16. End

You Are Not Alone..

Part 16. End.

“Luhaaaan..... Kyungsoo...... Cepat turun nak.... Sarapan... Kalian bisa telat....”

“Sebentar eomaa.... Ini masih sibuuuuukk...” Luhan berteriak menjawab panggilan eomma seraya mengambil alat make up-nya. Sementara satu sosok yang lain hanya menatap Luhan dalam diam. Ia tak berkutik sama sekali ketika tatapan Luhan memaksanya untuk tetap tinggal.

Setelah mendengar sahutan ketus dari Luhan, sang eomma rupanya tak berniat memanggil kedua anaknya lagi.

“Lihatlah, kau harus tampil lebih cantik Kyungie... Aku tidak mau adik iparku jelek dibandingkan kakak iparnya..” Cerocos Luhan masih dengan tangan memoles sapuan bedak di wajah chubby Kyungsoo.

Unni...”

“Diamlah Kyung.. Ini hari pertama masuk setelah kita berlibur. Kau tidak ingin memberikan kejutan untuk Jongin? Setidaknya dengan merubah sedikit penampilanmu akan menambah rasa cinta Jongin..”

Entah darimana teori itu, Luhan hanya tidak mau melihat Kyungsoo yang sangat-sangat polos jika berhubungan dengan penampilan. Mana mungkin ia rela adiknya dicibir oleh orang lain ketika jalan dengannya. Maafkan Luhan yang memiliki tingkat percaya diri berlebih, ia hanya merasa Luhan lebih cantik dari Kyungsoo dan ingin Kyungsoo sama memiliki kecantikan yang sama dengannya.

Kyungsoo tak bergeming, ia mengikuti kemana saja gerak tangan Luhan yang memoleskan berbagai macam make up di wajahnya. Dari sapuan bedak, lipsgloss, dan eyeshadows maupun blushon. Sejenak Kyungsoo memandang wajah polosnya yang berubah sedikit lebih.... Cantik, walaupun make up itu tipis di wajahnya tetap saja menambah kesan cantik dan berkelas dari sosok Kyungsoo. Ini sungguh membuat Kyungsoo berbeda dari sebelum-sebelumnya. Kyungsoo tertegun, jadi ini rahasia Luhan kenapa ia selalu tampil cantik.

Naah.... Bagaimana? Ini lebih cantik bukan? Aku yakin seyakin-yakinnya Jongin akan bertekuk lutut kepadamu...” Luhan menutup alat make upnya dan meletakkan pada tempatnya.

Kyungsoo mengerjab sejenak. “Waah, aku tidak menyangka aku akan jadi seperti ini..” Tukasnya kagum.

“Siapa dulu unni-mu...”

Kyungsoo hanya mengangguk-angguk. Ia menyukai Luhan yang seperti ini. Luhan telah kembali seperti Luhan saat dulu menyakitinya. Tapi, kali ini gadis itu begitu protektif kepada Kyungsoo dan tak mau sedikitpun menyakiti Kyungsoo. Dan Kyungsoo merasa senang juga bahagia. Ia merasakan bagaimana kasih sayang sesungguhnya yang tercurah dari keluarga barunya. Ia juga merasakan bagaimana memiliki kakak walaupun keduanya hanya terpaut beberapa bulan. Setidaknya ada yang memperhatikannya sebagai seorang dongsaeng.

Selesai dengan ritual pertama yang dijalani Kyungsoo, keduanya segera turun dan sarapan. Melihat jam yang menggantung cukup membuat mereka harus memaksimalkan energi. Kalau tidak cepat, gerbang sekolah akan ditutup. Keduanya bahkan tak menghiraukan ucapan orangtua dan melenggang pergi dengan tangan membawa setumpuk roti bakar. Mereka memilih makan dijalan daripada duduk melingkar berempat.

∞∞∞

Arah pandang mereka sama, memperhatikan sekeliling yang tampak sedikit meramai. Mereka ingat hari ini adalah awal tahu ajaran baru yang menandakan banyaknya siswa-siswi baru yang berdatangan. Tak jarang kedua lensa bening mereka mendapati beberapa siswa tengah diantar orangtuanya. Mereka ingat bagaimana mereka dahulu. Ah, tidak. Yang ingat hanya Luhan saja, sedangkan Kyungsoo ia mengingat dulu datang ke sekolah ini bersama Jongin. Iya, bersama kekasihnya itu.

Selama perjalanan menuju kelas mereka masing-masing tak jarang keduanya mendengarkan selentingan-selentingan dari mulut manusia lainnya. Bukan hal baru lagi berita kedekatan Luhan dan Kyungsoo yang menyebar pesat ke seluruh penjuru sekolah. Tapi kali ini selentingan itu berbeda dari sebelumnya.

“Waahhh, Kyungsoo noona semakin cantik saja...”

“Luhaaan noona, bagaimana kalau berkencan denganku? Putuskan saja Sehun sunbae, lebih tampan juga aku...”

