07.

You Are Not Alone..

Part 07.

Satu buah lagu telah mengalun manis dari bibir Kyungsoo. Mengundang puluhan tepuk tangan dari para siswa yang sedari tadi mendengarkan ia bernyanyi. Bukan hanya tepuk tangan, melainkan pujian juga diberikan kepada gadis mungil itu. Kyungsoo tersenyum seketika mendapatkan respon positif dari pendengarnya.

Waahhh, Kyungsoo-ya. Suaramu masih bagus saja. Padahal kau lama tak berlatih bukan ?” Pemuda manis itu duduk di sebelah Kyungsoo dengan gitar di tangan.

Kyungsoo menunduk malu. Ia mengangguk. “Terima kasih sunbae. Iya, kesehatanku memaksaku untuk istirahat dulu.” sahutnya lembut.

“Kau selalu bisa membuat sekitarmu merasa nyaman. Pantas saja Jongin begitu kekeh untuk bisa mendapatkanmu.” Tuturnya lagi.

Pernyataan itu sukses membulatkan mata besar Kyungsoo semakin besar. Ia tersentak dengan pandangan tak menentu. Sekejap degup jantungnya berdetak tak karuan dengan aura panas memburu di wajahnya.

Jongdae hanya tersenyum penuh arti sebelum kembali memetik gitar dan bernyanyi. Kyungsoo terdiam meresapi setiap lirik yang terucap dari bibir tipis Jongdae dengan seksama. Sepertinya hyung Jongin ini tengah menyindirnya. Tersipu, semburat kemerahan itu tanpa seijin Kyungsoo mewarnai pipi mulusnya.

Selama menunggu Jongdae bernyanyi dengan lirik yang menyindirnya, Kyungsoo memainkan piano dengan tangan-tangan yang ia rasa tak sekuat dulu lagi. Ia menunggu Baekhyun yang pamit untuk menemui Woohyun sebentar.

“Kyungsoo-ya, kau menyukai Jongin ?” Jongdae menghentikan petikan gitarnya lalu menatap Kyungsoo dalam.

Kyungsoo menunduk. Ia tak tahu harus menjawab apa. Ingin mengangguk tapi... Terpaksa ia menggeleng ragu.

Jongdae mengerutkan dahinya. “Sungguh ? Ku pikir kau juga memiliki perasaan seperti Jongin.” lalu ia meletakkan gitarnya.

Bukan hanya sekali Kyungsoo mendengar bahwa sahabatnya itu menyukainya, bahkan mencintainya. Ia juga memiliki rasa yang sama. Namun entah, layaknya ada batu besar membuatnya sulit melihat ke depan dan lantang mengatakan ia juga mencintai Jongin.

“Jongin anak yang baik. Bukan karena ia adikku, tapi sepertinya ia bersungguh-sungguh denganmu. Kau tahu, ia sampai rela memohon kepada eomma agar bisa menebus semua biaya perawatanmu.”

Sebuah batu besar menghantam dadanya yang rapuh tanpa perlindungan itu. Sesak yang tiba-tiba menguar semakin meyakinkan dirinya bahwa ia bereaksi secara berlebih ketika kata-kata yang menyangkut Jongin dan dirinya terdengar. Pernah, ia mendengar Jongin akan melunasi semua biaya itu. Tapi rasanya sedikit memilukan ketika orang lain yang berbicara. Apalagi Jongdae, hyung dari Jongin sendiri.

Gadis manis itu hanya mengulas senyum tipis yang entah apa artinya. Apa yang bisa ia tanggapi dari pernyataan itu selain anggukan juga senyum ? Semua yang dikatakan Jongdae memang bukan hal yang berbeda dari kenyataan. Seperti Jongdae rasakan, Kyungsoo baru-baru ini merasakan hal lain semenjak ia meringkuk di atas kasur putih penuh aroma obat-obatan. Selama itu tindak tanduk Jongin membukakan mata hatinya untuk sadar bahwa ada rasa lain yang ia terima dari Jongin. Ataukah, Kyungsoo menyadari Jongin memang memberikan semua rasa untuk Kyungsoo ? Menyadari pemuda tan itu memang mencintai Kyungsoo ?

