06.

You Are Not Alone..

Sehun tak tahu harus melakukan apa lagi. Kata-kata yang ia ucapkan untuk menenangkan Luhan tampaknya tak berdampak apa-apa. Gadis cantik itu masih membiarkan lelehan air hangat menutupi wajahnya. Terkesan tak ingin menghentikannya saat itu juga.

Sementara pemuda tampan itu sakit dan mencelos harus melihat gadisnya menangis. Dirinya tak tahu apa yang membuat Luhan menangis. Luhan tak menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. Sehingga Sehun hanya bisa berjongkok dan menggenggam tangan Luhan dengan erat.

Saat ini, gadis yang tengah berada di hadapannya seolah bukan Luhan. Bukan sosok yang sering berbuat kasar dan marah-marah namun terkadang bersikap imut hingga menggilakan otak Sehun. Melainkan sosok rapuh yang entah darimana ia menjadi seperti ini. Sehun terus menggenggam dengan sesekali mengusap pelan.

Luhan berhenti sejenak lalu memandang Sehun. Tatapan sayu itu meluruhkan sorot tajam penuh tanya milik Sehun. “Kau kenapa Lu ? Apa yang kau tangisi ?” tanya Sehun khawatir.

“Kenapa semuanya begitu jahat kepadaku ?” Jawab Luhan ditengah sengalan tangisannya.

Sehun mengernyitkan dahinya. “Maksudmu apa ? Siapa yang jahat kepadamu ? Atau kau sedih karena Jongin masih belum menerimamu ?”

“Bukan..” Luhan menunduk. Air mata yang jatuh tampak sedikit menderas dan membasahi punggung tangan Sehun. Reflek, Sehun mengusap jalur bening yang ia ciptakan sendiri.

“Katakan ! Apa yang membuatmu seperti ini Lu ?”

“Aku tidak mau punya keluarga lagi. Kenapa lelaki itu harus membawa anaknya ke rumah ??” keluh Luhan di dalam sesenggukannya.

Sebentar Sehun mencoba menganalisis kata-kata Luhan. Lelaki itu? Siapa? Membawa ke rumah? Siapa? Ayahnya? Kenapa? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban dari Luhan.

Sehun memeluk tubuh Luhan erat. “Ceritakan kepadaku Lu, siapa lelaki itu ?”

Alih-alih menjawab, Luhan mengeratkan pelukan Sehun. Seakan ia merasa aman dalam pelukan itu. Tangisannya pun semakin menjadi. Sehun masih belum mengerti dengan tangisan itu. Namun ia berusaha membuat gadisnya nyaman.

“Aku membenci keluargaku Sehun. Aku membencinya.”

“Kenapa ? Apa yang sudah dilakukan keluargamu kepadamu Luhan ?” Sehun mengusap kembali sisa air mata Luhan.

Dari tatapan mata Luhan, sepertinya gadis itu tak ingin mengungkapkan apa yang tengah terjadi. Sehun bisa mengerti. Ia tak lagi memaksa Luhan untuk bercerita. Lantas ia kembali memeluk Luhan hingga dering bel pelajaran akan kembali dimulai terdengar mereka.

∞∞∞

“Kalian sudah siap untuk tampil akhir semester nanti ?” Joon Seonsaengnim bertanya kepada siswa kelas 2 musik. Serempak semua siswa mengangguk.

Senyum Joon saem mengembang. “Kalau kau Do Kyungsoo, apa kau sudah siap ? Kemarin kau tak banyak belajar bukan ?”

Kyungsoo mengangguk. “Saya akan berusaha saem.”

“Baekhyun-ah ! Kau harus membantu Kyungsoo untuk menyelesaikan tugasnya nanti.”

“Siap saem.” Baekhyun tersenyum lebar.

Tak lama kemudian, wanita paruh itu meninggalkan ruang kelas. Kyungsoo masih berkutat dengan buku-bukunya. Ternyata banyak materi yang harus ia catat untuk ujian akhir semester nanti. Kyungsoo menghela nafas dalam sesaat mata besarnya memperhatikan satu persatu buku Baekhyun yang harus ia salin. Sementara Baekhyun hanya terkekeh kecil melihat ekspresi Kyungsoo yang tampak sedikit murung.

Gadis cantik bersurai panjang menopang dagu di sebelah Kyungsoo. Ia ingin mengajak makan siang. Tapi harus diurungkan ketika Kyungsoo sudah tenggelam dalam tulisan-tulisan itu.

