12.

You Are Not Alone..

Part 12.

Sebuah lagu telah mengalun manis dari dua sosok yang mendendangkannya. Alunan itu mampu membangkitkan sel-sel kebahagian yang tertidur pulas maupun kekaguman yang mungkin malu-malu untuk menampak. Bahkan jika diresapi lebih dalam beberapa tetes air mungkin turun begitu saja dari sudut mata masing-masing pendengar. Tak heran setelah alunan itu selesai puluhan tangan bertepuk untuk mengakhiri manisnya persembahan itu. Membuat sang penyanyi tersipu malu dalam sanjungan-sanjungan yang diberikan. Kedua tangan mereka saling menggenggam dan bertautan. Lengkungan dari masing-masing bibir peach mereka tak pernah turun, selalu setiap terdengar pujian dan tepukan keduanya mengulas senyum.

Di balik riuh rendahnya tepuk tangan itu, satu sosok diam tak bergeming. Terkesan menjauh namun penasaran dengan apa yang ingin ia lihat. Kedua mata sayunya semakin kabur ketika lelehan hangat itu mengambil alih ruang di sela kelopak dan bola matanya. Perlahan turun dan menciptakan jalur tipis di kedua pipinya. Apa sebabnya ia ragu ?? Mungkinkah buaian dari lagu yang terdengar ?? Atau cibiran dan beberapa makian yang selama ini ia terima ?! Entahlah, rasanya ia tak mampu sekedar membendung air itu untuk sementara waktu.

Tubuhnya tak kuasa lagi mempertahankan ego yang ada. Lantas ia melepaskan tautan tangan dari salah satu pemuda tinggi di sebelahnya lalu menyelinap pergi. Pemuda itu terkesiap oleh hentakan tangan yang terlepas. Ia menoleh dan lekas mengejarnya.

Sementara dua sosok yang sempat dielu-elukan karena suara merdunya turun dari panggung. Keduanya tersenyum manis menyambut datangnya satu sosok tinggi dan satu sosok lain berkulit lebih gelap. Kyungsoo menarik tangan Jongin, sedikit memberikan kode kepada Baekhyun untuk menikmati harinya. Kali ini ia tak akan mengganggu rencana Baekhyun yang sudah mati-matian disusunnya beberapa hari yang lalu.

“Suaramu sungguh indah sekali Baekie-ya ..” Pemuda tinggi itu duduk di kursi dekat Baekhyun seraya meletakkan gitar yang ia bawa.

Baekhyun menunduk malu. Sepertinya ada guratan kemerahan yang menyeruak tanpa seijin Baekhyun. “Terima kasih sunbae ..” Sahutnya pelan.

Sosok itu tertawa renyah. “Hey, kenapa kau jadi canggung begitu ?! Bukankah kita sering ngobrol bersama ??” Senyum lebar tampak tulus itu mengukir manis di wajah tampan Chanyeol. Baekhyun sempat tersihir dengan senyum itu hingga ia nyaris lupa berkedip. Jika saja Chanyeol tak menepuk pundaknya mungkin...

Ahh, aku hanya gugup saja ..” Baekhyun menghidari sorot cerah kedua lensa Chanyeol. “Ng.. Karena penampilan tadi .. Ah, iya ..” Kilah Baekhyun. Sebisa mungkin ia mengontrol degup jantung yang tak berhenti mempermainkannya.

Rasa gugup itu sepertinya menghantarkan sinyal kepada Chanyeol. Tanpa harus mengulang pertanyaannya, pemuda tinggi itu mampu membaca dari raut muka Baekhyun. Sedikit aneh memang, gadis ini tak biasanya bersikap demikian. Yang ia tahu, Baekhyun adalah sosok gadis dengan kecentilan luar biasa dan mudah bergaul. Ia tak akan tanggung-tanggung mengulum senyum dan membagikannya. Tapi ini ?! Kenapa sosok manis ini merona merah pada kedua pipinya ?!

