09.

You Are Not Alone..

 Part 09.

Beberapa hari dilewati Kyungsoo dengan sedikit terluka. Hidupnya nyaris sama dengan sebelumnya. Sedikit berbeda ketika kedua orangtuanya memperhatikan dirinya namun bagaikan di dalam penjara ketika Luhan yang turun tangan sendiri. Tak hanya sekali bahkan bisa dibilang sering Luhan memanfaatkan Kyungsoo. Tak mau tahu dan tak ingin tahu dengan keadaan Kyungsoo. Ia terus saja memerintah Kyungsoo bagaikan seorang pembantu. Sikapnya yang menyebalkan itu didukung dengan keberadaan eomma dan appa yang hanya akan ada di rumah dalam waktu-waktu tertentu sehingga sangat menguntungkan bagi Luhan.

Masih terlalu pagi memang untuk mendengar pekikan nada tak suka yang muncul dari mulut Luhan. Sialnya, meskipun ini masih pagi kedua orangtua mereka telah berangkat bekerja. Menyisakan Luhan dan Kyungsoo di tempat semewah itu. Ini hal yang sangat disukai Luhan namun dibenci Kyungsoo. Tidak, Kyungsoo tak membencinya. Ia hanya menyayangkan sikap Luhan yang sangat tak menyukainya dan membencinya itu.

“Ku bilang untuk menyiapkan keperluan sekolahku, kenapa kau masih sibuk dengan dirimu sendiri ??” Sentak Luhan seraya meletakkan kasar tas miliknya tepat di hadapan Kyungsoo.

Kyungsoo berjengit lalu menatap bingung Luhan. Tak lupa ia mengucapkan maaf berulang kali.

“Kau bukan sekali melakukan ini ‘kan ? Kenapa pura-pura lupa ?”

“Tidak .. Maaf Lu- Ah, unni, aku sedang membereskan bukuku sendiri.”

Luhan berdecak. “Harusnya kau tahu tanpa aku perintah.” Sahutnya datar seraya mengdorong buku-buku di atas meja hingga berserakan dan meninggalkannya sendiri bersama Kyungsoo. Luhan tersenyum sinis sebelum pergi begitu saja.

Sementara Kyungsoo hanya bisa mendesah tertahan. Ia cukup kuat dengan perlakuan seperti ini. Dengan cepat ia memungut kembali buku-buku itu. Sempat ia melirik jam yang menggantung, sebentar lagi. Kalau ia tak cepat ia akan terlambat.

∞∞∞

Ini cukup menyiksa dirinya, Kyungsoo selalu berharap agar bisa hidup bahagia. Tapi ia merasa jika Tuhan terlalu tak adil untuknya. Selama ini, sekalipun ia tak mendapatkan apa yang ia inginkan. Sebuah keluarga hangat tanpa ada penyiksaan di dalamnya. Memang, ia memiliki kedua orang tua yang lebih baik dan menyayanginya, tapi Luhan ? Kyungsoo hanya bisa menunduk di sepanjang jalan ketika hal itu terngiang-ngiang di kepalanya.

Jika Luhan memang memiliki hati yang baik, setidaknya ia membiarkan Kyungsoo menumpang mobilnya. Nyatanya, Luhan meninggalkan Kyungsoo sendiri saat ia membereskan piring makanan dan berangkat bersama supir pribadinya. Sehingga gadis cantik itu harus merelakan kakinya menjadi pahlawan saat ini. Ingin naik bis kota namun menunggu lama hanya akan memakan waktunya saja.

“Harusnya aku menyadari kata-kata Luhan kemarin..” desah Kyungsoo kala ia kembali memutar kalimat yang membuatnya bingung beberapa hari yang lalu. Tapi mana mungkin ia akan beranggapan sejauh itu ?

Kyungsoo berhenti saat ia hampir sampai di gerbang sekolah. Beruntung masih belum terlambat. Tapi ada hal yang membuatnya ragu untuk masuk ke dalam sekolah. Pasti, pertanyaan dan rengekan itu akan ia dengar dari Jongin. Pemuda itu selalu ingin mengikuti Kyungsoo sampai rumah dan bermain disana. Sementara Kyungsoo harus menutupi rapat-rapat kediamannya jika tidak ingin mendapatkan tamparan ataupun amukan dari Luhan.

