03.

You Are Not Alone..

03.

Gemeretak jendela yang bergetar akibat sentuhan kasar para angin terdengar gendang telinga Kyungsoo. Mata besarnya terbuka perlahan. Mengerjab pelan lalu memicing. Tubuhnya ikut bergetar kecil manakala angin kasar itu berhasil masuk dan membelai kulit mulusnya.

“Ng? Achkk..”

Kepalanya kembali pusing saat ia ingin bangkit dari tidurnya di atas lantai. Sebentar ia mengumpulkan kekuatan di tubuhnya sebelum ia benar-benar mendudukkan tubuhnya.

“Ahh, aku pasti ketiduran saat pingsan.” Gumamnya lirih setelah menyadari jawaban atas pertanyaan yang menggantung di kepalanya.

Kyungsoo berdiri dari duduknya dengan sedikit sempoyongan. Tangannya masih memegangi kepala yang tak sepusing tadi. Bibir penuhnya menghela nafas berat. Sekilas ia melirik jam yang bertengger manis di meja nakas. Jam enam pagi, ia harus cepat agar tak telat ke sekolah.

“Kemana Kyungsoo? Kenapa masih sepi seperti ini? Jangan bilang dia masih tidur pulas di dalam kamar.”

Kreettt....

Lembaran kayu tipis itu terbuka secara kasar. Detik berikutnya seorang wanita masuk dengan wajah memerah geram. Tak tanggung-tanggung, tangannya meraih rambut Kyungsoo yang sedang duduk menyiapkan seragamnya.

Eo-eomma.. Eo-eomma.. Sakit.. Sa-sakit..” rintih Kyungsoo seraya berusaha melepas tarikan tangan sang eomma.

Wanita itu tersenyum miring. “Kau bangun jam berapa? Kenapa belum ada sarapan? Kau tahu? Aku dan suamiku kelaparan! Kenapa tidak buat sarapan? Ha! Kenapa?” bentak eomma dengan tingginya.

Kyungsoo tersentak akibat suara tinggi itu. “A-aku ketiduran eomma.. Aku bangun telat.” Sahut Kyungsoo pelan. “A-aku minta maaf.”

Tangan eomma melepas tarikan itu. Mata tajamnya menatap benci sosok cantik yang tengah ketakutan.

“Kau bilang ketiduran? Ck, alasan saja. Cepat keluar buatkan kita makan.”

Kyungsoo mengangguk pelan. “Ba-baik bu!” sahutnya.

“Cepat! Dasar anak tidak berguna.” Umpatnya kemudian.

Setelah itu eomma Kyungsoo keluar kamar diikuti oleh dirinya. Kakinya terasa berat saat mengayun. Kepalanya masih terasa sedikit pusing. Hingga kekuatan tubuhnya tak sebanyak hari kemarin-kemarin.

Tangannya dengan cekatan mengambil keperluan untuk memasak. Ia harus bergerak cepat jika tak ingin terlambat di sekolah. Bukan seorang Kyungsoo jika ia terlambat sekolah. Sesekali rintihan meluncur dari bibir tebalnya. Ternyata pusing itu masih saja membuntutinya. Tanpa sengaja entah mengapa, air mata turun dari sudut mata besar itu.

Dalam tangisan yang sedikit ia tahan, tangannya bekerja menyiapkan sarapan untuk kedua orang tuanya. Pilu, ia berpikir bahwa kehadirannya disini bukan sebagai seorang anak. Melainkan seorang pembantu yang harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Namun bedanya, para pembantu itu dibayar sedangkan dirinya? Jangankan dibayar, senyum yang ia inginkan mengembang tulus dari sang eomma jarang sekali ia lihat.

Pipinya telah basah sesaat makanan itu telah tersaji di atas meja. Segera ia mengusap sisa air mata lalu memanggil kedua orangtuanya. Setelah itu ia pergi mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah.

Tanpa mengisi perut dengan nutrisi yang sangat ia butuhkan, kaki rampingnya melangkah meninggalkan kediamannya. Beruntung ia tak perlu menunggu lama bus kota hingga ia bisa datang ke sekolah tepat waktu.