“Kau mau makan ?! Aku traktir deh, sepertinya penampilanmu perlu aku apresiasi lebih ..” Baekhyun terhenyak. Kedua pasang kristal itu membola dengan belah bibir yang menjauh. Sebentar lagi, sebentar lagi deru jantungnya akan naik berlipat dan kedipan berulang menambah derajat beku tubuhnya.

Salah satu tangan pemuda itu mengibas di depan wajahnya. “Hey, kau mendengarku ?!” tanya Chanyeol bingung.

Uh ?! Ng ..” Baekhyun terkesiap, reflek ia menggelengkan kepalanya. Dari pantulan iris Baekhyun, tampak Chanyeol yang sedikit merasa kecewa dengan sikap Baekhyun. Segera gadis itu menyadari dan merubah ekspresi wajahnya.

Ah maaf-maaf. Aku terlalu kaget dengan tawaran sunbae. Kalau memang sunbae tidak keberatan aku mau ..” pungkasnya malu-malu. Walau hanya senyum tipis, Baekhyun mampu memberikan lengkungan yang jauh lebih dalam di wajah tampan Chanyeol.

Tak perlu membuang waktu lagi, Chanyeol menarik tangan Baekhyun dan membawanya ke tempat yang telah ia rencanakan. Selama dalam genggaman tangan Chanyeol, Baekhyun berusaha bagaimana gejolak dalam dadanya tak mengambil alih kesadaran yang ada. Degupan itu tak memberikan kesempatan bagi Baekhyun untuk merasa tenang. Bahkan apa yang telah direncakan oleh Baekhyun hilang begitu saja akibat perlakuan tak terduga dari Chanyeol.

∞∞∞

Jika Tuhan memang memberikan kesempatan kepadanya agar mendapatkan apa yang diinginkan, mungkin Sehun harus berpikir dua kali akan hal itu. Ah, tidak. Sehun tak pernah menyalahkan Tuhan yang senang mempermainkan sebagian kisah hidupnya. Sehun percaya semua ini adalah garis hidup yang harus ia lalui. Sebuah kisah yang tak akan bisa ia lupakan kelak. Sebagai salah satu memori hidup yang tertanam dalam di relung otaknya.

Kecewa, pasti. Siapapun yang berada di pihak Sehun akan banyak menelan kekecewaan. Sampai saat itu, satu tujuan yang ia kejar seakan enggan untuk menyambutnya. Meskipun banyak batu yang ia susun sebagai tangga untuk meraih, tetap saja rasanya masih kalah tinggi dengan tujuan itu. Sehun tahu, sejak awal ini memang terasa sangat sulit.

“Sampai kapan kau terus menghidar dan menyimpan kebencianmu ??” Perkataan seperti ini seharusnya tak terlontar dari bibir tipisnya jika ia tak menginginkan mata cantik rusa itu kembali menurunkan ribuan titik air mata. Tapi sehalusnya ia berkata itu tak memberikan efek apapun padanya.

Luhan, gadis yang tengah meluapkan segala macam sesak dan nyeri dalam dadanya menoleh pada Sehun. Sejenak ia menatap dalam sebelum kembali menutup wajahnya dengan telapak tangan. Alih-alih melakukan apa yang disindir Sehun, gadis itu malah meloloskan deraian air mata disertai suara yang semakin menyayat hati.

Lagi-lagi Sehun hanya mendesah, mendengar tangisan Luhan merupakan kelemahan terbesarnya. Tangannya langsung mendekap tubuh mungil itu. Tak ada perlawanan, tubuhnya di benamkan dalam pelukan. Sehalus mungkin ia mengusap punggung Luhan yang bergetar.

“Jangan kau pelihara rasa irimu Luhan, itu akan menjadikan kebencian yang dalam ..” Sehun masih mengusap punggung Luhan. Gadis cantik yang tengah berada dalam pelukannya enggan untuk berhenti menangis.