∞∞∞

“Kyungie-yaa ...” Kyungsoo berbalik. Mata besarnya membulat seketika melihat sosok itu berlari kearahnya.

Jongin berhenti dengan nafas tersengal. Ia menarik dalam lalu membuangnya cepat. “Kau ingin kemana ?” tanyanya setelah mendapatkan kembali kontrol dirinya.

Kyungsoo mengulas senyum tipis. “Aku akan latihan di ruang musik, kau ?”

“Sama, aku juga latihan. Di ruang tari tapi ..” Cengiran khasnya mengembang lebar.

“Semangat latihannya, semoga kau sukses ujian akhir nanti.”

“Kau juga ..”

Kyungsoo mengangguk. Mereka berjalan berdua. Kebetulan ruangan yang akan mereka gunakan berada dalam satu arah. Bersebelahan dan cukup dekat. Jongin merindukan saat berjalan berdua seperti ini. Karena Kyungsoo biasanya akan memilih bersama dengan Baekhyun daripada dirinya.

Jongin diam memikirkan nasib dirinya. Hubungan dirinya dengan Kyungsoo terasa stuck begitu saja dan tak ada perkembangannya. Ada yang menggelitik di ulu hatinya ketika ia memikirkan cara untuk mendapatkan Kyungsoo. Bukankah ini kesempatan yang baik ? Ingat, Kyungsoo sudah kembali ke keluarga yang semestinya. Pasti, kehidupan Kyungsoo jauh lebih baik dan beban hidup Kyungsoo berkurang. Kalau ia meminta Kyungsoo menjadi kekasihnya tak akan membebani dirinya bukan ? Ia bisa menerima alasan ‘takut kena marah eomma’ jika dulu ia menembak Kyungsoo. Tapi sekarang ? Wanita galak itu sudah tidak berhak dengan hidup Kyungsoo. Ah, benar.. Jongin harus memikirkan waktu yang benar-benar tepat. Lebih cepat lebih baik. Atau sekarang saja ?

“Kyungie-ya, aku ingin bicara sesuat---”

Un, ah, Luhan ..”

Jongin menoleh pada sosok yang sekarang berada tepat di depan keduanya. Rupanya selama ia memikirkan dirinya dengan Kyungsoo tak menyadari kehadiran gadis itu. Raut mukanya kembali seperti semula, cantik dengan selimut kebencian dan tatapan tak suka untuk Kyungsoo. Jongin menghela nafas panjang ketika ia menangkap siluet kekesalan yang terpancar dari sepasang mata rusa itu.

Luhan tak mengucapkan kata apa-apa. Beberapa saat ia hanya menatap datar mereka dan melemparkan senyum sinis. Lalu ia melanjutkan jalannya dengan sengaja menubruk tubuh Kyungsoo. Beruntung gadis itu ditahan oleh Jongin hingga ia tak harus tersungkur.

Jongin berdecak kesal. “Dasar gadis aneh !! Selalu saja bersikap seperti itu. Ya !! Luhan !!” Teriak Jongin.

Kyungsoo menggeleng lalu menarik tangan Jongin agar melanjutkan perjalanan mereka kembali. Sebenarnya ia ingin memberontak, namun melihat wajah Kyungsoo yang sepertinya sedikit ketakutan ia mengalah. Gadisnya ini selalu terlihat lemah di depan Luhan. Kenapa ?

Hanya butuh beberapa langkah lagi Kyungsoo sampai pada ruang musik. Ia melambaikan tangan lalu masuk ke dalam ruang musik. Pertama kali ia masuk ke dalam ruangan itu, ia disuguhi pemandangan yang tak pernah ia temui selama ini. Sejak kapan Baekhyun jadi begitu dekat dengan sunbaenya itu ? Ah, atau karena ia terlalu sibuk dengan penyakitnya jadi tak menyadari bahwa hubungan keduanya telah bertambah dekat.

