05.

You Are Not Alone..

Tumor Otak ?

Satu kenyataan yang memang telah dipersiapkan Kyungsoo untuk diterimanya. Sebuah penyakit yang tergolong ganas menyerang otaknya. Ia tak mampu berbuat apa-apa selain menangisinya. Beruntung kedua orang tua angkatnya sedang tak ada di rumah sehingga ia tidak merasa khawatir dengan omelan sang eomma.

Sudah lama sebenarnya Kyungsoo merasakan hal itu, namun ia ragu jika yang menyerangnya adalah penyakit berbahaya. Harus bagaimana lagi? Rasanya hidup ini seolah tak berpihak kepadanya sama sekali. Belum ia mendapatkan kebahagiaan di hidupnya, satu masalah datang membenturnya.

Kyungsoo menunduk. Dalam hati ia selalu berdo’a semoga Tuhan masih melihatnya dan merencanakan yang terbaik. Sekali lagi, ia tak mampu melakukan apa-apa selain berharap Tuhan akan selalu meringankan bebannya.

Sebentar ia mengusap sisa air mata sebelum kembali bersiap-siap. Sudah hampir seminggu ia ijin tidak bekerja di cafe. Meskipun ia mendapatkan ijin dengan suka hati dari bosnya, tetap saja ia merasa tidak enak. Dengan energi yang tersiksa, ia berniat untuk bekerja. Mengumpulkan uang agar bisa menyembuhkan penyakitnya sendiri.

Tangannya meraih pakaian di lemari lalu mengenakannya. Ia tak lupa mengenakan sweater tebal agar bisa menghalau angin yang bisa saja menggoyahkannya. Setelah dirasa siap, ia lantas keluar rumah dengan berjalan kaki menuju halte.

Eoh, Kyungsoo-ya! Kau sudah sembuh?” sapa Joonmyeon setibanya Kyungsoo di cafe.

Kyungsoo tersenyum lalu memberikan hormat. “Eum, aku sudah baikan. Maaf sajangnim aku harus istirahat beberapa hari.” Tukasnya sedikit bersalah.

“Heyy!! Aku tidak akan marah kepadamu. Kalau kau masih perlu istirahat, istirahatlah dulu Kyungie.” Timpalnya seraya membenarkan letak lukisan.

Gadis manis itu hanya mengulas senyum lalu berjalan menuju balik counter. Segera ia mengenakan celemek dan bersiap melayani pelanggan yang datang. Senyumnya tak menghilang masih sama seperti sebelum ia mengetahui penyakit itu. Tangannya masih cekatan menyiapkan semuanya untuk para pelanggannya.

Ketika Kyungsoo tengah membersihkan satu meja di dekat jendela, seseorang mengagetkannya.

“Kyungsoo-yaa..” serunya dengan nada khawatir.

Kyungsoo terkejut lalu berbalik. Dahinya berkerut dengan pandangan bingung. “Jo-Jongin...”

Jongin mendekat lalu menggenggam tangannya erat. “Kenapa kau sudah bekerja? Kau harus istirahat.”

“Le-lepaskan Jongie.. A-aku sedang bekerja.” Kyungsoo tampak menahan malu dan melirik sekitar yang mungkin saja melihatnya dengan tatapan heran.

Jongin tersentak. “Ahh, maaf !! Aku lupa.” Cengiran khas milik Jongin mengembang indah. Lalu ia duduk di kursi yang baru saja dibersihkan oleh Kyungsoo. Ia meminta Kyungsoo untuk memberikan satu hot cappucino dan satu potong cheese cake.

Sekitar dua puluh menit Jongin hanya melihat Kyungsoo dengan perasaan sedikit gusar. Takut jika sewaktu-waktu penyakitnya kumat dan Kyungsoo akan jatuh karena kelelahan. Namun senyum yang terukir di wajah cantiknya seolah menyihir dan mengatakan kepada Jongin bahwa dirinya baik-baik saja.

Satu potong kue itu telah habis dilahap Jongin dan minumannya tinggal setengah. Ia ingin meninggalkan tempat itu tapi rasanya sangat berat. Lantas ia memesan kembali satu potong kue cokelat untuk menemaninya menunggu Kyungsoo bekerja.

“Kau akan menghabiskan uang kalau terus disini Jongie.” Tukas Kyungsoo sedikit cemas seraya meletakkan pesanan Jongin.