Sepeninggal Jongdae yang lebih dulu memberikan beberapa untaian kata tentang Jongin, Kyungsoo kembali meresapi setiap ucapan tentang Jongin yang pernah ia terima. Pemuda itu, pemuda itu sepenuhnya memberikan rasa cinta untuknya. Tetapi kenapa ia begitu lugu untuk buta akan semuanya ? Seolah kelopak mata hati yang seharusnya terbuka tak tahu sampai kapan tertutup rapat. Hingga perlahan dengan sekuat tenaga, sosok itu memberanikan diri untuk membuka setiap penutup yang ada. Dan saat ini, Kyungsoo telah terbuka seutuhnya.

Senyumnya mengembang ketika memainkan kembali ingatan itu.

Ingatan tentang siapa Jongin selama ini.

Jongin yang selalu berada di sisinya kapanpun ia membutuhkan.

Yang selalu menguatkan dirinya untuk bisa bertahan dalam kasarnya kehidupan ini.

Kyungsoo melengkungkan belah bibirnya dan mulai berucap meskipun terlambat.

“Aku mencintaimu..”

“...juga, Kim Jongin..”

Selirih apapun itu, angin telah mendengar dan setiap komponen yang ada di sekitarnya menjadi saksi atas kata-kata Kyungsoo. Pengakuan yang terlambat, yang tak tahu akan tersampaikan kapan.

Walaupun selama ini ia hanya menganggap Jongin sebatas sahabat. Tidak lebih.

∞∞∞

Kalau saja gadis itu bisa bersungguh-sungguh dengan apa yang ia lakukan, Jongin tak akan menampakkan rasa kesalnya. Berulang kali tangannya harus membanting kasar udara yang seakan menahannya untuk tak marah. Berulang kali ia menekan semua gejolak di dadanya ketika gadis ini membuat dirinya merasa sulit. Menyerah, ia menyerah dan tak ingin bertahan lebih lama lagi.

“Hentikan saja sampai sini. Aku lelah denganmu !!”

“Jong !!”

“Kau kenapa ? Kau sendiri yang meminta untuk menari tango, lalu kenapa kau malah tidak berniat sama sekali disini ?”

“Ma-maaf !!”

Sorot tajam yang akan menghabisi objek di depannya itu hanya bisa mengalih pada hal lain. Paras ayu gadis itu perlahan tampak memudar, ia tak seperti biasa. Cenderung gelap dan tak fokus. Bahkan sekitar mata tampak bengkak yang bisa ditebak akibat tangisan yang mungkin saja ia lakukan semalaman.

Beruntung pemuda tan itu masih memiliki banyak kesabaran agar tak meluapkannya saat itu juga. Ia memilih menghindar dan bersender pada cermin lebar dengan tangan memegang botol penghilang dahaganya. Sebentar ia menyeruputnya sebelum memandang sosok lain yang mendekat.

Sehun, pemuda berwajah bak malaikat itu duduk dengan air muka tak mampu ia pahami.

“Jangan membentak Luhan.” Tukasnya lirih, selirih angin yang samar-samar berhembus.

Jongin mengusap sisa minum dengan punggung tangan lalu menoleh pada Sehun. “Kenapa ? Dia memang salah ! Lalu apalagi ?”

“Jiwanya sedang tidak tenang ! Bukan, ia sedang tergoncang. Masalah di keluarganya cukup banyak menguras air mata. Wajar jika ia tidak bisa melakukan sesuatu yang seharusnya indah dipandang dan berakhir dengan bentakanmu.”

Oh-hoo, sekarang kau membelanya ?”

Tampak senyum sinis tercipta tipis di wajahnya. “Bukankah aku selalu membela Luhan ? Sungguh, aku mohon kepadamu. Cukup dengan tangisan yang aku dengar kemarin hari.” Pemuda itu beranjak lalu meninggalkan Jongin yang masih belum paham sepenuhnya dengan kata-kata Sehun.