“Kyungsoo noona dan Luhan noona, kita berpesta yuuk malam minggu ini...”

“Ohh, lihat-lihat ada dua bidadari yang turun dari kayangan. Keduanya cantik sekali...”

Mungkin mendengar ini bisa menimbulkan rona merah di pipi Kyungsoo yang notabene jarang sekali mendapat pujian seperti ini. Tapi bagi Luhan....

“Apa kalian? Beraninya menggoda kakak kelas!! Kalian ini masih kelas dua sudah kurang ajar!! Belajar sana jangan mengganggu kita...”

“Sana pergi!! Jangan ganggu aku dan Kyungsoo.. Mau aku laporin sama saem?”

Luhan pasti membentak pada siswa-siswa yang mencoba menggoda mereka. Apalagi mereka yang masih berada di tingkat dua. Entah mengapa rasanya Luhan geregetan dengan kelakuan para siswa itu. Ini bukan hal yang aneh dilakukan oleh Luhan. Dia sering melakukannya saat masih di tingkat dua. Malah kakak kelas mereka ada yang pernah menjadi korban Luhan.

Kyungsoo yang sedari tadi berada di belakang Luhan hanya menggelengkan kepala heran. Ia baru mengetahui kalau unni-nya sekeras ini pada anak-anak yang mengganggunya. Kyungsoo tersenyum sendiri melihat tingkah Luhan. Gadis ini bukan hanya cantik, manis, baik, pandai bernyanyi tapi cerewet dan galaknya luar biasa. Beruntung sekali ia memiliki unni ipar seperti Luhan. Ia merasa aman saat berada di sekitar Luhan.

“Sekarang kau ke kelas eum, hati-hati dengan para cecurut itu...” Luhan berbisik-bisik. Kyungsoo hanya tertawa kecil. “Mereka itu para tikus lapar yang tidak bisa menutup mata saat melihat gadis cantik..” tukasnya lalu menepuk pundak Kyungsoo.

Kyungsoo mengangguk paham. “Unni juga hati-hati.. Ah, jangan terlalu galak.. Aku merasa kasihan dengan mereka yang menjadi korbanmu unni..” Senyum lebar Kyungsoo merekah dari bibir hatinya.

Luhan mengerucut seraya memutar bola matanya. Namun beberapa detik kemudian ia menyunggingkan senyum manis.

Bye-bye.. Kita bertemu saat makan siang ne..”

“Pasti unni...” Kyungsoo hendak melangkah namun kembali terdiam. “Unni...” Luhan menoleh pada Kyungsoo. “Sampaikan salamku untuk Jongin...”

Luhan tersenyum lalu mengangguk. Selanjutnya ia berjalan meninggalkan Kyungsoo yang masih sibuk dengan rasa malunya. Ia heran dengan dirinya sendiri. Menjadi kekasih Jongin selama beberapa bulan terakhir masih saja membuatnya tersipu, membuatnya malu dan membuatnya tersenyum tak jelas. Rasa jatuh cinta itu masih saja menyelimuti Kyungsoo. Entah sampai kapan nantinya.

Kyungsoo berjalan menuju kelasnya. Sebelum sampai pada kelas, ia berhenti ketika sorot matanya menangkap barisan rapi yang berjejer di lapangan. Sepertinya proses penyambutan siswa baru sedang dimulai. Mata bulat Kyungsoo melebar ketika melihat sosok yang tak asing berdiri di depan barisan itu. Keningnya mengerut seolah tak mempercayai apa yang baru saja ia lihat. Penglihatannya masih normal bukan? Sejak kapan?

Namun bagaimanapun itu, Kyungsoo hanya mengulas senyum dan berlalu.

∞∞∞

Deting jam istirahat telah berbunyi beberapa saat yang lalu. Seperti janji keduanya, Kyungsoo dan Luhan duduk manis di kantin. Kali ini ada sosok Baekhyun juga dua manusia lainnya. Sehun dan Jongin. Mereka sama-sama menikmati jatah makan siang. Luhan dan lainnya begitu antusias dengan tahun pelajaran baru. Banyak yang mereka obrolkan selama mereka makan. Apalagi tentang masa orientasi siswa yang biasa terjadi di sekolah.

“Kau senang menjadi panitia MOS?” Luhan melempar tanya untuk Jongin seraya mengunyah makanan yang masih tersisa banyak.

Jongin menoleh pada Luhan dengan alis menaut. Sedetik kemudian ia mengangguk cepat. “Menyenangkan jadi panitia MOS.. Aku bisa melihat banyak anak baru yang cantik-cantik...” Sahutnya santai.

Luhan mendelik, ia hampir menjatuhkan sendok yang tengah digenggamnya. Rahangnya menguat lalu meletakkan sendok yang ia pegang. Tatapannya menyorot tajam pada manikan kelam Jongin.

“Jongiiiin... Kau kurang ajar sekali mengatakan hal itu!!” Pekiknya tak terima. Selanjutnya ia melirik Sehun yang menikmati bubble tea-nya. “Kau Sehun..” Yang dipanggil menoleh dengan pandangan mata penuh tanya.