Pemuda itu tersenyum lebar. “Aku ingin menunggumu Kyungie. Ini juga hari libur. Daripada aku menghabiskan waktuku untuk bermain-main.” Bela Jongin.

“Kenapa kau tak membantu bekerja saja disini?” celetuk Kyungsoo tiba-tiba.

“Ah, benar.” Jongin segera beranjak dari duduknya. “Dimana ruang bosmu?”

Kyungsoo membelalakan kedua mata besarnya. “Kau bersungguh-sungguh ? Aku hanya bercanda Jong-ah.”

“Tidak masalah.”

Lantas ia mencari Joonmyeon bos dari Kyungsoo. Ia mencoba meminta pekerjaan kepada Joonmyeon. Sempat ditolak namun setelah menceritakan maksudnya, akhirnya ia diterima bekerja. Dengan secepat kilat ia mulai membantu pekerjaan Kyungsoo dan yang lainnya.

Sebentar melihat Jongin bekerja, Joonmyeon merasa puas. Rupanya pemuda tan itu cukup cekatan dan giat dalam bekerja. Ia tidak mengecewakan sang bos.

∞∞∞

Satu pelajaran tentang musik telah diterima Kyungsoo dan teman sekelasnya dengan baik. Hari ini dirinya kembali berkumpul dengan teman-temannya setelah beberapa hari tak menghadiri sekolah karena harus berbaring di rumah sakit. Raut mukanya terlihat lebih baik. Energinya cukup banyak setelah mendapatkan banyak semangat dari temannya. Terutama Jongin.

Setiap hari pemuda itu seakan tak pernah peduli dengan amarah eomma Kyungsoo ketika datang menemui Kyungsoo. Dengan senang hati ia akan mengajak Kyungsoo berjalan-jalan agar gadis itu tak merasa sendiri dan selalu merasakan bahwa ada seseorang yang selalu bersamanya. Meskipun sampai saat ini Jongin belum memiliki keberanian untuk mengatakan ia jatuh cinta kepadanya. Masih belum ada keberanian.

“Kyungsoo-ya. Kajja kita makan di kantin.” Ajak Baekhyun seraya menarik tangan Kyungsoo.

Kyungsoo mengangguk lalu ikut dengan Baekhyun. Sesaat keduanya akan sampai di kantin, seorang siswi datang menghampirinya. Dapat Kyungsoo lihat dari lensa kelamnya gadis itu adalah Xi Luhan.

Luhan memutar bola matanya malas. “Apa kabar kau Kyungsoo ?” Senyum tipis penuh kesinisan mengembang di wajah cantik gadis itu.

“Aku baik-baik saja.” sahutnya pelan.

“Lama kita tidak bertemu. Ku dengar kau sakit ya? Sakit apa? Uhhh, kasihan sekali kau.” Tangan Luhan bermain-main di seragam Kyungsoo.

Tak ada yang dilakukan Kyungsoo selain memandang datar Luhan. Sementara Baekhyun segera menampik tangan itu dan menarik Kyungsoo untuk menjauh dari sana. Namun pergerakan Luhan lebih cepat daripada dirinya.

“Aku masih ada urusan dengan anak ini!!” sentaknya.

Baekhyun menghela nafas kasar. “Apa? Kau ingin melakukan apa lagi Xiao Luhan? Kau tidak pernah puas menyakiti Kyungsoo? Aku heran apa yang akan dilakukan Jongin jika dia tahu perbuatanmu?” kata Baekhyun dengan pandangan menusuk bola mata Luhan.

Luhan berdecih. “Katakan saja! Aku tidak takut. Aku tidak peduli lagi dengan kenyataan kalau dia telah berkencan dengan Jongin. Aku tidak peduli. Tapi, awas saja kalau kita bertemu di hal lain. Aku tak akan segan-segan untuk mencelakaimu lebih lagi.” Sumpahnya sebelum ia beranjak dari hadapan kedua siswi itu. Kata-kata yang terlontar dari bibir tipisnya tak mampu dimengerti oleh Kyungsoo maupun Baekhyun.

Apa maksud dari hal lain? Seingatnya Kyungsoo tak memiliki urusan apa-apa dengan Luhan. Yang ia tahu hanyalah Luhan menyukai Jongin dan sekuat tenaga ingin memiliki Jongin. Tapi hal lain itu apa? Apa? Entahlah, Kyungsoo tak mampu menjawabnya. Sekedar menebak-nebakpun tak mampu.