Hanya desahan berat yang tampak menemani Jongin saat ini. Meskipun dalam ruangan itu beberapa pasang tubuh menari, Jongin merasa dirinya tengah sendiri. Ah, apapun itu lah. Ia tak tahu. Lebih baik membenamkan diri dalam lutut dan tertidur sesaat.

∞∞∞

“Luhan..”

Gadis cantik itu menoleh lalu kembali menatap tanah yang tak akan berpindah meskipun ia menajamkan tatapannya.

Sehun mendekat dan duduk di sebelahnya. “Jangan dengarkan Jongin terlalu dalam. Kau bisa sakit sendiri nanti.” tuturnya khawatir.

Tak ada yang keluar dari bibir mungil itu. Sepertinya ia hanya ingin menyendiri tanpa isakan tangis yang menemani. Sehun mendekat, lebih dekat dan akhirnya memeluk Luhan dari belakang. Ia menyenderkan kepalanya di punggung Luhan yang tampak hangat menyentuh pipinya.

Kali ini tak tahu sebabnya apa, pemuda yang selalu mendengungkan kata semangat untuk Luhan malah menitikkan cairan hangat yang ia produksi dari kedua mata tajamnya. Ia menangis disertai senggukan yang cukup membuat Luhan terlonjak bingung. Reflek, ia melepas pelukan itu dan memutar tubuhnya.

Selama ia mengenal sosok Sehun yang ada di sekitarnya, belum pernah sepasang iris itu mengeluarkan air mata. Ada apa dengan Sehun ?

“Sehun ?”

Luhan mengusap jalur yang tersisa di wajah Sehun dengan punggung tangannya. Perlahan Sehun mendongak. Pancaran yang sedikit memudar itu menyatu dengan pandangan Luhan. Wajah khawatir dari gadisnya terlihat jelas memantul di kedua lensa Sehun.

Sehun menggeleng, meyakinkan tak ada apa-apa di dirinya.

“Sehun-ah, ini bukan kau. Ada apa ?”

Seolah ada yang memanggil dari sisi Sehun, Luhan memeluk tubuhnya yang kekar dengan tangan mungil itu. Membiarkan pemuda itu berada dalam pelukannya untuk beberapa saat.

Seandainya Luhan bisa membaca apa yang tertuang di dalam dada Sehun, pasti, pasti ia akan ikut menangis. Bukan masalah seperti apa yang tengah ia hadapi. Hanya saja sebuah perasaan yang sejak pertama kali bersemayaman disana telah menerima sejuta luka dari penanamnya. Selama tumbuh semakin besar tak mendapatkan belas kasih dari sang penanam.

Luhan, Luhan yang telah menumbuhkan benih cinta untuk Sehun namun Luhan sendiri yang memberikan racun agar mati saat itu juga. Selama ini pemuda itu merasa jika usaha untuk mendekati Luhan sia-sia dan hanya berbuah kekecewaan. Gadis itu masih belum melihatnya, apapun yang ia lakukan seolah tak terlihat. Jikalau memang ia bisa merasakan apa yang diberikan Sehun semestinya saat ini Luhan tak akan pernah merasa sedih dengan masalahnya. Rasanya, Sehun gagal untuk menepati janji dalam hati.

Meskipun Luhan sama sekali tak melihatnya, setidaknya ia akan mengusap air mata yang terlihat olehnya. Menjauhkan ia dari segala macam kesedihan dan memberikannya kebahagiaan.

“Jangan menangis aku mohon ..” Lirih katanya berbaur dengan isakan yang entah mulai kapan ikut menyatu.

Sehun mengeratkan pelukan Luhan seraya berbisik. “Maaf.”

“Lu ..”

Luhan melepaskan pelukannya pelan lalu menatap Sehun yang tak lagi menangis.

“Aku memang tidak tahu apa masalahmu, tapi aku mohon, jangan hilangkan sifat periangmu, senyum manismu dan jangan ada lagi tangis di matamu.”