Sehun menghela nafasnya berat. “Aku mohon kepadamu, sampai kapan kau terus membenci Kyungsoo ?? Bukankah dia adalah adik tirimu ?? Bukalah hatimu untuk Kyungsoo.. Aku yakin dia sama sekali tidak berniat membuatmu seperti ini ..” Kata-kata Sehun bagaikan angin lalu bagi Luhan. Sama sekali ia tak menanggapi apa yang dilontarkan Sehun. Entah mengapa, Luhan terus menyembunyikan wajahnya yang berlinang air mata di dekapan Sehun.

Luhan, gadis itu masih merasakan sakit di hatinya. Kenyataan ini terlalu menyiksa batinnya sehingga rasa benci yang mengukuh tinggi semakin bertambah. Perasaannya campur aduk, antara benci, kecewa juga bersalah. Kali ini hal yang membuat Luhan menjadi seperti ini adalah rasa keadilan yang seolah menjauhinya. Kenapa dunia begitu tak adil kepadanya ?? Kenapa dunia selalu berpihak kepada Kyungsoo bukan kepadanya ?? Apa yang salah dengannya? Kenapa ?? Bukankah dirinya juga butuh sebuah pengakuan dari dunia? Kenapa hanya Kyungsoo saja ??

Semenjak lensa kelamnya merekam semua gelak tawa dan riuh rendah tepuk tangan juga gelontoran pujian yang diterima Kyungsoo, Luhan merasa dirinya bagaikan hidup di dunia berbeda dengan Kyungsoo. Apa yang salah ?? Apakah ia memang tak pantas mendapatkan semua yang didapatkan Kyungsoo ?? Atau memang Luhan jauh di bawah Kyungsoo ? Luhan tak bisa berpikir jernih, semuanya telah terjadi. Mau bagaimana lagi, segalanya telah menjatuhkannya pada jurang yang paling dalam.

“Semua orang disini sangat tidak adil kepadaku !! Kenapa mereka selalu membela Kyungsoo dan tak pernah melihat bagaimana posisiku ?? Kau tahu ?? Aku sakit disini !! Aku merasa tersingkirkan !!” Luhan mengucapkan segala unek-uneknya dengan iringan tangis. Wajahnya memerah, kedua matanya membengkak.

Sehun mencelos mendengar penuturan Luhan. Dadanya berdesir perih. Sontak ia kembali merengkuh tubuh mungil Luhan untuk tetap berada dalam pelukannya.

“Kau juga tidak berada di pihakku ! Kau selalu mengatakan untuk tidak membenci Kyungsoo, kenapa gadis itu tidak menghilang saja dari hadapanku ?? Agar aku tidak lagi benci kepadanya ??” Lagi, Sehun merasakan perih luar biasa di dalam hatinya. Sedalam itukah kebencian Luhan kepada Kyungsoo ? Tak adakah satupun kalimatnya yang bisa mengurangi kebencian itu selama ini ?? Kenapa Luhan masih terus saja menyalahkan Kyungsoo? Sehun memeluk Luhan semakin erat dan erat lagi.

“Kau salah Luhan, bukankah aku sudah mengatakan  padamu ?? Aku  berada di pihakmu. Sampai kapanpun itu aku akan selalu ada di pihakmu.”

“Tidak !! Kau ada dipihak Kyungsoo !! Kalau kau berada di pihakku kau tidak akan memaksaku untuk menerima Kyungsoo !!” Timpal Luhan sedikit bercampur emosi.

Sehun melepas pelukannya dan menangkup wajah Luhan. Sejenak ia mengunci kedua obsidian itu dengan kristal kelamnya. Menelisik setiap sudut mata rusa yang teredam genangan air. Sehun menggeleng, ia mencoba menyalurkan apa yang ada dibenaknya melalui sorot matanya.

“Kenapa kau bersikukuh mengatakan kalau aku berada di pihak Kyungsoo ?? Aku ada di pihakmu Luhan. Sampai kapanpun. Aku melakukan itu karena aku tidak mau kau semakin sakit dengan sifatmu itu. Jangan berlebihan Luhan, aku selalu ada di sampingmu karena aku menyayangimu.” Tutur kata lembut Sehun itu mengiris perih dada Luhan. Sekejap Luhan menghentikan tangisannya. Mata rusa itu memandang dalam milik Sehun. Bisa ia rasakan desiran berbeda ketika tatapan itu ia terima. Degup jantungnya berdetak tak normal. Sengatan aneh menjalar di setiap jalur nadinya. Lemas mungkin Luhan tak tahu apa yang ia rasakan. Ia merasa dirinya sangat lemah dan butuh tangan Sehun untuk menopangnya.