“Aku akan membelikanmu makan saja.” kata Baekhyun menyerah pada bunyi perut yang tak bersahabat.

Kyungsoo mendongak. “Eoh ? Maaf yaa Baekie, aku tidak bisa menemanimu makan siang.” Tanggapnya bersalah.

Heiishh, aku akan makan di sini juga. Aku belikan susu untukmu ne ?”

Kyungsoo mengangguk mengerti. Lantas gadis ramping itu pergi untuk ke kantin. Kyungsoo masih menggerakkan pensil yang berada di tangannya untuk melengkungkan hangeul sesuai dengan apa yang ada dibacanya. Cukup banyak, hampir satu lembar lebih sebelum Baekhyun kembali.

Dua lembar sudah ia salin, Baekhyun datang dengan pemuda yang sangat Kyungsoo tahu. Sontak senyumnya mengembang lebar.

“Kyungie... Mau aku bantu ?” Ucap Jongin setelah ia mendudukkan diri di sebelah Kyungsoo.

“Bagaimana bisa ia ikut kesini ?”

Baekhyun mendesis pelan. “Dia menodongku saat aku membelikanmu susu. Dasar pemuda aneh.” Ia meletakkan susu dan roti di depan Kyungsoo. “Minum ini dulu, ah! Aku juga membelikanmu roti.”

Gomawoyo Baekie-ya.” Langsung saja ia membuka roti dan memakannya.

Pemuda yang ada di sebelahnya memandang gemas sosok cantik itu. Ia menopang dagu dan reflek mengusap sisa selai yang tercetak di sisi bibirnya.

Jongin melebarkan cengirannya. “Nanti kau harus check up kesehatanmu lagi. Ah, Baekhyun! Kau mau ikut ? Siapa tahu kalau kau ikut Kyungsoo akan bersemangat.”

Baekhyun membelalakan matanya dengan kotak susu masih menempel manis di bibirnya lalu mengangguk antusias. Ia melepas kotak susu dan berucap. “Aku mau aku mau. Kebetulan nanti sepulang sekolah aku tidak ada jadwal apa-apa.”

Dahi Kyungsoo berkerut rapat. Telinganya merasa ada yang salah. “Hey, Baekie-ya.. Bukankah kau harus ikut club musik ?” Kyungsoo bertanya.

Ahh, benar !! Tapi tenang saja~. Aku bisa meminta ijin Woohyun sunbae !”

Jongin maupun Kyungsoo hanya mengangguk. Kemudian ia mulai menyalin kembali catatan-catatan Baekhyun yang dirasa penting. Jongin merasa jenuh memperhatikan Kyungsoo yang sama sekali tak bergeming kala dirinya menyatu dengan bait-bait membosankan itu memilih bercengkrama dengan Baekhyun dan teman sekelasnya yang lain hingga deringan bel memaksa tubuh tinggi itu beranjak dari sana.

∞∞∞

“Ada yang salah dengan Luhan ? Kenapa tatapannya begitu menyedihkan ?” Celetuk Baekhyun saat keduanya berpapasan dengan Luhan. Sempat ekspresi aneh dengan benjolan di mata Luhan akibat menangis tertangkap mata mereka.

Kyungsoo hanya menggeleng. “Sepertinya dia habis menangis. Tapi jangan tangan kenapa Baek, aku tidak tahu.” Kekehnya kemudian.

“Kau ini !!” Baekyun manyun lalu mengandeng tangan Kyungsoo untuk cepat naik bis kota. Mereka akan menuju rumah sakit tanpa Jongin. Tadi, pemuda tan itu ijin telat karena ada perintah dari Yoon Seonsaengnim yang tak bisa ditunda lagi. Mau tak mau, Jongin merelakan keduanya untuk pergi tanpa dirinya.

Saat ini, Kyungsoo dan Baekhyun sudah tiba di rumah sakit. Segera ia melangkah menuju resepsionis untuk mendaftar. Lagi-lagi Kyungsoo terkejut dengan kata-kata petugas. Wanita cantik petugas itu mengatakan kalau semua biaya sudah ada yang menanggung. Kyungsoo memaksa untuk memberi tahu siapa dokter yang sudah menanggung biaya perawatannya. Petugas itu hanya tersenyum.