Kyungsoo tersenyum geli melihat sikap jahil dari Chanyeol yang menggoda Baekhyun. Ketika gadis cantik itu bernyanyi, Chanyeol dengan sengaja mencubit pipinya hingga menimbulkan ledakan kesal dari Baekhyun. Setelahnya, pemuda jangkung itu hanya tertawa dan menghiraukan wajah kesal Baekhyun. Tetapi itu hanya berlaku sebentar, pasalnya, Baekhyun terlihat merajuk saat Chanyeol akan memainkan gitar. Baekhyun meminta Chanyeol untuk mengiringnya bernyayi. Dengan senang hati Chanyeol melayaninya.

Lagu itu selalu berakhir manis bila Baekhyun yang bernyanyi. Pasti akan banyak pasang tangan yang bertepuk untuknya. Tak terkecuali Kyungsoo, ia bahkan memberikan standing applause kepada Baekhyun yang terlihat jauh lebih manis dalam bernyanyi. Kemungkinan karena orang spesial yang mengiringinya. Cukup tahu, Kyungsoo sangat paham dengan hal itu.

“Waahhh ... Baekhyun-ah ..” Kyungsoo menepuk tangannya lebih keras daripada yang lain.

Oh, Kyungsoo-ya ..” Baekhyun lantas menghampiri Kyungsoo. “Kau lama sekali, aku nyaris mati karena bosan Kyungie..” Keluhnya kemudian.

Uh ?” Kyungsoo mengerutkan kening lebarnya. Ekspresinya menyangkal kata-kata Baekhyun. “Kau yakin bosan ? Tapi yang aku lihat malah sebaliknya.” Mata besar Kyungsoo mengerling genit.

Baekhyun memerah, ia malu kepergok oleh Kyungsoo. Mengerti perubahan raut muka Baekhyun, Kyungsoo mengusap lembut pundak Baekhyun.

“Kau berhutang cerita kepadaku.” Bisiknya sebelum berjalan mendekati piano. Beberapa detik kemudian terdengar dentingan piano yang beradu dengan suara merdu Kyungsoo. Kali ini suara Kyungsoo yang menguasai ruangan itu. Dua baris lirik terucap Kyungsoo dengan sangat manis, mengundang Chanyeol untuk ikut menyatu. Petikan gitarnya membaur menjadi satu dengan dentingan piano dan suara Kyungsoo. Tampaknya, Baekhyun tak mau tertinggal. Ia ikut dalam serenade dadakan itu.

∞∞∞

Angin malam kali ini terasa sangat malu-malu sekali. Jika biasanya mereka akan datang tanpa diundang, meracau tak karuan dan tak berhenti sebelum tubuh menggigil berdiri untuk menutup jendela, kali ini hanya sedikit saja angin yang mendatangi kamar Kyungsoo. Sempat Kyungsoo heran dan membawa tubuhnya mendekati balkon kamar untuk menyambut datangnya angin.

Sepertinya mereka lelah bergerak terus di rumah mewah ini, mereka tak kunjung datang meskipun jendela telah terbuka lebar. Kyungsoo menghela nafas dan mulai melihat jajaran bintang bersinar. Mata besarnya mencoba menghitung satu persatu benda langit itu. Bibir hatinya terangkat tipis disertai gumaman-gumaman lirih. Kyungsoo merasa tenang setiap kali melihat bintang-bintang yang bersinar.

Saat ia menikmati pemandangan itu, samar-samar ia mendengar suara monolog dari sebelah balkonnya. Itu balkon kamar Luhan. Dengan hati-hati ia mulai mendekati asal suara. Bibirnya terkunci erat kala pendengarannya mulai merangkai satu persatu kalimat yang terucap.

“Kalian semua jahat kepadaku. Kenapa kalian senang sekali membuat hidupku menderita ?”

“Pertama eommaku yang menikahi lelaki sialan itu, lalu Jongin yang memilih gadis itu, sekarang gadis itu ? Gadis menyebalkan itu malah hidup serumah denganku. Kenapa kalian senang sekali membuatku kesal ??”

“Aku cukup kehilangan kasih sayang eommaku, aku bahkan ditolak mentah-mentah Jongin. Dan sekarang ? Huh ? Aku harus berbagi cinta eommaku lagi dengan Kyungsoo ? Kenapa ? Kenapa harus aku ?”