“Kau percaya kepadaku ??” Masih dengan tatapan sama membuat Luhan semakin tak kuasa.

Luhan tersekat, sebisa mungkin ia menggerakkan lidahnya yang tiba-tiba terasa kelu. Entah mengapa tubuhnya tak mengikuti kata hati. Luhan menggeleng, menampik semua pernyataan dari Sehun.

“Tidak !! Semua yang kau katakan itu omong kosong..” terdengar sedikit ragu memang namun Sehun merasa perih.

“Kenapa kau tidak percaya kepadaku ??” Sehun memelas. Tangannya masih menangkup wajah mungil Luhan. Bahkan jika diperhatikan dengan jelas, ada genangan air yang tertahan disana.

Luhan menunduk, ia menggeleng dan menggigit bibir bawahnya. Ada pergolakan yang tengah bermain-main di benaknya. Bingung, alasan apa yang akan ia lemparkan untuk Sehun.

“Apa Luhan ?? Alasanmu apa sehingga kau tidak mempercayaiku ??” Sehun memaksa kepala Luhan mendongak kembali. Kedua pasang iris itu saling menatap dalam.

“Kau memang hmmmpptttt----”

Sehun kesal dengan sanggahan Luhan. Tangannya reflek mendekatkan wajah Luhan pada wajahnya. Tanpa seijin Luhan, bibir tipis Sehun telah bermain diatas bibir tipisnya. Menyapu pelan lapisan merah muda tipis itu. Luhan tersentak dengan perlakuan Sehun. Matanya membulat kaget. Namun perintah apa yang diberikan oleh otaknya, Luhan sama sekali tak memberontak dan mendorong tubuh Sehun. Namun ia juga tak membalas kecupan bibir Sehun.

Beberapa detik berlalu dengan kecupan ringan dari Sehun. Luhan masih tertegun. Tubuhnya membeku seketika. Ia hanya bisa menggigit bekas sapuan bibir Sehun. Mata kecilnya sebentar mengerjap lalu memandang Sehun penuh tanya.

Alih-alih meminta maaf, Sehun malah mengulas senyum tipis. Ia membelai lembut wajah Luhan. “Ini caraku agar kau mau percaya kepadaku. Asal kau tahu, kaulah satu-satunya gadis yang pernah aku kecup. Ini adalah ciuman pertamaku. Kenapa kau masih tak mempercayaiku ?? Aku mencintaimu Luhan.. Mana mungkin aku berpihak pada orang lain ? Aku bersikap seperti itu agar kau mengerti bahwa membenci orang lain tidak menjamin hidupmu bahagia ..” Tukas Sehun pelan. Selembut mungkin ia mengatakan itu agar tak merapuhkan hati lemah Luhan.

Luhan tak tahu harus bersikap bagaimana. Ini bukan kali pertama Sehun mengatakan bahwa ia menyayagi Luhan. Tapi rasanya ada sesuatu yang berbeda terjadi di diri Luhan. Apalagi setelah kecupan itu..

Luhan masih menatap bingun Sehun, beruntung pemuda itu mengerti apa yang tengah dirasakan Luhan. Ia tak memaksanya untuk menanggapi apa yang dikatakannya. Lantas ia kembali memeluk Luhan erat.

“Aku mohon jangan berpikiran yang tidak-tidak tentang aku... Percayalah, aku selalu ada disampingmu Lu ..”

Luhan bergetar, dadanya mendesir menciptakan rasa panas pada hatinya. Ia terpejam menghalau air yang entah sampai kapan habis mengering.

“Aku minta maaf Sehun...”