∞∞∞

Tangannya merapikan barang-barangnya acak secara cepat. Ia tak memperdulikan lagi buku yang terjatuh di bawah meja. Pikirannya terlalu kacau hanya memikirkan sosok yang membuatnya khawatir semalaman. Belum ada kabar lagi setelah telepon yang kemarin.

“Jonginnie.. Kau mau kemana?” seru Luhan heran melihat Jongin yang berlari cepat setelah mendengar bel istirahat dan merapikan bukunya.

Jongin tak menjawab dan terus berlari. Sementara Luhan hanya berdecak kesal seraya mengumpat tak jelas. Ia tak memperhatikan wajah seseorang yang sedikit menghilang cahayanya sekejap.

Sedangkan Jongin langsung melesat menuju satu tempat yang sangat ingin ia kunjungi setelah bel istirahat berbunyi. Ruang kelas 2 musik menjadi tujuannya kali ini. Kelas yang dihuni oleh orang-orang berbakat dalam musik. Salah satunya adalah Do Kyungsoo.

“Kyungsoo-ya.. Apa kau baik-baik saja?” Tanya Jongin cemas setibanya ia di kelas Kyungsoo.

Kyungsoo yang tengah menyalin catatan Baekhyun mendongak heran.

“Kau benar baik-baik saja ‘kan?” tanya Jongin lagi tak memberikan kesempatan untuk Kyungsoo menjawab. Bahkan tangannya mengoyak-ngoyak tubuh Kyungsoo. Sementara gadis yang dimaksud hanya memandang bingung Jongin.

“Ya! Ya! Ya! Kim Jongin! Yang santai dong..” seru Baekhyun gemas melihat sikap berlebihan Jongin. “Dia baik-baik saja Jonginnie.”

Jongin menarik kursi sebelah Kyungsoo lalu duduk. “Kenapa kau tidak berbicara saat kau menelponku? Aku khawatir kepadamu Kyungsoo-ya. Aku kira kau ada apa-apa. Tapi syukurlah ternyata kau masih sekolah.” Tukas Jongin sedikit lebih lega dari sebelumnya.

Kyungsoo mengerutkan dahinya. Sedetik kemudian ia tersenyum. Dirinya paham akan kekhawatiran Jongin. “Ahh, maaf! Kemarin aku memang sedikit pusing.” Balas Kyungsoo disertai senyum hangat.

“Kau pusing? Sekarang? Masih pusing?” tanya Jongin cemas.

“Tidak, aku sudah sembuh.”

“Kau yakin? Apa kau ingin aku antar ke rumah sakit?”

Senyum Kyungsoo mengembang lembut sekali. Tangannya mengusap punggung tangan Jongin. “Terima kasih kau sudah khawatir kepadaku. Aku sekarang baik-baik saja. Maaf kalau aku tidak mengabarimu kembali.” Tutur Kyungsoo.

Jongin ikut tersenyum hangat. “Kau tahu kan kalau aku tidak tahan mendengar kau sakit. Apalagi kau sama sekali tidak berbicara saat menelponku. Aku sangat khawatir kepadamu Kyungsoo-yaa..” tangan Jongin menggenggam erat tangan Kyungsoo.

Baekhyun yang sedari tadi hanya melihat keduanya memutar bola matanya malas lalu berdehem keras. “Ingat hey! Kau ada di dalam kelasku. Jangan berlebihan Jongin-ah.” ujar Baekhyun dengan suara yang tak mampu dideteksi apakah dia marah atau cemburu.

“Haha, maaf deh Baekhyun-ah.” Jongin menampakkan gigi putih yang berjejer.

“Aku iri deh dengan kalian.”

“Iri? Kenapa?” tanya Kyungsoo seraya melepaskan genggaman tangan Jongin.

“Yahh, kau beruntung Kyungsoo-ya memiliki Jongin yang perhatian kepadamu. Kyungsoo juga perhatian kepadamu Jongin.”