Lantas keduanya kembali berjalan menuju kantin untuk makan siang.

Waahhh, kau sudah sembuh Kyungsoo-yaa.” Kali ini pertanyaan itu terdengar dari bibir Sehun. Pemuda itu memilih untuk menghabiskan makanan bersama Jongin dan yang lain daripada mengikuti Luhan yang sama sekali tak melihatnya. Mungkin ia lelah terus menerus mengejar Luhan.

Kyungsoo mengangguk pelan. “Sedikit lebih baik. Namun belum sembuh sepenuhnya.” Sahutnya lirih.

Sehun berkerut. “Eoh? Kau sakit apa?” tanyanya penasaran.

Sekejap raut muka Kyungsoo berubah. Ia terdiam seraya menggigit bibir bawahnya pelan. Gerakan tangannya reflek terhenti dan meletakkan kembali sumpit yang ia pegang. Mengetahui atmosfer yang sedikit tak mengenakan, Jongin segera merubah suasana itu.

Ahh.. Sehun-ah, jangan kau tanyakan itu dulu saat ini.” Tukasnya kemudian.

Wae ? Ada yang salah?” Sehun bingung dengan perkataan Jongin.

Segera Jongin menyikut Sehun untuk diam. Ia memberikan isyarat bahwa Kyungoo sedikit tertekan bila ditanya tentang hal itu. Meskipun terlambat, Sehun menyadaro itu lantas diam dan melanjutkan makan siangnya. Suasana menjadi lebih hening dari sebelumnya.

“Aku terkena tumor otak.” Ungkap Kyungsoo tiba-tiba. Nada suaranya melirih dan sedikit bergetar.

Jongin dan lainnya terkejut dengan pengakuan Kyungsoo. Mereka tak tahu harus menanggapi bagaimana.

Senyum pahit terulas dari bibir penuhnya. “Tapi aku baik-baik saja.” Benar Kyungsoo mengatakan hal itu namun tetes air mata lolos dari kepungan kelopak matanya.

Jongin tersentak dengan air mata yang jatuh. Langsung ia mendekati Kyungsoo dan mengusapnya pelan. Jongin menggeleng agar Kyungsoo tak melanjutkan kata-kata yang akan menyakitkannya. Dengan lembut ia mengusap air mata yang sempat terjatuh. Yang lain hanya melihat pemandangan itu dengan gamang. Baekhyun juga telah mendengar kabar ini, ia mengusap pundak Kyungsoo agar sedikit memberikan kekuatan.

“Kau akan sembuh Kyungsoo-yaa.” Tutur Sehun menguatkan Kyungsoo.

Gadis itu mengulas senyum tipis lalu mengangguk.

“Kita akan selalu berada di sampingmu untuk menguatkanmu. Kau harus berjanji akan sembuh untuk kita.” Lanjut Baekhyun dengan penuh semangat.

“Benar! Kau tak sendiri Kyungsoo-yaa. Kalau bisa aku ingin kau berbagi sakit itu denganku.” Jongin ikut menimpali.

Kyungsoo kembali meneteskan air mata kala telinganya mendengar ucapan dari teman-temannya yang selalu mendukungnya. Benar, ia menyadari bahwa dirinya memang tak sendiri. Kehidupan di keluarganya memang tak menguntungkan dirinya namun ada satu sisi yang bisa membuatnya bahagia, teman-temannya.

Jongin mengusap kembali air mata itu. “Simpan air matamu Kyungsoo-ya. Jangan kau keluarkan lagi.” Omelnya.

Ahh, Jongin-ah! Aku minta kau untuk terus berada di sisinya. Sepertinya Luhan masih belum bisa berbuat baik kepada Kyungsoo.” Kata Baekhyun dengan nada menuntut.

“Maksudmu?”

Baehkyun menghela nafas. “Dia sempat mengancam Kyungsoo. Tapi aku tidak tahu maksudnya apa.”

“Sungguh?” Jongin berjengit mendengar kata-kata Baekhyun.

Eoh, sungguh.”

Waahhh...” Baru kali ini ia mendengar jika Luhan memiliki sikap yang buruk kepada Kyungsoo.

Sehun terhenyak dengan pengakuan Baekhyun. Lantas ia berdiri dan menunduk dalam. Semuanya memandang aneh pemuda tampan itu. Alis Jongin terangkat seolah meminta jawaban.