∞∞∞

“Bersulaaaaangg.....” Semua tangan yang menggenggam gelas minuman diangkat tinggi-tinggi dengan seruan yang serempak. Mereka adalah Jongin, Kyungsoo, Baekhyun, Sehun dan Jongdae. Ah lupa, ada satu sosok yang entah kenapa masuk ke dalam line mereka. Park Chanyeol, sunbae dan juga teman dari Jongdae.

Beberapa hari setelah pelaksaan ujian kenaikan, pengumuman kelulusan telah mereka terima. Hampir dari mereka lulus dan bisa melanjutkan ke tingkat tiga. Sementara satu diantara mereka harus menelan kenyataan bahwa ia tidak lulus jika tidak ada keinginan untuk mengulang. Beruntung sang guru masih memberikan kesempatan. Jika tidak mungkin untuk lulus bersama dari sekolah itu akan terasa mustahil. Sedangkan dua sosok yang ikut bergabung itu telah melalui ujian sekolah juga. Mereka telah dinyatakan lulus dan siap bertarung untuk jenjang yang lebih tinggi.

“Kita hanya tinggal menunggu Jongin saja !!” Tutur Baekhyun setelah meneguk sebagian jusnya. Berhubung mereka masih anak sekolah, minuman yang mereka teguk adalah jus dan beberapa milk tea.

Pemilik nama itu mendengus seraya melirik tak suka pada Baekhyun. “Jangan menggodaku !!” sungutnya kesal terus-terusan dibuli sejak beberapa saat yang lalu.

Baekhyun terkekeh geli. “Tenang !! Kau besok pasti langsung lulus. Aku sering melihat Luhan berlatih dengan giat.” Senyumnya memberikan semangat untuk Jongin.

“Aku berharap Luhan bisa mengontrol emosinya besok..” Sehun menyahut dengan nada sedikit lebih lirih.

Yang lain memandang pilu Sehun. Mereka nyaris mengetahui bagaimana usaha Sehun untuk mendekati Luhan selama ini. Perjuangannya masih belum menemukan titik terang. Masih terbelenggu dalam kegamangan yang tak tahu sampai kapan berakhir.

“Semoga, kalau tidak matilah aku !!” Jongin menambahkan dengan nada penuh harap. Sebenarnya ia sangat kesal dengan Luhan, tapi bagaimanapun ini bukan salah Luhan sepenuhnya. Dirinya juga menyemangati Luhan jika kali ini tak mau kembali gagal. Hell, hal itu bisa benar-benar menurunkan reputasinya.

“Kita akan ada untuk menyemangatimu Jonginie, percayalah !! Kau akan lulus kali ini ..” Suara Kyungsoo menggetarkan hati Jongin yang gelisah. Sontak senyum mengulas lebar dari bibir penuhnya.

Lainnya berdeham bersamaan. Kalau sudah seperti ini, biasanya Jongin akan merajuk pada Kyungsoo. Sebelum benar-benar terjadi, Baekhyun lebih dulu menghalau.

“Hentikan Jong !!” Tangan Baekhyun menyentuh lengan Jongin yang akan memeluk tubuh Kyungsoo. Jongin memutar bola matanya dan mendengus kesal. Sementara yang lain hanya tertawa melihat kedua sahabatnya itu.

“Setelah ini kalian mau kemana ??” Tanya Jongdae seraya membersihkan sisa makanan yang menempel di sudut bibirnya.

“Aku akan pulang..” Baekhyun menyahut.

“Oh ??” Sahutan Baekhyun menimbulkan kerutan di dahi Chanyeol. “Bukankah kita sudah ada janji Baek ??” Ingat Chanyeol seketika.

Baekhyun mengerjab lalu tersenyum lebar. Ia juga terkekeh pelan. “Hehehehe, aku lupa seon, eh oppa ..” Rona merah menyeruak di setiap sisi pipi Baekhyun.

Ekhhmmm..” Deheman Jongdae menyadarkan keduanya yang tengah tersipu. “Ada yang sebentar lagi jadi sepasang kekasih ini.” godanya. “Kalau kalian Jongin dan Kyungsoo ?? Ah, aku lupa kalian juga pasti akan berkencan. Kau Sehun ??”