Kyungsoo menunduk malu. Pipi mulusnya merona merah mendengar kata-kata Baekhyun. Entah mengapa rasanya ada getaran dalam hati Kyungsoo.

“Hahaha, kita kan sahabat.” Tanggap Jongin dengan tawa yang dipaksa menggelegar. Dalam hati ia ingin mengatakan bahwa ia menyukai Kyungsoo dan ingin memiliki Kyungsoo. Namun rasanya hanya mimpi saja mengingat Kyungsoo tak peka dengan perhatian yang ia berikan.

Baekhyun mengerjab pelan. “Hanya sahabat?” tanyanya heran.

Keduanya mengangguk berbarengan.

Heol! Aku tidak percaya kalian hanya sahabat.” Sindirnya setengah menggoda.

“Tapi memang kita sahabat.” Kali ini Kyungsoo yang bersuara.

“Yahh, tapi...” Baekhyun menghentikan ucapannya saat melihat wajah Kyungsoo memerah. Seolah meminta Baekhyun untuk tidak membahas hal ini. Lantas Baekhyun tersenyum lembut dan menyentuh pelan pundak Jongin.

“Jagalah Kyungsoo! Sepertinya dia memang butuh seseorang yang selalu ada di sisinya.” Tukas Baekhyun dengan kerlingan mata.

Kyungsoo mendengus. “Byun Baekhyun!” pekik Kyungsoo kesal. Lama-lama mulut Baekhyun pedas juga.

Jongin hanya bisa terkekeh melihat tingkah Kyungsoo yang sedikit malu-malu kucing. Ah bukan malu-malu kucing, tapi salah tingkah. Bahkan pipi Kyungsoo telah memerah sempurna.

“Kalian sudah makan?” tanya Jongin untuk menghilangkan rasa canggung yang sedikit menyelimuti mereka.

Kyungsoo dan Baekhyun menggeleng bersamaan.

Kajja kita makan!” seru Jongin disambut antusias oleh keduanya.

∞∞∞

Suasana kantin tak seramai saat pertama kali dering bel berbunyi. Beberapa siswa telah kembali ke dalam kelas meninggalkan mereka yang masih berjuang dengan makan siangnya. Kyungsoo, Jongin juga Baekhyun memilih duduk di sebelah luar kantin. Udara disana lebih menyenangkan daripada kantin bagian dalam.

Jongin menawarkan diri untuk memesan makanan sementara Kyungsoo dan Baekhyun menunggunya datang. Selama Jongin mengambil jatah makan siang mereka, Baekhyun sering menggoda Kyungsoo dengan sesekali mata cantiknya melirik curi pandang ke arah dua siswa yang tengah menikmati makan siangnya.

Penasaran, Kyungsoo mengikuti gerak mata Baekhyun. Lantas ia tersenyum dan balik menggoda Baekhyun. “Ah, kau melirik Chanyeol sunbae?” goda Kyungsoo seraya menyikut lengan Baekhyun.

Baekhyun menunduk malu. “Iya, aku sering memperhatikannya. Dia sangat tampan dan periang.” Sahutnya malu-malu.

“Yaahhh, cocok sepertimu yang juga sangat cerewet.” Tanggap Kyungsoo enteng.

“Hey yaa!” Baekhyun mengerucutkan bibirnya tidak setuju.

Kyungsoo hanya terkekeh menanggapi aksi lucu sang sahabat. Tak lama kemudian Jongin datang dengan tangan penuh membawa beberapa makanan. Merasa kasihan dengan Jongin, Kyungsoo berdiri untuk membantu Jongin membawa makanan.

“Jja, silahkan dimakan...” seru Jongin setibanya ia di tempat mereka. Dengan bantuan Kyungsoo ia meletakkan makanannya. Wajah Baekhyun bertambah cerah seiring dengan datangnya makanan itu.

Ketiganya menikmati makanan dengan keadaan tenang. Sesekali tangan Jongin membersihkan nasi yang tersisa di bibir Kyungsoo hingga mengundang deheman dari Baekhyun. Sementara Kyungsoo menunduk malu. Ia sering sekali menerima perlakuan manis dari sahabatnya.