Setengah terkesiap namun Luhan bisa menguasainya. Ia tersenyum manis. Satu senyum yang cukup untuk membalas perkataan Sehun. Satu senyum yang mampu membuat Sehun sedikit berharap bahwa keinginannya akan dilakukan Luhan.

∞∞∞

Semburan mentari senja yang seakan mengusai dunia ini terasa di ruangan mungil milik Kyungsoo. Cahaya kuning sedikit oranye itu menusuk wajahnya yang telah terlelap sejenak. Sedikit menggerakkan kelopak mata untuk menghilangkan kantuk yang perlahan menghasutnya agar kembali terpejam.

Ia meregangkan otot-ototnya. Tidur kurang dari dua jam cukup membuatnya kembali segar. Ah, ia ingat. Hari ini, harusnya ia akan melakukan radiasi bukan ? Nanti malam, jadwal radiasi akan dilakukan malam hari untuknya. Segera saja ia menyiapkan diri agar nanti tak terburu-buru.

Dengan cekatan ia membersihkan tempat tidur yang sedikit berantakan. Saat akan membawa selimut ke tempat cuci, eomma angkatnya masuk dengan wajah geram. Layaknya tertumpah emosi yang memuncak.

Matanya menyala dengan geretakkan gigi. Kyungsoo hanya menunduk takut.

“Selama aku berada di rumah suamiku, apa yang kau lakukan Do Kyungsoo ?” Tutur katanya lembut namun itu racun yang bisa mematikannya.

“A-aku tidak.. tidak melakukan apa-apa eomma..” Kyungsoo menunduk.

“Lalu ? Kau kemana dengan Jongin, Kyungsoo ?”

“A-aku, aku tidak kemana-mana eomma..”

“Halaahh, jangan berbohong ! Kau kira aku tidak tahu ?” Wanita paruh baya itu menghirup rakus nafasnya dan menghembuskannya kasar. “Sekali lagi aku melihatmu ataupu tahun kau pergi dengan pemuda sialan itu lagi. Kau akan eomma usir ! Kau mengerti ?”

“Tapi eom~”

“Bukan sudah ku katakan sebelumnya untuk menjauhi dia ? Dia hanya akan merusakmu ! Pemuda tak tahu diri dan tak punya sopan santun seperti itu.”

Kyungsoo ingin sekali beradu argumen, namun wanita paruh baya itu lebih dulu menghentakkan pintu kamar dan pergi begitu saja. Kyungsoo terhenyak tanpa sadar air matanya mengalir lagi. Kalau seperti ini kesempatan dia akan sembuh semakin tipis. Bagaimana bisa eomma melarangnya untuk tidak bergaul dengan Jongin ?

Sia-sia saja perjuangan Jongin jika semua berakhir seperti ini. Kyungsoo tak mungkin juga melawan apa yang dikatakan sang eomma. Bagaimanapun wanita paruh baya itu yang telah membesarkannya. Melawan ? Sama saja ia tak berterima kasih kepadanya. Yahh, meskipun perlakuan buruk selalu saja ia terima.

Menit-menit berlalu begitu saja dengan lelehan air yang mengubah cantik wajah Kyungsoo. Kelopak mata tipisnya tak berhenti mengerjab demi membendung lelehan itu agar tak lebih banyak terjatuh. Hingga ia tak sanggup lagi bertahan. Lebih baik merebahkan tubuhnya dan kembali bertemu sayup kebahagiaan dalam mimpi.

Masih beberapa menit ia memejamkan kelopak itu satu dentuman pelan terdengar telinganya. Sepertinya ada yang melemparkan batu di jendela kamar.

“Jonginnie..” Segera ia membuka kaca yang menghalangi mereka.

Sosok di sana tersenyum manis sekali dengan tangan melambai-lambai. Ia mengode Kyungsoo untuk keluar namun gadis manis itu menggeleng tak setuju.

“Kenapa ?”

Eomma-ku ada di rumah.”

Jinjja ?”