“Aku meminta maaf atas perlakuan Luhan kepadamu Kyungsoo-ya. Aku tidak bisa membuatnya menjadi lebih baik lagi. Bahkan membuatnya untuk melupakan Jongin saja aku tidak bisa.” Ucapnya merasa bersalah.

Jongin tertawa tiba-tiba.

“Kenapa kau yang minta maaf? Apa dia kekasihmu? Hahahaha...”

Sehun menunduk lalu menggeleng. “Hanya saja aku bertanggung jawab atas ini.”

“Hahaha... Waahh, rupanya kau bersungguh-sungguh mencintai dia dengan tulus. Aku iri sekali kepadamu Sehun-ah.”

“Kenapa kau iri? Kau juga ingin dicintai oleh Sehun?” canda Baekhyun.

Aniya... Aku juga ingin seperti Sehun yang mencintai dengan tulus.”

Ah, kau tidak mencintai Kyungsoo dengan tulus?” tanggap Baekhyun.

Kyungsoo yang tengah memakan makanannya tersedak tiba-tiba. Sementara Jongin mendelik dan gelagapan. Ia tak mampu melawan kata-kata Baekhyun.

Ah.. I-itu.. I-itu...”

“Sudahlah Jongin. Jujur saja. Kyungsoo juga mencintaimu Jongin.” Senyum jahil Baekhyun mengembang lebar. Sontak mata lebar Kyungsoo mendelik dan menatap tajam Baekhyun. Sempat Jongin melihat ekspresi yang berbeda dari Kyungsoo dan ia menyadari jika sepertinya Kyungsoo juga memiliki rasa yang sama sepertinya.

Saat ia akan mengembalikan kata-kata Baekhyun, dering tanda istirahat selesai berbunyi. Lantas mereka segera kembali ke kelas masing-masing.

∞∞∞

Plaakkk... tuuukk...

Kyungsoo berjengit ketika sebuah batu membentur kaca jendelanya. Lekas ia beranjak untuk melihatnya. Mata besarnya memicing seketika siluet figur seseorang muncul di lensa kelamnya. Raut keheranan terpancar sebagai respon atas kedatangan sosok itu.

“Jongin, kenapa dia ada disini?” gumamnya lirih seraya membuka korden jendela.

Senyumnya mengembang lebar. Sosok itu melompat-lompat tampak begitu menggemaskan di mata Kyungsoo .” Ada apa Jonginie?” seru Kyungsoo.

“Apa eomma mu ada?” tanya Jongin lirih dengan gerakan tangan memberikan penjelasan.

Sebentar Kyungsoo menggeleng tak mengerti dengan bahu diangkat ke atas.

Jongin dari kejauhan tampak menhirup nafas dalam lalu berteriak. “Apa eommamu ada di rumah?”

“Ah? Eobseo.. Dia sedang ada di rumah suaminya.” Sahutnya.

Tak menjawab, Jongin malah merangsek masuk halaman Kyungsoo dan berdiri di depan jendela Kyungsoo. Cengirannya melebar seketika.

“Ayo kau harus melakukan kemoterapi sekarang!” tutur Jongin.

Kyungsoo menautkan alisnya bingung. “Kemo? Tapi aku tidak~”

Sttt.... jangan menolak Kyungie. Masalah biaya? Tenang saja... Aku sudah bilang ke eomma dan appa. Mereka setuju untuk membiyayaimu asal kau menjadi menantunya.” Canda Jongin.

Yaaa !!” Kyungsoo manyun.

Jongin terkekeh. “Aku bercanda. Kajja, cepat ganti baju dulu. Aku akan menunggumu.” Paksa Jongin.

“Tapi Jong~.”

“Sudah... Jangan banyak protes.”

Mau tak mau Kyungsoo menurut walaupun masih berat hati. Bagaimanapun biaya untuk kemoterapi tidaklah murah. Dari hasil kerja kerasnya pun ia rasa masih kurang. Bagaimana bisa Jongin dengan mudahnya mengajaknya. Dalam hati Kyungsoo bersyukur memiliki teman sebaik Jongin. Rasa sayangnya kepada Jongin bertambah lebih dan lebih. Jika saja mungkin ia ingin menjadi seseorang lebih dari sahabat.

Semua bisa Kyungie-yaa.. Asal kau ataupun Jongin berani mengungkapkan perasaan kalian..