Luhan berdecak pelan. “Apa kau juga menikmati gadis-gadis labil seperti Jongin?” Interogasinya dengan tangan menunjuk pada wajahnya.

Sehun memutar bola matanya malas. Ia  merutuki jawaban Jongin yang sekenanya. Kalau sudah seperti ini ia juga yang kena. Sehun menggeleng disertai senyum merekah.

“Aku tidak melakukan hal itu.. Itu hanya Jongin saja...”

Luhan kembali menatap tajam Jongin. Mata rusa itu menyorot seolah akan mematikan aliran darah Jongin.

“Kalau kau berani menyakiti Kyungsoo dengan berselingkuh atau main di belakangnya..” Luhan mengepalkan tangannya dan mengangkat ke udara. “Kau akan tahu sendiri akibatnya.”

Jongin bergidik ngeri melihat Luhan yang menakutkan seperti ini. “Sehun... Kenapa liburan membuat kekasihmu menjadi monster?” Bisik Jongin pada Sehun. Sehun mendelik lalu mengendikkan pundaknya.

“Bukankah Luhan memang seperti itu dari dulu?” Baekhyun yang sedari tadi hanya menyaksikan mereka ikut menimpalinya. “Tapi ada untungnya, Luhan bisa menjadi penjaga yang kuat untuk Kyungsoo..” Sambungnya disertai kekehan tawa.

Luhan mengerucutkan bibirnya kesal. Pipinya juga ikut menggembung. Pernyataan Baekhyun sukses menimbulkan kekesalan di dalam diri Luhan. Walaupun kesal ada rasa bahagia. Ternyata memiliki teman banyak itu mengasyikkan. Luhan baru menyadarinya. Jika saja dulu ia tak bersikap angkuh, mungkin sejak dulu hubungan mereka juga akan baik-baik saja dan pasti selalu menimbulkan tawa. Namun Luhan juga tidak menyesali apa yang ia lakukan dulu. Karena dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi padanya selama ini Luhan bisa belajar dan tahu siapa saja yang benar-benar mencintainya. Termasuk, ia akan menjadi kekasih dari Sehun. Pemuda yang dulu sama sekali tak pernah ia pikirkan menjadi bagian dari dirinya.

∞∞∞

Tuhan telah menyatukan banyak hati dalam waktu yang singkat. Bukan hanya Kyungsoo dan Jongin maupun Luhan dan Sehun yang merasakan indahnya cinta. Satu pasang lain tampak menikmati kebersamaan mereka. Hubungan yang dijalin tak begitu jauh dengan masa pacaran Kyungsoo Jongin itu cukup memberikan rasa tersendiri bagi mereka. Semakin lama rasa cinta itu semakin menumpuk. Menggunung dan seolah susah untuk diluruhkan. Siapa lagi kalau bukan Baekhyun dan Chanyeol. Berawal dari sunbae hoobae dalam klub musik mereka berakhir menjadi sepasang kekasih.

Namun, waktu kebersamaan itu akan sedikit terkikis saat nanti. Park Chanyeol, pemuda yang akan menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi jelas tak bisa sepenuhnya memberikan waktu pada Baekhyun. Berbeda pada saat mereka masih bersama di satu sekolah. Walaupun seperti itu, Chanyeol berjanji akan menyisihkan waktu khusus untuk sang kekasih.

Seperti saat ini. Sebelum ia benar-benar sibuk berlatih untuk ujian masuk perguruan tinggi, Chanyeol menyempatkan jalan-jalan bersama dengan Baekhyun. Mengelilingi toko buku dan pusat perbelanjaan. Cukup memberikan manfaat banyak bagi mereka. Selain Chanyeol mendapatkan buku yang ia inginkan, ia bisa berjalan-jalan bersama Baekhyun. Dan Baekhyun merasa tak keberatan menemaninya mencari buku. Asal itu bersama dengan Chanyeol.

Tangan Baekhyun sibuk memilah mana buku yang sesuai kebutuhan Chanyeol. Ia dengan teliti membaca judul buku juga isi buku itu. Chanyeol pun melakukan hal sama. Pada akhirnya, Baekhyun mengangkat sebuah buku yang ia rasa cocok untuk Chanyeol.

“Sayang.... Sepertinya ini buku yang kau cari.” Baekhyun menunjukkan buku itu pada Chanyeol.

Chanyeol yang mendengar jeritan Baekhyun mendekat. Ia mengambil alih buku itu.

Ah.. Benar!! Sudah, kita ambil yang ini saja.”

Tanpa babibu, Chanyeol mengambil buku itu dan membawa ke kasir. Ia segera membayarnya. Setelah membayar buku yang dibeli, Chanyeol mengajak Baekhyun untuk makan siang. Kekasihnya itu tampak sedikit lapar. Bisa ia lihat dari ekspresi wajahnya yang yaa ada gurat pucat walaupun senyum terus mengembang dari bibirnya. Namun Chanyeol tak lupa jika Baekhyun tidak sempat sarapan.