Kyungsoo mencelos. Kata-kata Luhan menusuk-nusuk dadanya. Sakit sekali, ia tak menyangka seperti ini ternyata alasan Luhan begitu membencinya. Perasaan bersalah itu kembali menyeruak tajam dalam tubuhnya. Pikirannya kembali menganggap dirinya memang perusak kebahagiaan orang lain. Sempat dirinya bertanya-tanya tentang kehadirannya yang selalu menyusahkan orang lain. Tak pernah ia bisa menyenangkan serta membahagiakan orang lain. Mereka akan senantiasa dalam kubangan penderitaan jika bersama dengan Kyungsoo. Ah, Kyungsoo terlalu berlebihan. Suara monolog Luhan sungguh menghasut Kyungsoo untuk tak berhenti berpikir negatif tentang dirinya sendiri. Menyalahkannya sendiri dan membiarkan tangisan itu mengisi ketenangan yang seharusnya ada disana. Kyungsoo mulai menangis dalam diam seiring dengan untaian kata yang terdengar memilukan dari sebelah balkon kamarnya.

“Aku minta maaf Luhannie ..” tukas Kyungsoo lirih. Pikiran berat itu ternyata mempengaruhi kesehatannya. Tiba-tiba saja kepalanya kembali pusing luar biasa. Ia memejam berulang demi mengurangi rasa sakit itu. Kedua tangannya ikut andil dalam menahannya. Ia terjatuh, bergulung untuk menghentikan pusing yang datang menyerang. Namun, rasa sakit itu tak mengasihaninya. Ia masih bergelut dengan rasa pusing itu hingga dirinya tak sadarkan diri.

Sementara itu ...

Luhan berfokus pada tatanan langit yang sangat cerah hari ini. Beberapa jejeran bintang menarik perhatiannya. Keluhan-keluhan yang ia keluarkan hari ini telah selesai. Ia berhenti menggerutu dan memilih untuk membiarkannya sementara. Hanya sementara. Sesaat otaknya kembali mengingat sesuatu.

Benar, ada tugas bahasa Jepang yang harus ia selesaikan. Luhan paling lemah dalam bahasa Jepang tapi mahir berbahasa Cina. Dia memang keturuan Cina Eropa. Tanpa pikir panjang segera ia kembali ke dalam kamar dan menemui orang yang bisa mengerjakan ini semua. Siapa lagi kalau bukan Do Kyungsoo.

“Kyungsoo-yaa ...” Luhan membuka paksa pintu kamar Kyungsoo. Matanya tertegun tak mendapati siapa-siapa di kamar itu. Setahunya, Kyungsoo berada di kamar.

Luhan berputar, membuka kamar mandi Kyungsoo namun tak ada juga. Lalu mata rusanya menangkap korden yang melambai-lambai. Senyum sinisnya terukir ketika tebakannya akan benar kali ini. Segera saja ia mendekati balkon.

“Kyungsoo-yaa ... Yaa !!” Luhan memekik melihat Kyungsoo pingsan di balkon kamarnya. Ia sedikit tercekat namun tak langsung menolong.

“Jangan bercanda !! Cepat bangun Kyungsoo !! Do Kyungsoo !!” Berulang kali ia meneriakkan namanya tak mendapat respon baik dari Kyungsoo.

Luhan menjadi panik sendiri tak mendengarkan respon dari Kyungsoo. Ia berjongkok dan memegang tangan Kyungsoo. Semakin bertambah panik melihat kening Kyungsoo berkeringat hebat.

Yaa, Kyungsoo-yaa ... Bangun !!” Suaranya terdengar lebih khawatir. Ia terus mengguncang tubuh Kyungsoo agar terbangun. “Ah, tunggu dulu.” Luhan merogoh ponselnya dan mulai menelpon ayahnya.

“Kau kenapa Do Kyungsoo ??”

∞∞∞

Gadis cantik itu terus terlihat tak tenang. Tak tahu tengah marah atau khawatir. Sejak tubuhnya berada di rumah sakit, kaki mungil itu tak berhenti bergerak. Luhan masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Kyungsoo. Penyakit yang selama ini diderita Kyungsoo pun juga masih belum ia ketahui, sampai ayahnya keluar dengan wajah yang lebih sedikit lega dari sebelumnya.