Jongin mendengus kesal. Seenaknya saja Jongdae memutuskan apa yang akan dilakukan nanti. Tapi memang apa yang dikatakan Jongdae benar. Keduanya akan berkencan sebentar lagi.

Pemuda yang ditanya hanya menghela nafas lirih. Ia menegakkan tubuhnya dan meneguk sisa minuman yang ada. “Aku akan menemani Luhan yang sedang berlatih. Sepertinya dia belum pulang..” jawabnya.

Ahhh.... Kenapa kau tidak menemaninya sejak awal ?” Kyungsoo melempar tanya.

“Dia tidak mengijinkanku ada di ruang yang sama dengannya.”

Lainnya mengangguk paham. Lantas mereka segera merapikan barang bawaan dan siap untuk meninggalkan tempat. Seperti apa yang dikatakan sebelumnya, Chanyeol menarik tangan Baekhyun agar ikut dengannya. Sementara Jongdae, kakinya mengikuti langkah Sehun dan akan berpisah nanti ketika Sehun tiba di ruang latihan Luhan. Menyisakan Jongin dan Kyungsoo, Jongin masih menunggu Kyungsoo yang ijin ke kamar mandi sebelum mereka pergi dari sana.

∞∞∞

“Malam ini dingin..” Celetuk Jongin seraya memakaikan jaketnya pada pundak sempit Kyungsoo.

Pemilik pundak hanya membelokan mata bulatnya. Detik berikutnya ia mengulas senyum manis. “Terima kasih. Tapi bagaimana denganmu ?? Kau bisa sakit, kalau kau sakit kau tidak bisa ikut ujian ulang besok ..” Tukas Kyungsoo penuh rasa khawatir. Jongin menggeleng kecil. Tangannya mengusap rambut pendek Kyungsoo dengan gerakan lembut menenangkan.

Mereka menjajarkan langkah kaki di setapak yang tengah mereka lalui. Sebuah taman di dekat kediaman Kyungsoo dan Luhan menyapa mereka untuk disinggahi. Walau keduanya hanya memiliki waktu sebentar untuk malam ini, mereka tak ingin melewatkannya begitu saja. Langsung, Jongin menyeret tangan Kyungsoo agar mengikuti langkahnya.

Salah satu bangku panjang menjadi pilihan Jongin dan Kyungsoo untuk merebahkan tubuh lelahnya. Angin malam ini cukup damai, tak terlalu dingin namun tak sepenuhnya meninggalkan mereka. Begitu pula dengan langit yang membentang, beberapa kerlip di langit memberikan keindahan yang tak terbantahkan di kedua pasang lensa mereka. Sebuah senyum mengukir indah di wajah Kyungsoo ketika ia dengan lekat memandang bentangan alam itu.

“Aku selalu mencuri lihat dirimu dari sini.” Kyungsoo menoleh pada Jongin yang baru saja mengaku sesuatu.

Keningnya mengerut dengan bibir mengerucut kecil. “Maksudmu ??” Tanyanya bingung.

Alih-alih menjawab, bibir penuh Jongin malah mengeluarkan kikikan lucu. Mengundang Kyungsoo agar mencubit gemas pipi chubbynya dan mengerucut kesal.

“Maaf-maaf-maaf ..” Tukas Jongin seraya menghindar dari pukulan ringan Kyungsoo di lengannya. Kyungsoo memutar bola matanya kesal.

“Aku sering berada di taman ini ketika malam hari dan melihat ke arah jendela kamarmu. Tapi yang sering aku lihat Luhan. Dia selalu memandang gamang langit di atasnya. Sering aku lihat dia melamun.” Jelas Jongin.

Kyungsoo mengulas senyum tipis. “Angin malam bisa membuat tubuhku lemah jika aku sering berada di beranda. Yahh, aku juga sering melihat Luhan ada di beranda. Bahkan aku sering mendengarnya menangis.” Ungkap Kyungsoo lirih. Hatinya sedikit sesak ketika mengungkapkan apa yang pernah ia lihat. Apalagi isak tangis yang tertangkap indera pendengarannya semakin menguarkan rasa nyeri yang berlebihan di hatinya. Ia paham dengan keadaan Luhan. Ia tahu dengan apa yang dirasakan Luhan.