Sebuah kafe yang tak jauh dari toko buku menjadi pilihan keduanya mengisi perut yang meraung-raung itu. Chanyeol memesankan Baekhyun spageti dan jus stoberi. Mereka segera menyantap seketika makanan itu tiba. Cukup hening untuk beberapa saat. Baik Baekhyun maupun Chanyeol masih terpaku pada makanan di depan mereka.

Beberapa saat berlalu, nyaris setengah lebih makanan di piring itu ludes dan mereka masih dalam dunia bisu. Baekhun dan Chanyeol yang notabene suka berbicara entah mengapa hari ini menjadi pendiam. Untuk Baekhyun, ini adalah momen yang cukup membuatnya tak sanggup mengontrol degup jantung. Walaupun bukan kencan pertama namun tetap saja. Sementara untuk Chanyeol, ada hal yang perlu ia ungkapkan dan ia berpikir hal itu akan menyakiti Baekhyun. Sehingga ia sedikit menahan untuk tak membicarakannya.

“Bagaimana enak?” Sepertinya Baekhyun cukup bosan dengan kediaman dari mereka.

Chanyeol tersenyum lalu mengangguk pelan. “Iya.. Ehmm Baek.”

Hmm?”

“Ada yang ingin aku katakan kepadamu.”

Baekhyun tak menyahut. Ia menunggu Chanyeol mengungkapkan apa yang ingin ia ungkapkan.

“Maafkan aku Baek..”

Kening Baekhyun mengerut bingung. Ada apa dengan Chanyeol? Kenapa meminta maaf? Ia meletakkan sendoknya dan mulai menatap Chanyeol dengan tatapan penuh tanya. Ucapan maaf dari Chanyeol cukup mengganggu pendengaran.

Sepertinya Chanyeol mengerti, lelaki itu segera menggenggam tangan Baekhyun dengan erat.

“Dengarkan aku!!” Baekhyun menajamkan penglihatannya sebagai tanda ia menurut. “Aku akan meninggalkanmu.”

Seketika kedua mata Baekhyun membesar. Apa yang baru saja ia dengar? Meninggalkan? Apa maksudnya?

Senyum pahit merekah dari bibir Chanyeol. Ia bisa merasakan memang ada yang berbeda dari raut wajah Baekhyun. Ia tahu jika perkataan yang dilontarkannya pasti mengecewakan Baekhyun. Berpisah bukan hal yang indah bukan?

“Ke-kenapa?” Tanya Baekhyun gagap bercampur rasa terkejut.

Chanyeol mengulas senyum tipis. Perpisahan memang suatu hal yang menyakitkan. Tapi demi kebaikan bersama kenapa tidak? Tangan Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun.

“Kau tahu ‘kan? Bahwa aku harus melanjutkan sekolahku?” Baekhyun mengangguk. Kali ini raut wajahnya berubah lagi; sedikit lebih tenang. “Aku akan melanjutkan studiku di Jepang Baek.” Lanjutnya lirih. Ada rasa enggan untuk menyakiti hati Baekhyun jika Chanyeol mengatakan dengan nada yang lebih ceria.

Baekhyun tersentak awalnya. Namun perlahan senyum mulai nampak di wajah manisnya. Ia mengerti. Meski awalnya sedikit rasa kecewa mendengar perpisahan, tapi saat tahu alasan di balik itu ia mulai mengerti dan tersenyum. Ini bukan perpisahan yang mengecewakan. Melanjutkan studi di luar negeri bukan pilihan yang salah. Toh, demi kebaikan Chanyeol kenapa ia harus menjadi penghalang?

“Benarkah? Wah, aku akan bangga jika mempunyai kekasih yang kuliah di Jepang.” Seru Baekhyun menanggapi kalimat berita dari Chanyeol. Ibu jarinya mengusap punggung tangan Chanyeol yang menggenggamnya. “Pergilah oppa, aku tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja disini.”

Sepasang bola mata Chanyeol membesar. Ia nyaris tak percaya mendengar jawaban Baekhyun yang menyenangkan hati. Ia pikir Baekhyun akan meraung-raung dan menangisinya ternyata tidak. Mungkin pemikirannya terlalu sempit. Ia tak mengenal baik Baekhyun yang lebih dewasa dibandingkan bayangan Chanyeol tentang Baekhyun.

“Apa kau tidak masalah jika aku meninggalkanmu?”

“Kenapa? Oppa berhak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Aku akan mendukungmu, asal kau nanti kembali untukku.” Tukas Baekhyun dilengkapi senyum yang mengembang.

Chanyeol mengusak surai cokelat Baekhyun. “Pasti!! Pasti aku akan kembali padamu. Aku janji!! Karena hanya kau seorang yang aku cintai.” Jawab Chanyeol serius. Ia tak akan pernah main-main jika bersangkutan dengan cinta. Sepenuh hati Chanyeol mencintai Baekhyun.

