yaa... Ayo bicaralah..” seolah rasa penasaran masih memburu didirinya, pertanyaan itu terus keluar dari sana.

Namun tetap tak ada jawaban dari Kyungsoo. Hingga sambungan itu tiba-tiba terputus.

 

TBC


Annyeong, author bawa part duanyaa..

Mohon komentar, Subcribe sama upvotenya yaaa..

Gomawoo...

 

Regard

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Next chapter will be updated tomorrow , so wait for it .. :)

Comments

You must be logged in to comment
potatoria
#1
Chapter 16: A TIDAK AKHIRNYAA
HAPPY ENDING <3

Hooo penantian sejak september berujung memuaskan muehehehe akhirnya di lanjut. Terima kasih banyak author nim ;-;)/
Aku menantikan karya kaisoo lagi, atau nggak myungstal wkwkwk xDd

Semangat!
potatoria
#2
Author update yang ini dong ;A;)/ sudah berbulan2 gaada kabar nih hue ;;;;---;;;;
archiffaowiqlay
#3
Chapter 15: Yah thorrr masih tbc nihhh? Lanjutannya dong thor
archiffaowiqlay
#4
Chapter 14: Akhirnya...semoga kebahagian selalu meliputi mereka hehehe
archiffaowiqlay
#5
Chapter 13: Thor please jangan bikin soo mati...thorrrr...aishhhh
archiffaowiqlay
#6
Chapter 11: Ahhhh jadi gak tega ama lulu...semangat ya lulu.. mr. Oh se rangkul lulu lah biar dia bisa move
archiffaowiqlay
#7
Chapter 10: Thor...walau bagaimanapun aku menyukai ini...gak tega sih ama lulu.. tapi, soo udah menangis terlalu banyak Thor...jangan bikin soo nangis lagi Thor yaaa
archiffaowiqlay
#8
Chapter 9: OMG jong oppa emang the best dehhh...co cweet
archiffaowiqlay
#9
Chapter 8: Yahhh...kasihan soo...jong oppa harus jagain soo pokoknya
archiffaowiqlay
#10
Chapter 7: Jong oppa emang yang terbaik!!!!