Saat Luhan akan bertanya, tatapan mata dokter itu sedikit menajam. Sepertinya ada kilatan kecewa yang keluar dari sana. Ataukah pikiran negatif yang hendak ia sampaikan melalui sorot mata itu ?

“Bagaimana ??” Luhan bertanya.

Mata itu masih menajam dengan sedikit memicing. “Apa kau begitu benci dengan Kyungsoo hingga menyebabkan dia pingsan ?”

Luhan tercekat, ia mendelik kaget. “Mak-maksud appa ??”

Appa tahu kau memang tidak menyukai Kyungsoo. Tapi haruskah kau membuatnya sampai pingsang Luhan ??”

App--”

“Kau tidak tahu bagaimana keadaan Kyungsoo. Kyungsoo punya tumor di otaknya, apa yang kau lakukan hingga dia pingsan ? Lain kali appa akan mempertimbangkannya, kalau perlu appa akan keluar dari rumah itu.” Ucapan ayah tiri Luhan sedikit melembut, namun itu bagaikan tombak yang menusuk dada Luhan. Emosinya mendidih. Ia tak habis pikir jika ayah tirinya akan mengatakan hal seperti itu. Tanpa pikir panjang, segera Luhan melayangkan balasan atas tuduhan itu.

“Perlu anda dengar Do Kyungran-sshi !!” Luhan menatap tajam lelaki paruh baya yang nampak tercengang.

Luhan berdecak pelan. “Saya memang tidak menyukai Kyungsoo, tapi saya tidak sehina itu untuk membuat dia seperti ini !! Kalaupun saya ingin menyelakainya mana mungkin saya memanggil anda untuk menolongnya ? Ha, lucu sekali anda tuan ..”  Sejenak ia menatap dalam dua obsidian yang tak percaya itu lalu pergi dengan berlari. Ia tak peduli jika sikapnya telah keterlauan terhadap orangtuanya sendiri.

Tak tahu akan kemana, ia berlari dengan lelehan air mata yang sempat ia tahan. Pernyataan yang diungkapkan oleh ayah tirinya mengiris hati dan menyebabkan perih yang amat dalam. Memang ia tak menyukai Kyungsoo dan sering memohon agar Kyungsoo pergi dari sana, tapi ia sama sekali tak memiliki niatan untuk menyelakainya. Oke, baiklah, ia sadar selama ini ia memang keterlaluan telah memanfaatkannya, tapi ia tidak tahu kalau Kyungsoo ternyata memiliki penyakit serius seperti itu, ia tidak tahu. Kalaupun tahu, kemungkinan menyiksa seperti itu akan ia pertimbangkan.

Luhan berlari ke taman rumah sakit yang telah menyepi. Lelehan air yang masih terulur dari sudut matanya. Ditemani suara isakan juga tangkupan tangan yang tak berhenti menutupi wajah cantiknya. Suaranya timbul tenggelam diantara sesenggukan itu. Perasaannya masih campur baur. Emosi, kecewa dan rasa tak percaya diaduk-aduk dan memehuni ruang hatinya.

∞∞∞

“Lu-Luhaan ...” Kyungsoo terbangun dari tidur siangnya. Karena penyakitnya yang kambuh kemarin malam, ia terpaksa berbaring di ranjang rumah sakit dua hari belakangan ini.

Jongin terkesiap ketika mendengar Kyungsoo memanggil nama Luhan saat ia bangun tidur. Keningnya mengerut, matanya memicing khawatir melihat Kyungsoo yang tampak terengah mengatur deru nafasnya. Tangannya menggenggam sepasang tangan mungil itu dan mengusap kening yang dialiri peluh.

“Kenapa kau memanggil nama Luhan ?” Tanya Jongin penasaran.

Kyungsoo beranjak, mata besarnya menatap sayu Jongin lalu menggeleng. “Mana Luhan ? Apa dia tidak kemari ?”

“Kemari ? Untuk ? Ada apa denganmu ? Kenapa kau menanyakan dimana Luhan ?” Jongin semakin khawatir ketika melihat Kyungsoo yang tampak tak tenang dengan menyebut nama Luhan. Ataukah Luhan datang dan menyelakai Kyungsoo ? Mungkinkah itu ?