“Aku mengeri. Aku juga mencintaimu oppa.”

Di bawah langit kafe yang berhiaskan bintang-bintang dan diterpa sinar minim dari lampu. Ditemani deru musik yang mengalun pelan dan beberapa suara gesekan antara kayu dan lantai juga langkah-langkah kaki para pengunjung. Di tempat ini, di sebuah kafe klasik yang terletak tak jauh dari sekolah Baekhyun menjadi saksi kisah cinta Baekhyun. Tempat ini menjadi saksi atas janji yang diucapkan Chanyeol kepada Baekhyun. Tempat ini menjadi tempat bersejarah atas kisah cinta keduanya. Tempat ini menjadi tempat kenangan yang akan Baekhyun kunjungi setiap ia merindukan Chanyeol nantinya.

Ya, di tempat ini Baekhyun berdo’a untuk kasih sayang yang ia ikat bersama milik Chanyeol. Harapan dalam hati adalah hidup bahagia dengan Chanyeol nantinya. Biarlah mereka sama-sama fokus dengan sekolah. Karena mereka yakin kesuksesan akan membawa mereka bertemu kembali dan menjadi satu. Karena Baekhyun dan Chanyeol tak akan pernah sendiri. Keduanya selalu bersama meski jarak akan memisahkan mereka.

∞∞∞

Cara lain ditunjukkan sebagai wujud kepedulian kepada sesama. Bukan kepedulian, lebih tepat rasa kasih sayang tulus yang ingin ditunjukkan. Salah satu cara itu adalah dengan menemani yang terkasih melakukan aktivitasnya. Hal itu juga dilakukan Luhan untuk Sehun. Menemani sang kekasih memancing di salah satu sungai yang diyakini ada banyak ikan-ikan.

Sudah lama, mungkin sekitar dua jam keduanya duduk berdampingan dengan pancing yang terpasang sempurna dan masih belum ada tanda-tanda berhasil melaksanakan tugasnya.

“Sehun-ah, kau sungguh tidak ingin menyerah? Aku lelah, Hun.” Rengek Luhan.

Masih sama rengekkannya seperti sejam yang lalu; meminta sang kekasih untuk menyudahi aktivitas memancing ini.

Sehun menggeleng. Menolak –lagi dan lagi- pertanyaan dari Luhan. Ia masih betah berada di tempat ini menunggu datangnya ikan-ikan yang menyantap umpannya.

“Tapi Sehun, aku lapar!! Aku lelah!! Aku ngantuk!! Ayolah!!” Kali ini suara Luhan dibuat seimut mungkin. Gadis itu cukup gemas dengan sang kekasih yang tak beranjak dari tempatnya barang sedetikpun.

Hanya helaan kecil dari bibir Sehun yang menjadi jawaban. Lelaki tinggi itu bangkit dari tempat duduknya dan bergerak menuju tenda; sebelum mereka memulai memancing, Sehun sengaja mendirikan tenda untuk istirahat. Ia cukup mengerti tabiat Luhan yang suka merengek jika ia merasa bosan dengan sesuatu. Setelahnya Sehun mulai membuka selimut dan membentangkan di atas tikar.

“Kau bisa tidur dulu Luhan. Aku masih penasaran dengan ikan-ikan disini.” Ucap Sehun seketika ia selesai menyusun tempat tidur sementara itu.

Luhan mengerucutkan bibirnya. Sepertinya akan ada protes lagi yang dilayangkan Luhan.

“Aku kesini untuk menemanimu. Kenapa kau menyuruhku tidur?” Keluh Luhan.

“Lalu kenapa kau mengeluh kalau ingin menemaniku?” Sehun menanggapinya dengan senyum. Ia tak ingin melukai hati Luhan dengan perkataannya. Walaupun sebenarnya ia juga merasa bosan berada lama disini dan tak mendapatkan satu pun ikan yang ada di dalam sungai sana.

Luhan menghembuskan nafasnya kasar. Ia melipat tangannya di depan dada lalu kembali duduk di dekat Sehun. Tangannya beralih pada kayu yang ada di depannya dan memainkannya. Luhan berniat untuk membuang rasa kesal dan bosan itu.

“Tidurlah Lu.. Nanti kalau sudah gelap atau aku sudah mendapatkan ikan, aku akan membangunkanmu.”

“Tidak! Aku akan menunggumu disini.”

Sehun tersenyum gemas. Melihat wajah Luhan yang sebenarnya menahan rasa kesal itu tampak menarik mata. Cantik sekali Luhan jika sudah seperti ini.

“Kalau begitu makanlah!! Sepertinya masih ada banyak makanan ‘kan di dalam tenda sana?” Tanya Sehun memastikan bahwa camilan yang mereka bawa masih tersedia.