Sesaat berlalu, sosok Jongdae datang dengan Chanyeol di belakangnya. Baekhyun menggenggam tangan Kyungsoo kala Chanyeol duduk di sebelahnya. Sedangkan Jongdae datang untuk memanggil Jongin. Ada yang ingin Jongdae katakan kepada Jongin. Lantas keduanya meninggalkan ketiga lainnya di meja melingkar itu.

Keheningan sempat mentada mereka. Tak ada yang berani memulai percakapan. Terutama Baekhyun, ia terlalu nerveous untuk berada di sebelah Chanyeol. Mengingat baru kali ini mereka berada dalam satu meja. Sedikit informasi, Baekhyun merupakan gadis yang tidak terlalu bisa bertahan lama untuk menyukai seseorang. Tapi entah mengapa kali ini bawaannya ia tidak bisa tenang di dekat Chanyeol.

Menyadari kegugupan sang sahabat, Kyungsoo hanya tersenyum tipis seraya menggeleng-gelengkan kepala. Ia ingin memberikan sesuatu kepada Baekhyun. Lalu ia berencana untuk pergi dari sana. Membiarkan dua murid SMA itu saling berbincang-bincang. Kyungsoo beranjak dari duduknya lalu tersenyum ke arah Baekhyun.

“Aku ingin ke toilet!” ucapnya pelan.

Sejenak Baekhyun berekspresi aneh setengah bingung. Tapi ia hanya mengangguk mengiyakan. Sedetik kemudian, Kyungsoo melangkahkan kakinya.

Belum lama ia melangkah, dua siswa datang ke arahnya dengan tangan membawa mangkuk makanan. Entah tidak sengaja atau memang disengaja. Salah satu dari mereka menabrak Kyungsoo hingga mangkuk yang ia bawa menumpahi tubuh Kyungsoo. Jelas saja, seragam Kyungsoo kotor akibat tumpahan itu. Kyungsoo menghela nafas panjang lalu beranjak dari sana. Tatapan matanya seolah mengatakan ia tak mengerti dengan perlakuan siswi itu. Namun ia hanya mengulas senyum dan hendak pergi dari hadapannya.

“Dasar jalang! Kau sungguh bersikap sok arogan?” umpatnya keras dengan nada tak suka. Sontak Kyungsoo berhenti dan memandang sejenak gadis itu. Ia menggigit bibir bawahnya sebelum kembali berjalan.

Gadis itu mendecih kasar. “Dasar kau gadis tak tahu diuntung! Penggoda! Jalang dan~.”

“Do Luhan!!” bentak sosok lain yang berdiri di belakangnya.

Luhan, gadis yang telah mengumpat untuk Kyungsoo menatap tajam Sehun. “Berhenti memanggilku dengan nama itu! Itu bukan namaku!” sungutnya.

Sehun berdecak. “Bukan namamu? Itu nama barumu! Kalau kau tidak ingin aku memanggilmu dengan marga itu, jangan pernah lagi menghina Kyungsoo! Kau keterlaluan sekali.” Suara Sehun tak kalah tinggi dari Luhan. Ia kali ini benar-benar geram dengan sikap Luhan yang dianggapnya jauh keterlaluan.

“Kenapa kau selalu membela Kyungsoo? Kau suka dengannya? ah, kau ingin cari perhatian agar bisa memilikinya? Ck, dasar kalian berdua berselera rendah.” Cibirnya.

“Aku tidak menyukai Kyungsoo! Aku kasihan dengannya yang selalu saja kau sakiti. Pikirkan perasaannya Luhannie!” ucapn Sehun sedikit lebih lemah.

Luhan menyeringai dengan tatapan tak suka. “Huuhh, kau selalu bilang untuk memikirkan perasaannya. Lalu bagaimana perasaanku? Aku juga sakit saat melihat Jongin bersamanya.”

“Kalau begitu lupakan Jongin! Jangan mendekatinya.”