Kyungsoo mengangguk lalu setelahnya ia melihat pemuda itu nekad mask ke dalam gerbang rumahnya. Tak butuh lama, satu dering bel rumah berbunyi setelah beberapa langkah diciptakan Jongin. Ketika ia akan membukakan pintu untuk Jongin lebih dulu suara wanita itu menyambut Jongin.

Hanya bisa bersembunyi di balik pintu dengan kepala menyembul ragu. Kyungsoo tak pernah berani muncul saat kehadiran Jongin sang eomma sendiri yang membukanya.

Ia bisa mengdengar dengan jelas bagaimana eomma-nya membentak Jongin saat pemuda tan itu ingin meminta ijin agar Kyungsoo bisa keluar dengannya.

“Saya mohon eomoni, Kyungsoo harus ikut saya.”

Wanita itu memutar bola matanya malas. “Apa ? Harus ikut ? Memangnya kenapa ?”

“Ini hidup dan mati Kyungsoo eomoni, saya mohon dengan sangat.” Bahkan kedua lutut Jongin sudah menyentuh tanah hanya untuk membawa Kyungsoo bersamanya.

Senyum sinis mengembang di wajahnya. “Pulanglah saja !! Mau kau menyembahku aku tidak akan mengijinkan anak itu keluar denganmu Kim Jongin.” sentak dengan satu hentakan kaki. Jongin nyaris terjungkal jika ia tak sigap mengantisipasi pergerakan itu.

Jongin menunduk lalu kembali menatap wajah wanita itu. “Sekali ini ?”

“Tidak !! Sekarang kau keluarlah Kim Jongin.”

Melawannya tak akan pernah mencapai kata menang. Dengan terpaksa dan beberapa beban yang menggantung dipundaknya ia menyeret tungkai panjang itu keluar dari rumah Kyungsoo. Masih ada harapan yang ia inginkan untuk menggenggam tangan Kyungsoo lalu menemani Kyungsoo melakukan radiasi.

Tunggu !!

Kalau ia tak bisa melakukan radiasi lalu bagaimana sekarang ?

Secepat kilat ia meninggalkan Kyungsoo yang menangis tertahan di kamarnya. Memandang sayu rupa ayu yang terpantul di cermin besar itu. Hembusan nafas tersengal menemani sesak dada yang tiba-tiba datang menyeruak.

∞∞∞

Jongin menyapu rumah sakit dengan pandangan gusar. Rasa kebingungan yang menggebu-gebu merubah sosok Jongin menjadi orang yang gegabah dan ceroboh. Tak hanya sekali ia menggumamkan kata maaf karena telah menubruk ataupun sekedar menyenggol tubuh lainnya. Beruntung bukan alat-alat mahal yang ia jadikan tumbal.

Satu tujuannya saat ini adalah ruang pribadi Sungkyu ataupun Kyungran. Namun tak satu dari mereka ia temui. Lalu kemana lagi ia harus mencari ?

Jongin tak menyerah, saat akan menuju ruang operasi yang diyakini ada dokter itu, dirinya berpapasan dengan Sungkyu.

“Dok !!” Segera saja ia menarik tangan dokter sipit itu.

“Jongin ? Ada apa ? Ah, iya.. Mana Kyungsoo ? Sebentar lagi gilirannya.”

“It-Ituu masalahnya dok..”

“Kenapa ?”

“Kyungsoo--”

“Sungkyu euisanim..”

Kedua orang itu menoleh pada sosok yang memanggil. Raut muka Jongin berubah lebih gusar dan langsung memegang lengan Dokter Kyungran. Lelaki paruh baya itu hanya bisa menatap dengan pandangan bingung.

“Kyungsoo..”

“Kenapa ? Apa ada yang terjadi dengan Kyungsoo ?” Suaranya ikut khawatir mendengar nama Kyungsoo dengan lantunan sayu.

Jongin mengangguk.

“Kenapa ?”

Eomma angkat Kyungsoo tidak mengijinkannya untuk ikut denganku. Bagaimana ini dok ?”

“Sungguh ?”

Eum ..”