Acara memancing ini memang direncanakan Sehun dengan baik. Semuanya telah ia persiapkan agar tak begitu membosankan atau mengecewakan. Apalagi ia membawa serta Luhan. Jelas Sehun tak ingin kekasihnya itu mati gaya. Ia telah menyiapkan banyak camilan dan bekal untuk menghalau rasa lapar yang bisa datang sewaktu-waktu.

Kali ini Luhan menurut. Ia beranjak dari duduknya seraya melepaskan kayu di genggamannya. Kemudian ia berjalan menuju tenda untuk mengambil beberapa camilan yang bisa ia habiskan selama menunggu Sehun.

“Luhan.” Luhan menoleh setelah panggilan dari Sehun terdengar. “Kau benar-benar tidak ingin tidur? Kau bisa tidur sayang, jangan paksakan dirimu. Lagipula suasananya sangat enak dibuat tidur.” Terang Sehun memastikan sekali lagi pada Luhan.

Luhan menggeleng. “Tidak, aku akan menemanimu disini saja. Maafkan aku yang mengeluh karena merasa bosan.” Tanggap Luhan merasa bersalah.

“Lu, kau tahu? Sebenarnya aku merasa sangat bahagia saat kau ingin menemanimu memancing. Kegiatan memancing itu bukan hal yang menyenangkan bagi mereka yang tak menyukainya. Tapi kau bersedia menemaniku dengan senang hati, yaah walaupun sedikit mengeluh sih.” Sehun tersenyum kemudian.

“Tapi..”

Luhan menghentikan kunyahannya, sorot mata rusa itu mengarah pada Sehun yang tiba-tiba berhenti bicara.

“Tapi, sebenarnya meski kau menemaniku hanya dengan tidur saja di tenda, aku sudah senang Luhan. Kehadiranmu disini sudah sangat berharga untukku. Asal bisa melihatmu tersenyum setiap saat aku akan senang. Asal bisa melihat wajah damaimu aku akan senang. Hal itu yang membuatku bersemangat memancing. Rasa bosan dan rasa kesal menunggu lama seolah menghilang saat melihat wajah cantikmu.”

“Sehun~~” Luhan tersentuh mendengar kalimat yang diucapkan oleh Sehun. Jelas sekali ketulusan yang membumbui setiap kata. Lantas ia beranjak dari tempatnya dan duduk lebih dekat dengan sang kekasih. Tangannya terentang demi mengharap hamburan tubuh dari sang lawan. “Aku mencintaimu!!” Bisik Luhan begitu Sehun memeluknya.

Sehun mengecup kening Luhan kilat. “Aku juga mencintaimu!!” Sahutnya tenang.

“Terima kasih Sehun-ah, terima kasih untuk semuanya. Kau tahu? Kau adalah kekasihku yang paling hebat. Kau selalu sabar menghadapiku. Kau selalu ada di saat aku membutuhkanmu. Kau selalu bisa menghapus kesedihanku.” Luhan melepas pelukannya dan mengecup pipi Sehun kilat. “Mungkin kau bosan mendengar semua perkataanku tadi. Tapi aku bersungguh-sungguh. Terima kasih untuk semuanya. Karena kau aku jadi bisa mengerti kasih sayang yang sesungguhnya. Karena kau rasa cemburu, iri dan segala sesuatu yang buruk telah hilang dari hatiku. Karena kau, aku merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Terima kasih Sehun!! Aku mencintaimu..”

Sehun tersenyum. Tangannya menyibak surai Luhan yang menutup wajah lalu mengecup keningnya dalam.

“Sama-sama. Kau juga gadis terhebatku. Kau selalu bisa membuatku bahagia. Dan aku berjanji akan menjadikanmu wanita paling bahagia di dunia. Aku juga mencintaimu Luhan.”

Alih-alih menjawab, Luhan malah mengikis jarak di antara keduanya. Ia memejam sebelum mengecup lembut bibir Sehun. Sebuah kecupan itu perlahan bergerak seirama satu sama lain. Menghantarkan kasih sayang yang selalu ada di dalam diri mereka berdua. Hanya melalui kecupan itu Sehun bisa merasakan ketulusan hati Luhan. Begitu juga Luhan. Ia tahu bahwa Sehun benar-benar mencintainya.

Tuhan pasti telah menentukan mana yang terbaik bagi umatnya..

Dan Luhan percaya, percaya bahwa Sehun adalah sosok terbaik untuknya..

∞∞∞

“Lihat!! Susunan bintang disana begitu indah!!”

Pekik Kyungsoo sembari menunjuk deretan bintang yang ia maksud. Binar matanya memancar cerah secerah bintang yang ada. Bibirnya melengkung seiring dengan tatapan yang ia lakukan. Sementara pihak yang satunya hanya mengangguk kecil dengan tangan masih sibuk menyiapkan roti bakar mereka.