Baekhyun bingung dengan keadaan ini. Dari awal dia memang tak mengetahui apa yang terjadi. Namun, dari sedikit percakapan yang ia dengar Kyungsoo mendapatkan perawatan gratis disini. Ia heran, apalagi ada kata dokter yang disebut-sebut.

Oh, Kyungsoo Agasshi. Kau akan check up hari ini ??” Seseorang menyapa Kyungsoo sesaat ia akan meletakkan beberapa berkas di tempat resepsionis.

Kyungsoo menunduk memberikan hormat begitu juga Baekhyun. “Annyeonghaseyo, Sungkyu Euisanim.”

Lelaki sipit itu tersenyum. “Kau terlihat lebih cerah dari sebelumnya.”

Ahh, dok- Ada yang ingin saya tanyakan.” Kyungsoo sedikit ragu menahan langkah kaki Sungkyu yang akan meninggalkannya.

Sungkyu berbalik. Mata sipitnya semakin menyipit. “Ada apa ?”

Untuk sesaat Kyungsoo terdiam dengan bibir digigit kecil lalu ia menatap Sungkyu yang sedikit penasaran. “Dok-dokter tahu siapa yang membayar biaya perawatan saya ?” tanyanya ragu-ragu.

“Biaya perawatanmu ? Tidak tahu, aku tidak tahu. Aku pikir kau malah dapat biaya gratis dari program pemerintah.” Tanggap Sungkyu yang benar-benar tidak mengetahui hal itu.

Kyungsoo terkesiap dengan jawaban Sungkyu. Ia bisa melihat jika dokter muda itu memang tidak berbohong dan menutupi sesuatu. Lalu siapa yang membayar biaya perawatannya?

“Silahkan Nona Do untuk segera melakukan pemeriksaan.” Seorang suster cantik itu meminta Kyungsoo untuk mengikutinya. Baekhyun terus menggandeng tangan Kyungsoo agar sang sahabat tidak terlalu kaget nanti mendengar hasil pemeriksaan setelah melakukan satu kali kemo.

Kyungsoo menurut ketika sang dokter melakukan serangkaian pemeriksaan. Apapun yang dikatakan dokter ia lakukan dengan baik. Hingga keduanya bersiap mendengarkan penjelasan dokter.

“Keadaanmu lebih baik sekarang ne ?”

Eum, saya sudah tidak terlalu pusing lagi sepeti sebelumnya. Sedikit lebih baik dok.”

“Baguslah, kau harus melakukan sekali lagi kemoterapi sebelum operasi. Juga sekali radiasi. Bagaimana ? Kau sudah siap ?”

Kyungsoo sedikit terdiam. Tak bergeming sejenak lalu mengangguk ragu. Dalam hati iya ingin menolak operasi yang menurutnya akan memakan banyak biaya. Tetapi setelah ada keyakinan bahwa semua biaya telah ditanggung ia mengangguk. Saat ini yang ia butuhkan adalah kekuatan mental dan mempersiapkan fisik terlebih dahulu.

“Kalau begitu saya harus radiasi kapan dok ?”

Dokter sipit itu mengangkat kacamatanya. Ia memperhatikan kalendar yang menggantung dan menimang-nimang.

“Seminggu lagi. Setelah itu saya akan koordinasikan dengan dokter ahli untuk melakukan pengangkatan tumor itu.”

Kyungsoo mengangguk paham. Ia berterima kasih kepada Sungkyu sebelum meninggalkan ruangan. Banyak sekali informasi yang ia dapat hari ini. Perasaannya pun campur aduk. Antara sedih, senang dan takut. Khawatir juga sempat ikut menggelayutinya.

Kyungsoo mengerutkan dahinya. Sepertinya ada yang salah. Seharusnya ada satu orang lagi yang menemaninya selain Baekhyun. Tapi kemana dia ? Kenapa tak muncul sampai saat ini ?

∞∞∞

Jongin telah sampai di rumah sakit. Segera ia melangkahkan kaki jenjangnya untuk menemui Kyungsoo yang ia yakini sedang bersama dengan Sungkyu euisanim. Secepat kilat ia berada di lorong tempat ruangan itu. Sesaat ia akan mendekat ke ruangan, sepasang manik tajamnya menangkap seseorang yang tampak mengintip penasaran ke dalam ruangan melalui kaca pintu.

Pemuda tan itu mendekat dan sempat mengagetkan sang dokter.