“Apa? Kau pikir semudah itu? Yaa! Aku menyukai Jongin sudah lama. Bagaimana bisa aku melupakannya?” sungut Luhan tak percaya.

Sehun terdiam. Sebentar ia menghirup nafas dalam lalu mengeluarkannya pelan.

“Kau bisa melupakannya. Cari yang lainnya.” Tanggapnya lirih.

Tatapan Luhan kembali menghujam mata Sehun. “Kau selalu saja berkata seperti itu.” setelahnya ia pergi meninggalkan Sehun sendiri. Hati Luhan terlalu kesal bercampur sakit setiap kali mendengar kata-kata dari Sehun yang menurutnya semua adalah omong kosong. Bagaimanapun ia sangat mencintai Jongin. Tidak mudah bagi dirinya melepaskan Jongin begitu saja. Apalagi untuk Kyungsoo teman dekat Jongin. Padahal pertemenana mereka jauh lebih dulu daripada dirinya dengan Jongin. Namun ia tak peduli. Selamanya ia akan mengejar Jongin tanpa menyadari cinta yang diberikan Sehun begitu tulus kepadanya.

∞∞∞

Jam pulang sekolah telah tiba, Kyungsoo sengaja mempercepat gerakannya agar cepat selesai merapikan alat tulisnya. Setelah itu ia pamit kepada Baekhyun untuk pulang lebih dulu. Ia juga berpesan kepada Baekhyun untuk mengijinkannya pada Sooyoung ketua tempat clubnya bergabung bahwa ia tidak masuk hari ini. Baekhyun menyanggupi itu. Lantas ia segera keluar kelas karena Jongin telah menunggunya di depan kelas.

Senyumnya mengembang setibanya Kyungsoo di hadapan Jongin. Jongin menyambutnya dengan senyum lebih lebar.

“Kajja..” lantas Jongin memegang tangan Kyungsoo erat. Keduanya melangkah bersama.

Langkah mereka terasa sangat riang bersama. Senyum Kyungsoo terus mengembang indah di paras cantiknya. Matanya yang besar terkadang mengecil kala bibir penuhnya itu melengkung manis. Sesekali tawa terdengar renyah dari Kyungsoo disaat Jongin dengan nafsunya menggoda wajah Kyungsoo. Terkadang Jongin yang terkekeh melihat wajah kesal Kyungsoo. Ia merindukan sosok Kyungsoo yang ia rasa sedikit menjauh darinya. Ah bukan menjauh darinya, namun dirinya lah yang jarang menghabiskan bersama karena latihan tari.

Kaki-kaki mereka menapak seirama di jalanan menuju rumah Kyungsoo. Kali ini gadis imut itu tidak bekerja. Karena sakit kemarin, ia meminta ijin untuk tidak bekerja dulu. Beruntung sang bos sangat pengertian dan mengijinkan Kyungsoo untuk istirahat lebih dulu.

“Kyungsoo-ya..” panggil Jongin pelan.

Kyungsoo menoleh. “Ada apa Jongin-ah?” tanyanya dengan sorot mata penuh tanya.

“Emmm..” Jongin gelagapan ketika tak sengaja matanya menangkap mata indah Kyungsoo yang tengah melihat kearahnya.

“Kenapa Jongin?”

“Emmm, apa kau sibuk minggu ini?”

“Minggu ini?” sejenak Kyungsoo berpikir dan mengingat-ingat apakah ada kegiatan di hari Minggu lalu ia menggeleng. “Sepertinya tidak, kenapa?”

Jongin menarik nafas dalam. “Apa kau mau keluar denganku?” tanyanya lirih.

“Kemana?”

“Kita nonton film?” Kali ini suara Jongin terdengar lebih tenang setelah mendapat respon baik dari Kyungsoo.

Kyungsoo mengangguk antusias. “Aku mau~. Ada film terbaru yang ingin aku lihat.” Sahutnya senang.

Jongin mengusap puncak kepala Kyungsoo. “Kita lihat sama-sama eum nanti.”