Saat ini Kyungsoo dan Jongin sedang berada di salah satu sisi taman rumah Jongin. Seperti Luhan dan Sehun, keduanya sama-sama mendirikan tenda. Bedanya mereka tak memancing, hanya menikmati malam bersama. Apalagi ditemani komponen alam yang menambah kesan indah malam ini. Taburan bintang di angkasa. Suara merdu dari hewan-hewan malam. Deru lirih angin malam juga turut mewarnai.

“Ini makan!! Kau bilang ingin menikmati roti bakar buatanku.”

Alis Kyungsoo saling bertautan. “Kau membakarnya dengan apa?” Tanyanya entah ia tak tahu atau kelewat polos.

“Kau ini!! Itu bukan hal penting. Ayo coba!! Pasti rasanya enak.” Seru Jongin seraya menyodorkan roti bakar kebanggaannya kepada Kyungsoo.

Kyungsoo mengangguk lalu menggigit kecil ujung roti itu. Lelaki di sebelahnya menatap awas pada Kyungsoo. Beberapa detik setelah Kyungsoo mengunyah, ada semburat puas yang jelas terlihat di sana.

Waahhh, ini benar-benar enak!!” Pekik Kyungsoo senang. Ia benar-benar jatuh cinta dengan roti bakar Jongin. Kenapa ia tak tahu?

Jongin mengulas senyum puas. Melihat bagaimana Kyungsoo bereaksi atas makanannya memberikan rasa yang berbeda. “Makanlah yang banyak.” Jongin berdiri, ia ingin mengambil roti bakar yang masih ada di tempat asal.

“Ayo kita makan bersama Jongin!! Aku ingin menikmatinya denganmu.”

Emmm..”

Setelah itu Jongin duduk kembali di sebelah Kyungsoo. Keduanya sama-sama menikmati roti bakar buatan Jongin seraya menatap penjuru langit yang berada jauh disana. Binar mata Kyungsoo tampak cerah dengan lensa memonitori ribuan bintang yang bersinar. Bibir hati yang bergerak seiring kunyahan itu tampak menggemaskan dibarengi pipi gembilnya yang turut bergerak. Jongin senang. Hanya dengan demikian saja ia merasa damai. Memang memiliki Kyungsoo adalah hal yang paling indah.

Satu gigitan terakhir hilang dalam mulut Kyungsoo. Ia saling menepuk telapak tangannya guna menghilangkan bekas roti bakar yang mungkin masih tersisa di sana.

“Terima kasih Jongin, aku jadi kenyang lagi.” Tukasnya dengan senyum khas yang menawan.

Jongin mengangguk. “Pasti. Kau ingin lagi?” Tanyanya.

“Tidak..” Lekas Kyungsoo meraih lengan Jongin dan menyenderkan kepala di atasnya. “Jongin..”

“Ya?” Tangan Jongin menyingkirkan poni Kyungsoo.

Kyungsoo mengusap lengan Jongin. “Kau masih mencintaiku?” Tanyanya lirih.

Eh? Apa?” Jongin sedikit merasa aneh saat mendengar pertanyaan itu.

“Kau masih mencintaiku?”

Jongin tersenyum. “Pasti, pasti aku masih mencintaimu.” Jawab Jongin masih dengan perasaan heran.

“Kalau begitu jangan pernah meninggalkanku.”

“Aku tidak akan meninggalkanmu. Kau kenapa sayang?” Tanya Jongin seraya mengusap pipi gembil sang kekasih.

Kyungsoo menyamankan posisinya saat ini. “Aku tidak mau kehilangan kau. Karena kau, aku bisa seperti ini. Kau adalah pangeranku. Kau pahlawanku dan kau segalanya bagiku.” Tukas Kyungsoo tenang.

Jongin hanya bisa tersenyum. Tangannya mengusap lembut pipi Kyungsoo lalu mengecupnya singkat.

“Ya, aku adalah pangeranmu, aku adalah pahlawanmu dan aku adalah segalanya bagimu.” Ia mengcup bibir hati Kyungsoo singkat. “Kau baru menyadarinya? Bahwa aku tercipta untukmu? Bahwa aku akan selalu ada di sisimu?”

Kyungsoo terkikik kecil. Ia mengangguk dalam posisinya; kepala Kyungsoo  masih berada di lengan Jongin.

“Terima kasih telah menjadi segalanya untukku.”

“Aku akan menjadi segalanya untukmu selamanya. Agar kau tahu bahwa kau tidak akan pernah sendiri. Kau punya aku yang akan selalu ada untukmu.”

Kyungsoo hanya mengangguk. Setelah kalimat –kalimat pujian dan rasa terima kasih didendangkan masing-masing, ia mulai menikmati indahnya langit malam. Semakin malam pemandangan di atas sana semakin menyihir. Kyungsoo memindai satu persatu bintang disana. Mencari apakah ada bintang jatuh yang kebetulan muncul.

Dirasa cukup puas, arah pandangnya mengalih pada sang kekasih yang sama melakukan aktivitas sepertinya; memandang langit. Senyum kecil muncul jahil disana. Ia mendekati wajah sang kekasih dan..

Cup..

Satu kecupan kilat diberikan.