Sementara Kyungsoo, dalam tidur siangnya tadi ia bermimpi bertemu dengan Luhan yang tampak menyedihkan. Wajah cantiknya begitu tirus dengan air mata yang masih saja terus menghujam turun. Ia tampak memohon kepada Kyungsoo, namun setelahnya gadis cantik itu menghilang.

“Aku baik-baik saja. Jongin-ah !! Ajak aku jalan-jalan ke taman.”

Jongin mengangguk, lantas ia mengambilkan kursi roda lalu menggendong Kyungsoo untuk duduk di kursi roda. Setelahnya ia membawa Kyungsoo ke tempat yang ia inginkan.

Pemandangan taman yang penuh dengan bunga-bunga memang sangat menyenangkan. Udara disini memberikan semangat yang sempat hilang dalam diri Kyungsoo. Kedua bibirnya terangkat cantik, mata besarnya menyipit seiring dengan lengkungan yang ditampilkan bibir hatinya. Tangannya terulur untuk memetik setangkai bunga yang ia lintasi lalu menghirup dalam.

Namun sekelebat bayangan datang tiba-tiba di pikirannya, ia teringat tentang kata-kata Luhan kemarin malam. Sontak hal itu membuatnya kembali murung. Perubahan itu di sadari oleh Jongin. Pemuda tan dengan bibir menawan itu duduk berjongkok, mengangkat wajah Kyungsoo untuk memandangnya.

“Jongin-ah ... Benarkah aku memang menyebalkan ? Dan suka menghancurkan kebahagiaan orang lain ?” Lontaran tanya Kyungsoo seolah mengerti ekspresi penasaran Jongin.

“Hey, hey, hey .. Siapa yang mengatakan itu ? Kau sama sekali tidak menyebalkan Kyungsoo-yaa ..”

“Tapi ak--”

“Katakan padaku, siapa yang mengatakan hal itu ? Siapa ? Katakan padaku Kyungsoo ..” Jongin menggenggam tangan Kyungsoo semakin erat seraya mengusap-usap pelan. Sorot matanya meneduh namun masih terkesan memaksa.

Kyungsoo menunduk, menghindari tatapan lensa Jongin. Kepalanya menggeleng pelan lalu kembali menatap takut Jongin. “Aku hanya merasa seperti itu ..” Ungkapnya lirih.

“Kyungie-ya, lihat aku ..” Jongin mengangkat wajah Kyungsoo agar menatapnya. “Kau itu sama sekali tidak menyebalkan dan merusak kebahagiaan orang lain. Kau malah membuat hidup orang lain semakin berwarna. Jangan pernah merasa seperti itu..”

“Tapi ..”

“Kenapa ? Katakan padaku .. Atau aku yang harus mengatakan kepadamu ??” Pemuda tan itu mengusap punggung tangan Kyungsoo dengan lembut. “Sepertinya memang harus aku mengatakan kepadamu ..”

Kyungsoo tak mengerti apa yang dikatakan Jongin. Tiba-tiba saja pipinya memanas disertai detakan jantung yang tak seirama lagi. Saling bersahutan dan berkejaran. Dengan sangat hati-hati ia menggigit kecil bibir bawahnya menanti kata-kata Jongin yang seolah membekukannya.

“Kau itu gadis yang selalu bisa membahagiakanku, memberiku semangat hanya dengan melihatmu tersenyum. Kau adalah gadis pertama yang bisa menarik segala bentuk perhatianku. Dan kau tahu ? Kau adalah satu-satunya gadis yang bisa membuatku jatuh cinta. Kau tahu itu semua ??”

Dari setiap rangkaian kata yang diucapkan Jongin sama sekali tak tampak bercanda. Raut mukanya juga mengatakan ia tengah serius. Tatapan matanya menyorot tajam kedua bola mata besar Kyungsoo, mencari ketulusan yang ada di dalamnya. Meskipun tanpa dicari, Jongin tahu tatapan Kyungsoo selalu tulus padanya.