Gadis cantik itu mengangguk senang. Lalu keduanya meneruskan perjalanannya hingga tak sadar telah sampai di depan rumah.

Jongin tersenyum sebelum Kyungsoo perpamitan akan masuk ke dalam rumah.

“Masuklah, di luar dingin. Jangan lupa makan! Kau bisa sakit lagi nanti.” ucap Jongin seraya mengusap lembut pipi Kyungsoo.

Gadis cantik itu tersipu ketika tangan Jongin membelai lembut pipinya. Bahkan jika ia bisa melihat, rona itu sudah menempel sempurna di pipinya. Ia mengangguk disertai senyum cantik khas miliknya.

“Aku masuk dulu Jongin-ah. Kau hati-hati saat pulang.” Tutur Kyungsoo seraya melambaikan tangannya.

Jongin ikut melambaikan tangannya dan berbalik. Belum lama ia melangkah, suara jeritan Kyungsoo terdengar di telinganya.

“Kyung-Kyungsoo-yaa.... Kyungsoo-yaaa...” Pekik Jongin sesaat ia melihat Kyungsoo terjatuh dengan tangan memegang kepala.

Jongin terlihat sangat panik. Tangannya memeluk tubuh Kyungsoo. “Kau kenapa Kyungie? Kau kenapa? Ada apa denganmu?” tanya Jongin cemas.

Kyungsoo tak menjawab, ia terus memegang kepalanya yang terasa berputar. Rasa sakit ini sama dengan pusing yang ia rasakan kemarin sore. Rasanya sangat menyakitkan membuatnya hampir tak mampu bertahan.

“Kyungsoo-yaa... Aku akan membawamu ke rumah sakit.” dengan sigap Jongin mengangkat tubuh Kyungsoo dan menggendongnya hingga ia melihat taksi melintas di jalanan.

Segera ia membawa Kyungsoo ke rumah sakit dengan terus menggenggam tangannya. Sementara Kyungsoo ia masih merasakan kesakitan. Bahkan saat ini darah yang pernah muncul di hidungnya kembali turun perlahan membuat Jongin semakin khawatir dan panik.

“Kyungsoo-yaa.. Sebenarnya kau sakit apa? Bertahanlah Kyungie, kita akan sampai di rumah sakit. Bertahanlah....”

 

TBC


bagaimana? komen, subscribe ma upvote ya readers...

 

Regrads

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Next chapter will be updated tomorrow , so wait for it .. :)

Comments

You must be logged in to comment
potatoria
#1
Chapter 16: A TIDAK AKHIRNYAA
HAPPY ENDING <3

Hooo penantian sejak september berujung memuaskan muehehehe akhirnya di lanjut. Terima kasih banyak author nim ;-;)/
Aku menantikan karya kaisoo lagi, atau nggak myungstal wkwkwk xDd

Semangat!
potatoria
#2
Author update yang ini dong ;A;)/ sudah berbulan2 gaada kabar nih hue ;;;;---;;;;
archiffaowiqlay
#3
Chapter 15: Yah thorrr masih tbc nihhh? Lanjutannya dong thor
archiffaowiqlay
#4
Chapter 14: Akhirnya...semoga kebahagian selalu meliputi mereka hehehe
archiffaowiqlay
#5
Chapter 13: Thor please jangan bikin soo mati...thorrrr...aishhhh
archiffaowiqlay
#6
Chapter 11: Ahhhh jadi gak tega ama lulu...semangat ya lulu.. mr. Oh se rangkul lulu lah biar dia bisa move
archiffaowiqlay
#7
Chapter 10: Thor...walau bagaimanapun aku menyukai ini...gak tega sih ama lulu.. tapi, soo udah menangis terlalu banyak Thor...jangan bikin soo nangis lagi Thor yaaa
archiffaowiqlay
#8
Chapter 9: OMG jong oppa emang the best dehhh...co cweet
archiffaowiqlay
#9
Chapter 8: Yahhh...kasihan soo...jong oppa harus jagain soo pokoknya
archiffaowiqlay
#10
Chapter 7: Jong oppa emang yang terbaik!!!!