Raut wajah lelaki paruh baya itu menggelap perlahan. Namun pemuda itu tahu bahwa ia juga tengah panik dan berpikir bagaimana seharusnya.

Cukup lama sebelum satu hembusan nafas berat memecah keheningan yang berselimut rasa gundah itu. Kyungran menatap Jongin dalam seakan apa yang ia akan katakan adalah hal yang besar. Jongin hanya melihatnya dengan penuh antisipasi.

“Aku akan menemui eomma angkatnya. Mendengar ceritamu kemarin, ku rasa dia tidak akan keberatan jika aku membawa Kyungsoo.”

Jongin terlonjak dengan pernyataan Kyungran. Tanpa sadar ia mengayunkan tangannya karena senang. Ini bukan berita buruk, melainkan sesuatu yang membahagiakan. Sebentar lagi Kyungsoo akan terbebas dari belenggu ibu angkatnya itu.

Jongin mengangguk antusias. Ia menyetujui apa yang akan dilakukan dokter itu. Masalah untuk jadwal ulang radiasi bisa dibicarakan. Bukan perkara sulit tentang hal itu. Lega, perasaannya jauh lebih lega dari sebelumnya. Kembali ia bersyukur atas kemudahan yang diberikan kepada Kyungsoo nantinya.

Sebagai sosok yang mengenal Kyungsoo lebih dari setahun dan mencintai Kyungsoo lebih dari dirinya, ia tahu bagaimana sosok manis itu bertahan hidup. Bila saja suatu kehidupan bisa ditukar antar sesama dengan mudah, ia memilih hidup menjadi Kyungsoo dan membiarkan gadis manis itu berada dalam posisinya. Setidaknya, akan ada kehangatan yang bisa diterima Kyungsoo dalam keluarga Jongin. Walaupun nantinya ia akan menderita. Toh tak masalah, asal orang yang ia cintai menjadi bahagia.

Apapun itu akan dilakukan Jongin untuk bisa membuat Kyungsoo tersenyum bahagia, sekalipun harus menukar nyawanya.

Sebisa mungkin ia memberanikan diri untuk menunjukkan semua rasa sayang kepada Kyungsoo agar gadis itu tahu bahwa ia memang sangat mencintainya.

 

TBC


Bagaimana? Komennya yaa readers....

Kamsahamnida...

 

Regards

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Next chapter will be updated tomorrow , so wait for it .. :)

Comments

You must be logged in to comment
potatoria
#1
Chapter 16: A TIDAK AKHIRNYAA
HAPPY ENDING <3

Hooo penantian sejak september berujung memuaskan muehehehe akhirnya di lanjut. Terima kasih banyak author nim ;-;)/
Aku menantikan karya kaisoo lagi, atau nggak myungstal wkwkwk xDd

Semangat!
potatoria
#2
Author update yang ini dong ;A;)/ sudah berbulan2 gaada kabar nih hue ;;;;---;;;;
archiffaowiqlay
#3
Chapter 15: Yah thorrr masih tbc nihhh? Lanjutannya dong thor
archiffaowiqlay
#4
Chapter 14: Akhirnya...semoga kebahagian selalu meliputi mereka hehehe
archiffaowiqlay
#5
Chapter 13: Thor please jangan bikin soo mati...thorrrr...aishhhh
archiffaowiqlay
#6
Chapter 11: Ahhhh jadi gak tega ama lulu...semangat ya lulu.. mr. Oh se rangkul lulu lah biar dia bisa move
archiffaowiqlay
#7
Chapter 10: Thor...walau bagaimanapun aku menyukai ini...gak tega sih ama lulu.. tapi, soo udah menangis terlalu banyak Thor...jangan bikin soo nangis lagi Thor yaaa
archiffaowiqlay
#8
Chapter 9: OMG jong oppa emang the best dehhh...co cweet
archiffaowiqlay
#9
Chapter 8: Yahhh...kasihan soo...jong oppa harus jagain soo pokoknya
archiffaowiqlay
#10
Chapter 7: Jong oppa emang yang terbaik!!!!