Oh, Jong-Jongin-sshi?”

Jongin tersenyum. “Annyeonghaseyo. Apa yang sedang anda lakukan disini dok ? Kenapa tidak masuk ?” Sekilas Jongin mengintip ke dalam di mana Kyungsoo dan Baekhyun tampak memperhatikan apa yang dikatakan Sungkyu.

Dokter itu menggeleng lalu melangkah pergi. Ada yang aneh meringsut dalam hati Jongin. Bukan hanya sikap dokter itu, ekspresinya mengatakan hal yang tak mampu Jongin mengerti. Sekelebat pencerahan melintas cepat di otak Jongin.

Tunggu !!

Dokter itu bernama Do Kyungran kalau ia tak salah ingat. Iya, Do Kyungran.

Do Kyungran, Do Kyungsoo, Do Kyungran, Do Kyungsoo..

Ahhh..

Kalau ia tak salah, mungkinkah...

Oh , Dok !!” Jongin berseru ketika dokter itu akan berbelok.

Sedikit menahan ragu ia menghentikan langkah Kyungran. Pandangan lelaki paruh baya itu menusuk aneh Jongin. Ia mengangkat sebelah alisnya.

Jongin menarik nafas dalam. “Ada yang ingin saya tanyakan. Bisa berbicara sebentar ?”

Saat ini kedua lelaki itu berada di salah satu meja kantin rumah sakit. Demi menghilangkan kekalutan yang tak tahu sejak kapan berkumpul, Jongin menyesap pelan green tea. Deru jantungnya yang berdetak menyihirnya untuk diam sesaat. Takut dan khawatir menghantuinya sekarang.

“Apa yang ingin kau tanyakan Jongin ?” Suasana yang menghening terpecah akibat pertanyaan yang dilontarkan Kyungran.

Jongin menggigit bibir bawahnya sejenak. “Eng, banyak yang membuat saya merasakan hal aneh dengan rumah sakit ini.”

“Maksudmu ?”

“Seperti... Apa.. Dokter tahu siapa yang membayar biaya perawatan Kyungsoo ?” Jongin memandang penuh tanya kearahnya. Sempat ia menangkap gelagat aneh terpancar dari air muka lelaki itu. “Ah, maksudku. Ng, di rumah sakit ini yang mengetahui Kyungsoo sakit parah hanya dokter yang menanganinya. Kalau saya tidak salah ingat, dokter itu adalah Sungkyu euisanim dan anda. Saya ingin bertanya kepada anda. Siapa yang membayar ?”

“Kenapa kau bertanya kepadaku ?” Kyungran menyesap santai kopinya.

Satu desahan berat meluncur dari bibir Jongin. “Petugas administrasi mengatakan kalau salah satu dokter telah membayarnya. Tapi dia tidak mengatakan siapa. Saya cukup yakin kalau anda mengetahui hal itu.” tukasnya kemudian.

Senyum tipis terurai dari bibir Kyungran. “Kau terlalu berlebihan kalau menganggapku tahu Jongin. Aku sama sekali tidak mengetahui hal ini.” elaknya.

“Tapi... Aku punya cukup alasan kenapa saya yakin anda tahu. Bukankah anda dokter disini ? Juga...”

“Juga ?”

“Kalau saya tidak salah ingat, nama dokter adalah Do Kyungran bukan ?” Dokter itu mengangguk. “Itu mengganjal pikiran saya. Sepertinya ada hubungan antara anda dengan Kyungsoo. Karena marga teman saya sama dengan anda, namanya Do Kyungsoo. Mungkinkah anda adalah...”

Seperti yang Jongin duga, ekspresi wajah lelaki paruh baya itu sekejap berubah. Jika memang tak ada hubungan antara keduanya, mengapa ekspresi itu harus muncul di wajah keriputnya. Tuan Do mengalihkan pandangannya sebentar. Lalu ia dengan kikuk menyeruput kopinya.

“...adalah saudara dari Kyungsoo ?”

Sambungan Jongin memaksa lelaki itu untuk menatapnya kembali. Ia meletakkan cangkir kopi dengan helaan nafas berat.

“Kau pintar membaca sesuatu Jongin. Aku beruntung putriku memiliki teman yang peduli sepertimu.” Tanggap Tuan Do pelan.