Jongin menggenggam tangan Kyungsoo erat lalu mengecupnya hangat. “Jangan berpikir itu lagi. Ah, kau akan melihat penampilanku besok ‘kan ??” Senyum merekah dari bibir penuh Jongin. Kyungsoo menatap dalam wajah Jongin lalu mengangguk.

“Kali ini kau tidak akan menyesal denganku.” Tutur Jongin percaya diri.

Kyungsoo tersenyum. “Aku tidak pernah menyesal denganmu Jongin-ah ..”

Kata-kata itu menarik tangan Jongin untuk menangkup wajah Kyungsoo. Mengikat sorot mata Kyungsoo dengan kedua pasang iris kelamnya. Sedikit demi sedikit jarak yang tercipta di antara mereka semakin menipis. Hembusan hangat nafas Jongin terasa menenangkan di wajah Kyungsoo. Pelan namun pasti bibir penuh Jongin menyentuh lembutnya bibir hati milik Kyungsoo. Awalnya mengecup lalu berubah menjadi lumatan. Dengan lincahnya bibir Jongin menari-nari di atas bibir Kyungsoo. Tanpa terasa tangan Kyungsoo telah melingkar manis di leher Jongin, memberikan kesempatan kepada Jongin untuk semakin dalam mempermainkannya.

“Aku mencintaimu Do Kyungsoo ..” Tukas Jongin setelah mengusap lembut bibir Kyungsoo dengan ibu jarinya.

Kyungsoo tersipu. Ada segelintir rona merah di wajah ayunya. “Aku juga mencintaimu, Kim Jongin..”

Lantas keduanya saling berpelukan. Menghalau angin yang berusaha meracaukan kehangatan diantara mereka. Mereka tetap berada di dalam dekapan satu sama lain. Tak memperdulikan teguran dari udara yang mengingatkan hari telah larut. Keduanya masih tak bergeming. Masih dalam pelukan yang seolah enggan untuk di lepaskan.

“Karena aku sangat mencintaimu ... Aku tidak mau melepaskanmu ..”

 

TBC


Bagaimana? Reviewnya yaa...

kamsahamnida ... :)

 

Regards

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Next chapter will be updated tomorrow , so wait for it .. :)

Comments

You must be logged in to comment
potatoria
#1
Chapter 16: A TIDAK AKHIRNYAA
HAPPY ENDING <3

Hooo penantian sejak september berujung memuaskan muehehehe akhirnya di lanjut. Terima kasih banyak author nim ;-;)/
Aku menantikan karya kaisoo lagi, atau nggak myungstal wkwkwk xDd

Semangat!
potatoria
#2
Author update yang ini dong ;A;)/ sudah berbulan2 gaada kabar nih hue ;;;;---;;;;
archiffaowiqlay
#3
Chapter 15: Yah thorrr masih tbc nihhh? Lanjutannya dong thor
archiffaowiqlay
#4
Chapter 14: Akhirnya...semoga kebahagian selalu meliputi mereka hehehe
archiffaowiqlay
#5
Chapter 13: Thor please jangan bikin soo mati...thorrrr...aishhhh
archiffaowiqlay
#6
Chapter 11: Ahhhh jadi gak tega ama lulu...semangat ya lulu.. mr. Oh se rangkul lulu lah biar dia bisa move
archiffaowiqlay
#7
Chapter 10: Thor...walau bagaimanapun aku menyukai ini...gak tega sih ama lulu.. tapi, soo udah menangis terlalu banyak Thor...jangan bikin soo nangis lagi Thor yaaa
archiffaowiqlay
#8
Chapter 9: OMG jong oppa emang the best dehhh...co cweet
archiffaowiqlay
#9
Chapter 8: Yahhh...kasihan soo...jong oppa harus jagain soo pokoknya
archiffaowiqlay
#10
Chapter 7: Jong oppa emang yang terbaik!!!!