Saat ini Kyungsoo begitu gugup dan tak tenang. Jongin sedari tadi menggenggam tangannya yang sedikit berkeringat. Tak hanya sekali Jongin menguatkan Kyungsoo dan memberikan semangat kepadanya. Bahkan ia mau jika Kyungsoo meminta Jongin untuk menemaninya di dalam sana.

“Nona Do Kyungsoo, giliran anda. Silahkan masuk!!” perintah suster seraya menunjukkan tempatnya. Kyungsoo sedikit berat, lagi-lagi senyum Jongin yang menenangkannya.

“Boleh saya ikut?” tanya Jongin kepada suster.

Suster tersenyum. “Silahkan! Tapi apakah anda sudah melengkapi biaya perawatan?”

“Ahh, benar. Sebentar Kyungie, aku akan melunasinya dulu. Masih sisa separo.” Cengirannya mengakhiri ucapan Jongin sebelum melesat pergi.

Sesampainya di depan tempat registrasi, Jongin mengeluarkan dompetnya. Belum ia bertanya, petugas lebih dulu bertanya. “Mau membayar atas nama siapa Tuan?”

“Huh? Ah, Do Kyungsoo.” Jawabnya cepat. “Kurang berapa?”

Jongin menunggu petugas itu mencari namanya lalu tersenyum. “Sudah ada yang membayarnya Tuan. Tidak ada tanggungan lagi.” Jawabnya.

Jongin mengernyit bingung. Seingatnya ia sama sekali belum membayarnya. “Siapa yang membayar?” tanyanya heran.

Petugas itu tampaknya mengingat sesuatu. “Ah, kalau saya tidak salah ingat, salah satu dokter disini yang membebaskan segala macam biaya untuk Do Kyungsoo Agasshi. Dan ini uang yang telah anda bayarkan sebelumnya.” Tanggapnya seraya mengulurkan uang kepada Jongin.

Apa ini? Jawaban yang di dengar Jongin sungguh tak mampu ia terima. Siapa? Dokter siapa? Atau mungkin Kim Sungkyu Euisanim yang membayar? Ah, tidak mungkin. Memang Sungkyu Euisanim tahu tentang hal ini dan merasa kasihan, tapi untuk membayar semua rasanya mustahil. Lalu siapa?

Baiklah, Jongin tak memikirkannya lagi. Dirinya bersyukur dalam kebingungannya. Anggap saja Tuhan memang menyayangi Kyungsoo sehingga menurunkan kemudahannya melalui dokter itu. Uang yang diulurkannya ia terima. Jongin kembali ke kamar Kyungsoo setelah membungkuk memberikan ucapan terima kasih.

Mata tajamnya menatap sendu Kyungsoo yang tampak sedikit kesakitan dalam perawatan itu. Dengan ijin suster, ia masuk untuk menyemangati Kyungsoo. Sempat ia melirik seulas senyum diberikan Kyungsoo atas kedatangan Jongin. Ia mendekat dan melihat seseorang yang sepertinya ia kenal. Ah, dokter yang ada di ruangan Sungkyu Euisanim.

“Apa kabar Jongin-sshi?” sapanya.

Jongin melipat dahinya. “Dok-Dokter ingat saya?” tanyanya bingung.

“Pasti, ah kenalkan saya Do Kyungran. Dokter yang akan menangani Kyungsoo ke depan menggantikan Kim Sungkyu euisanim.” Tukasnya ramah.

Jongin hanya mengangguk paham. Lalu setelahnya ia menenami Kyungsoo, menyanyikan lagu, bercerita dan lainnya agar gadis itu merasa tenang dan nyaman.

Cukup lama, sekitar empat jam dilalui Kyungsoo dalam kemoterapi itu. Jongin masih bersamanya. Sedetikpun ia tak keluar kecuali panggilan alam mendengung tubuhnya. Masih setia hingga Kyungsoo benar-benar merasakan bahwa Jongin benar-benar menyayanginya juga peduli kepadanya. Nyaris, nyaris air mata turun dari sudut mata indahnya ketika pengorbanan Jongin terasa di hatinya.

“Kau merasa baikkan?” tanya Jongin setibanya mereka di tempat makan.

Kyungsoo menggeleng. “Ini menyakitkan Jong.” Sahutnya lirih.