Jongin terbelalak dengan pengakuan sang dokter. Ia terkejut. Rupanya dugaannya bahwa Kyungsoo adalah saudaranya meleset. Lelaki paruh baya itu malah ayah dari Kyungsoo.

“Ja-jadi anda ? Appa Kyungsoo ?” Jongin masih mengerjab tak percaya.

Tuan Do mengangguk. “Awalnya aku sempat kaget waktu kau mengatakan nama temanmu. Saat itu aku melihat gadis itu. Sepertinya memang benar bayi mungil yang aku tinggalkan enam belas tahun yang lalu sudah secantik itu. Aku juga tidak menyangka nama yang aku sematkan untuknya masih dipakainya setelah aku tinggal.”

Untuk sesaat Jongin memberikan waktu kepadanya meraup udara yang seakan merampas ruang di dada. Lelaki itu menggerakkan kelopaknya agar tak ada air mata yang terjatuh. Jongin bisa merasakan bagaimana perasaan ketika seorang ayah harus menceritakan anaknya setelah lama tak bertemu.

“Kami bercerai saat dia masih berusia satu tahun. Masih sangat kecil, tapi aku tidak punya pilihan lain karena ibunya tak menyukai aku berada disekitar mereka. Tiga tahun kemudian, aku mendengar ibunya meninggal karena penyakit parah. Sejak saat itu aku ingin merawat Kyungsoo tapi aku tidak tahu kemana ibunya meletakkan Kyungsoo. Banyak yang bilang ia dititipkan di panti asuhan. Namun aku tidak pernah menemukannya.”

Terdiam, Jongin merasa keluh mendengar penjelasan dari lelaki paruh baya ini. Rupanya bukan keinginannya untuk meninggalkan Kyungsoo sendiri hingga hidup seperti ini. Apa yang harus ia katakan kepada lelaki ini ?

“Aku berterima kasih kepadamu. Lewat kau yang membawa Kyungsoo kemari aku menemukan kembali anakku.”

Jongin tersenyum kikuk. “La-lalu, bagaimana dokter bisa yakin itu anak dokter ?”

Senyum hangat mengulas di wajah kerutnya. “Kau lupa ? Aku dokter, aku bisa menggunakan darah yang digunakan untuk pemeriksaan penyakitnya itu untuk tes DNA. Dari sana hasil tes menunjukkan 99%. Cukup membuatku yakin dia memang anakku.”

Satu kenyataan yang membuat hati Jongin terkesiap dan terkejut hebat. Entah mengapa ia juga merasakan bahagia selama lelaki itu mengungkapkan semuanya. Mungkin kenyataan bahwa salah satu orang tua Kyungsoo masih hidup bahkan berada dekat dengannya memberikan sensasi tersendiri baginya. Jongin ikut bahagia jika Kyungsoo juga bahagia pastinya setelah mendengar ini.

“Tapi...” Lelaki itu memandang serius Jongin.

“..jangan kau katakan apa-apa kepada Kyungsoo dahulu. Aku tidak mau, kenyataan ini malah membuatnya kepikiran dan malah membuat keadaannya drop. Kalau memang nanti dia sudah siap, aku akan mengungkapkan semua.”

Sejenak Jongin tampak tak mengerti. Namun setelah dipikir-pikir, apa yang dikatakannya memang benar. Kalau Kyungsoo bisa langsung menerima itu tidak masalah, kalau ia tak bisa ? Pikiran itu malah akan mengacaukan kesehatannya. Jongin mengangguk tanda mengerti ia mengulas senyum.

“Saya akan coba menyinggung ini kepada Kyungsoo. Siapa tahu dia memang menginginkan bertemu dengan ayah kandungnya segera. Tetapi, setahu saya. Dia sangat merindukan kedua orangtuanya yang sama sekali tak pernah ia temui. Bagaimanapun itu, dia mencintai kedua orangtua kandungnya. Bukan orangtua angkat yang selalu menyiksanya.”

Setelah itu banyak sekali cerita-cerita yang terucap dari bibir masing-masing. Jongin tahu banyak tentang ayah kandung Kyungsoo. Begitu juga Tuan Do, dari Jongin sekecil apapun tentang Kyungsoo ia dapatkan. Tak terkecuali bagaimana Kyungsoo selama ini bertahan hidup dalam keluarga menyeramkan seperti itu.