Jongin berjengit mendapatkan serangan tiba-tiba itu. Lekas ia memutar tubuhnya dan menatap gemas Kyungsoo yang masih cekikikan. Ia menangkup wajah Kyungsoo dan mengusap pipinya dengan ibu jari.

“Dasar gadis nakal!!”

Setelahnya Jongin mulai menghilangkan jarak yang hanya sedikit. Bibir keduanya lantas bertemu kemudian. Secara perlahan Jongin mengecap dan melumat bibir hati itu. Merasakan kelembutan dan ketulusan dari kasih sayang Kyungsoo. Sementara gadis itu mengimbangi apa yang dilakukan oleh Jongin. Tangannya melingkar manis dan mengikuti alur permainan.

Tak butuh waktu lama, tautan bibir itu terlepas. Pandangan mata mereka bertemu. Senyum cerah terulas bebas dari bibir Kyungsoo. Semburat kemerahan juga muncul malu-malu pada pipi Kyungsoo.

“Terima kasih, sayang!!” Jongin mengecup dalam kening Kyungsoo.

Kyungsoo mengangguk. “Aku juga berterima kasih.” Sahutnya.

Lantas Jongin memeluk Kyungsoo erat. “Aku mencintaimu.. Tetaplah di sisiku sampai ajal memisahkan kita.”

“Ya, aku akan tetap di sisimu. Aku juga mencintaimu Kim Jongin.”

Kyungsoo patut bersyukur atas semua yang telah ia terima di dalam hidupnya. Kyungsoo patut percaya bahwa Tuhan tak akan selamanya memberikan cobaan padanya. Kyungsoo patut mengerti bahwa semua yang telah ia lalui adalah lika-liku kehidupan yang mengajarkannya arti kesabaran, kasih sayang, arti pengertian dan arti hidup yang sesungguhnya. Kyungsoo patut menyadari bahwa sesugguhnya Tuhan sangat menyayanginya.

Di balik semua kesusahan yang sempat Kyungsoo alami, ada segelintir makna agar Kyungsoo menjadi sosok yang penyabar. Di balik semua kebahagiaan yang ia dapatkan, ada keharusan untuk bersyukur. Dan di balik semua itu, berkat tangan Tuhan yang berkuasa, ada sosok Jongin yang menemaninya. Memberikan semangat dan cinta.

Kyungsoo berharap, kisah cinta ini tak akan hanya semata menjadi kisah masa-masa muda. Melainkan berlalu sampai nanti ia tiada. Kyungsoo berharap, kebahagiaan yang saat ini ia rasakan akan terus bersamanya sampai nanti. Ia ingin merasakan kebahagiaan yang lebih bersama Jongin, Luhan, keluarga dan para sahabatnya.

Karena Kyungsoo tak sendiri.

.

.

.

.

END


Hayyyy....

Maaf yaaa, lamaaaaaaaaaaaa banget dah ini nerusinnya.

Sumpah, kehilangan ide dan mood di tengah-tengah untuk ngelanjutin. Bahkan ini aja aku rubah tiga kali sampai akhirnya seperti ini.

Bagaimana? Semoga gak mengecewakan yaaa..

Silahkan di komen..

Terima kasih.

.

.

.

Best regards

.

.

Denovia

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Next chapter will be updated tomorrow , so wait for it .. :)

Comments

You must be logged in to comment
potatoria
#1
Chapter 16: A TIDAK AKHIRNYAA
HAPPY ENDING <3

Hooo penantian sejak september berujung memuaskan muehehehe akhirnya di lanjut. Terima kasih banyak author nim ;-;)/
Aku menantikan karya kaisoo lagi, atau nggak myungstal wkwkwk xDd

Semangat!
potatoria
#2
Author update yang ini dong ;A;)/ sudah berbulan2 gaada kabar nih hue ;;;;---;;;;
archiffaowiqlay
#3
Chapter 15: Yah thorrr masih tbc nihhh? Lanjutannya dong thor
archiffaowiqlay
#4
Chapter 14: Akhirnya...semoga kebahagian selalu meliputi mereka hehehe
archiffaowiqlay
#5
Chapter 13: Thor please jangan bikin soo mati...thorrrr...aishhhh
archiffaowiqlay
#6
Chapter 11: Ahhhh jadi gak tega ama lulu...semangat ya lulu.. mr. Oh se rangkul lulu lah biar dia bisa move
archiffaowiqlay
#7
Chapter 10: Thor...walau bagaimanapun aku menyukai ini...gak tega sih ama lulu.. tapi, soo udah menangis terlalu banyak Thor...jangan bikin soo nangis lagi Thor yaaa
archiffaowiqlay
#8
Chapter 9: OMG jong oppa emang the best dehhh...co cweet
archiffaowiqlay
#9
Chapter 8: Yahhh...kasihan soo...jong oppa harus jagain soo pokoknya
archiffaowiqlay
#10
Chapter 7: Jong oppa emang yang terbaik!!!!