“Eh? Menyakitkan? Ah, tapi aku percaya nanti akan lebih baik lagi.” Jongin mengusap pipi Kyungsoo.

Kyungsoo menunduk malu. “Gomawo Jongie-yaa.”

“Eh?”

“Terima kasih untuk semuanya. Aku tidak pernah menyangka kau akan berbuat sejauh ini kepadaku. Terima kasih banyak.”

Jongin tersenyum. “Sama-sama. Apapun aku lakukan untukmu Kyung, aku menyayangimu.” Tanggap Jongin.

“Kau?” Kyungsoo membelalakkan mata besarnya lalu mengukir senyum manis sekali. “Aku juga menyayangimu. Tapi biaya itu terlalu mahal Jong. Aku akan menggantinya nanti.”

“Hey, aku ingat!!” Jongin melepaskan tautan tangan mereka. “Aku sama sekali tidak membayar biaya perawatanmu. Kata petugas disana ada dokter yang melakukan semuanya.” Jelas Jongin dengan nada bingung.

Kyungsoo terhenyak dengan penjelasan Jongin. Dokter yang membayarnya? Siapa? Sama sekali ia tak memiliki kerabat di rumah sakit itu? Siapa?

Jongin melihat keheranan di wajah Kyungsoo lantas mengusap pipinya pelan. “Tidak usah dipikirkan dulu. Nanti kau pasti akan mengetahuinya. Dan ingat ini Kyung...” Jongin menggenggam tangan Kyungsoo erat. Tatapannya menyorot tulus kedua blackhole besar Kyungsoo. Jelas sekali ketulusan tersirat dari pancarannya. “Ingat ini! Kau tak selamanya sendiri Kyung~. Ada aku dan lainnya yang akan selalu berada di sampingmu. Jangan pernah berpikir kau itu sendirian. Tidak! Aku ada di sampingmu juga di hatimu. Kau percaya?” Jongin mengusap punggung tangan Kyungsoo.

Kyungsoo mengangguk. “Aku percaya. Sungguh, aku bersyukur memiliki teman sepertimu.” Jawabnya.

“Teman? Hanya teman?”

“Uh? Lalu?”

“Hahaha, tidak. Lanjutkan makanmu Kyung..” Jongin menyuapkan makanan itu.

Kyungsoo mengunyah suapa Jongin dengan senang hati. Sungguh-sungguh ia bersyukur kepada Tuhan. Ternyata memang Tuhan tak selamanya membencinya untuk bahagia. Melalui perlakuan Jongin seperti ini ia bisa merasa senang.

“Terima kasih Jongin-ah.”

 

TBC


Bagaimana? Terlalu cepat atau tidak?

Komennya yaa readers .,

Gomawo..

 

Regards

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Next chapter will be updated tomorrow , so wait for it .. :)

Comments

You must be logged in to comment
potatoria
#1
Chapter 16: A TIDAK AKHIRNYAA
HAPPY ENDING <3

Hooo penantian sejak september berujung memuaskan muehehehe akhirnya di lanjut. Terima kasih banyak author nim ;-;)/
Aku menantikan karya kaisoo lagi, atau nggak myungstal wkwkwk xDd

Semangat!
potatoria
#2
Author update yang ini dong ;A;)/ sudah berbulan2 gaada kabar nih hue ;;;;---;;;;
archiffaowiqlay
#3
Chapter 15: Yah thorrr masih tbc nihhh? Lanjutannya dong thor
archiffaowiqlay
#4
Chapter 14: Akhirnya...semoga kebahagian selalu meliputi mereka hehehe
archiffaowiqlay
#5
Chapter 13: Thor please jangan bikin soo mati...thorrrr...aishhhh
archiffaowiqlay
#6
Chapter 11: Ahhhh jadi gak tega ama lulu...semangat ya lulu.. mr. Oh se rangkul lulu lah biar dia bisa move
archiffaowiqlay
#7
Chapter 10: Thor...walau bagaimanapun aku menyukai ini...gak tega sih ama lulu.. tapi, soo udah menangis terlalu banyak Thor...jangan bikin soo nangis lagi Thor yaaa
archiffaowiqlay
#8
Chapter 9: OMG jong oppa emang the best dehhh...co cweet
archiffaowiqlay
#9
Chapter 8: Yahhh...kasihan soo...jong oppa harus jagain soo pokoknya
archiffaowiqlay
#10
Chapter 7: Jong oppa emang yang terbaik!!!!