Cukup lama Jongin berbincang-bincang. Setelah itu, ia kembali mencari Kyungsoo di rumah sakit. Sepertinya Kyungsoo belum pulang saat ia menemukan gadis cerewet tengah berdiri dekat toliet. Senyum Jongin mengembang sempurna. Lantas ia mendekatinya.

“Byun Baek yang cantik sekali. Mana Kyungsoo ?” Jongin tampak bahagia sekali. Entah karena apa, tapi itu cukup membuat Baekhyun mengerut bingung.

Saat Baekhyun akan menjawab, sosok yang dimaksud berdiri di depan Jongin.

“Jongin-ah.. Kenapa kau lama sekali ?” wajah Kyungsoo melemah pancarannya. Sedikit kekecewaan ia berikan.

Jongin menggenggam erat tangannya. “Maaf, ada urusan mendadak tadi. Kau sudah selesai ?”

Kyungsoo mengangguk. “Aku lelah, ayo pulang.” Tangannya menarik tangan Baekhyun. Jongin hanya mengikuti keduanya dari belakang. Kalau sudah ada Baekhyun sosok Jongin hanya sebagai pengawal mereka saja. Yahh, toh Jongin juga yang meminta Baekhyun untuk menemaninya.

Ketika punggung Kyungsoo memantul di lensa kelam Jongin, bayangan ayah Kyungsoo kembali berputar. Masih belum ia sangka sepenuhnya bahwa keluarga Kyungsoo sesungguhnya jauh lebih sukses dari keluarganya sekarang. Ia yakin jika seandainya nanti Kyungsoo tinggal bersamanya pasti tidak akan ada air mata yang turun dengan sendirinya dari mata besar nan cantik itu. Pasti, senyum cerah akan selalu melengkung di wajahnya. Kyungsoo akan bahagia sebentar lagi, apalagi penyakitnya bisa disembuhkan.

Kepergian mereka dipandang gamang oleh Kyungsoo yang kebetulan melihat mereka. Dalam hati Kyungran sangat ingin memeluknya dan mengatakan bahwa dia adalah putrinya. Namun tak semudah itu. Tidak semua yang ia inginkan bisa terwujud, bisa saja hal itu malah menjadikan boomerang untuknya.

“Do Kyungsoo, maafkan appa nak, appa janji akan memelukmu sebentar lagi. Membawamu dari kehidupanmu yang menyedihkan. Sabarlah sayang.”

 

TBC


Annyeong~~`

Bagaimana kelanjutannya? Ah, iya aku tanya alurnya kecepatan atau enggak?

Tolong Komentar, kritik dan saran..

Bagi kalian yang malas berkomentar, silahkan subscribe ataupun upvote.

Setidaknya hargai kerja keras author,

Gomawo

 

Regards

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Next chapter will be updated tomorrow , so wait for it .. :)

Comments

You must be logged in to comment
potatoria
#1
Chapter 16: A TIDAK AKHIRNYAA
HAPPY ENDING <3

Hooo penantian sejak september berujung memuaskan muehehehe akhirnya di lanjut. Terima kasih banyak author nim ;-;)/
Aku menantikan karya kaisoo lagi, atau nggak myungstal wkwkwk xDd

Semangat!
potatoria
#2
Author update yang ini dong ;A;)/ sudah berbulan2 gaada kabar nih hue ;;;;---;;;;
archiffaowiqlay
#3
Chapter 15: Yah thorrr masih tbc nihhh? Lanjutannya dong thor
archiffaowiqlay
#4
Chapter 14: Akhirnya...semoga kebahagian selalu meliputi mereka hehehe
archiffaowiqlay
#5
Chapter 13: Thor please jangan bikin soo mati...thorrrr...aishhhh
archiffaowiqlay
#6
Chapter 11: Ahhhh jadi gak tega ama lulu...semangat ya lulu.. mr. Oh se rangkul lulu lah biar dia bisa move
archiffaowiqlay
#7
Chapter 10: Thor...walau bagaimanapun aku menyukai ini...gak tega sih ama lulu.. tapi, soo udah menangis terlalu banyak Thor...jangan bikin soo nangis lagi Thor yaaa
archiffaowiqlay
#8
Chapter 9: OMG jong oppa emang the best dehhh...co cweet
archiffaowiqlay
#9
Chapter 8: Yahhh...kasihan soo...jong oppa harus jagain soo pokoknya
archiffaowiqlay
#10
Chapter 7: Jong oppa emang yang terbaik!!!!