Sedangkan Kyungsoo, ia tercengang. Tak menyangka kalau Jongin akan mengatakan hal itu secepat ini. Dadanya bergemuruh tak tentu. Darahnya mendesir disertai detak jantung yang semakin keras menggoda. Kyungsoo mengerjab perlahan ketika sorot mata Jongin ia terima. Bibirnya terbuka sedikit akibat rasa tak percaya. Ada sesuatu yang menggelitik ulu hatinya namun ada juga batu besar yang menghantamnya. Entah mengapa rasanya campur aduk dan tak menentu. Tapi yang jelas, sesuatu membahagiakan tengah merajuk dalam diri Kyungsoo.

“Jongin ..” Kata pertama yang keluar dari bibir Kyungsoo.

Lengkungan penuh malu merekah dari bibir Jongin. Ia bisa merasakan pipinya memerah akibat perkataan yang ia katakan sendiri. Sebentar ia menghisap nafas dalam lalu menghembuskan pelan. Ia tak akan menyia-nyiakan apa yang ada dihadapannya kali ini.

“Maaf kalau aku berkata aneh-aneh kepadamu. Tapi sungguh, itu yang aku rasakan. Emmm, Kyungsoo-ya .. Kau sudah tahu kalau aku menyukaimu juga mencintaimu bukan ? Aku ingin memintamu sebagai kekasihku bagaimana ? Apa kau mau ??”

Kyungsoo membelalakkan matanya lebar. Bukan hanya pernyataan yang baru saja dikatakan oleh Jongin namun juga tindakan yang sama sekali tak mampu membuatnya berkata-kata. Bagaimana tidak ? Jongin dengan sigap berjongkok di depannya. Tangannya menggenggam erat tangan mungil Kyungsoo, mengecup pelan bahkan Kyungsoo tak tahu sejak kapan benda itu dibawa Jongin. Sebuah cincin putih cantik disematkan pada jari-jari Kyungsoo. Tak ayal hal itu membangunkan kupu-kupu yang tengah terlelap dalam perut Kyungsoo hingga mengakibatkan kegelian serta menyalurkan buncahan rasa bahagia. Nyaris saja lidahnya keluh jika dirinya tak mampu mengontrol semua.

“Jo-Jongin..” Kyungsoo menghirup dalam udara sekitar lalu menghembuskan pelan. “Kau sungguh-sungguh ??”

Jongin tersenyum. “Aku bersungguh-sungguh .. Bagaimana ?”

“Ak-Aku ...”

 

TBC


Bagaimana? Kok rasanya aneh yaa kelanjutannya ?? :o

Yaudah deh reviewnya aja deh yaa ...

Kamsahamnida ..

 

Regards

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Next chapter will be updated tomorrow , so wait for it .. :)

Comments

You must be logged in to comment
potatoria
#1
Chapter 16: A TIDAK AKHIRNYAA
HAPPY ENDING <3

Hooo penantian sejak september berujung memuaskan muehehehe akhirnya di lanjut. Terima kasih banyak author nim ;-;)/
Aku menantikan karya kaisoo lagi, atau nggak myungstal wkwkwk xDd

Semangat!
potatoria
#2
Author update yang ini dong ;A;)/ sudah berbulan2 gaada kabar nih hue ;;;;---;;;;
archiffaowiqlay
#3
Chapter 15: Yah thorrr masih tbc nihhh? Lanjutannya dong thor
archiffaowiqlay
#4
Chapter 14: Akhirnya...semoga kebahagian selalu meliputi mereka hehehe
archiffaowiqlay
#5
Chapter 13: Thor please jangan bikin soo mati...thorrrr...aishhhh
archiffaowiqlay
#6
Chapter 11: Ahhhh jadi gak tega ama lulu...semangat ya lulu.. mr. Oh se rangkul lulu lah biar dia bisa move
archiffaowiqlay
#7
Chapter 10: Thor...walau bagaimanapun aku menyukai ini...gak tega sih ama lulu.. tapi, soo udah menangis terlalu banyak Thor...jangan bikin soo nangis lagi Thor yaaa
archiffaowiqlay
#8
Chapter 9: OMG jong oppa emang the best dehhh...co cweet
archiffaowiqlay
#9
Chapter 8: Yahhh...kasihan soo...jong oppa harus jagain soo pokoknya
archiffaowiqlay
#10
Chapter 7: Jong oppa emang yang terbaik!!!!