chapter 16

**BlooMiNG bEfOrE FaLLing**

Meskipun kunjungan Adinda ke korsel sudah direncanakan sebelumnya namun tetap saja tak ada persiapan khusus untuk menghadiri pesta pernikahan Siwon. Alhasil kado maupun gaun pesta tak ditemukan di dalam koper pink mini milik Adinda meskipun sudah diubek-ubeknya berkali-kali.

Donghae yang pagi itu ingin membangunkan Adinda hanya mampu terlongong seperti orang idiot saat melihat kamar Adinda yang tak ubahnya seperti kapal pecah yang terseret tsunami, " Yah, ini tuh masih terlalu pagi kali untuk mengobrak-obrik kamar kayak gini", sapa Donghae yang sedari tadi kehadirannya sama sekali tidak digubris oleh Adinda.

"Hmmm, kalau nggk mau bantu mending keluar aja deh", sungut Adinda.

Donghae dibuat terkejut untuk yang kedua kalinya saat mendengar ucapan Adinda yang ketus. 'pasti bawaan bayi nih yang bikin dia jadi sensitif gini', pikir Donghae.

Dengan langkah yang tenang dihampirinya Adinda yang masih terus sibuk dengan kegiatannya meneror isi koper," Emangnya lagi nyari apa sih, hmm?"

Mendengar kata-kata yang lembut yang keluar dari mulut Donghae, sontak Adindapun langsung menghentikan aksinya. Dengan wajah memelas dan mata yang berkaca-kaca dia berkata,"A-aku..aku nggak punya baju buat ke pesta besuk, terus aku juga nggak punya kado buat siwon"

Melihat tingkah yang bukan Adinda banget ini bikin Donghae seneng tapi sebel juga. Imut sih, tapi bikin frustasi juga lama-lama, soalnya Adinda semenjak hamil bawaannya mewek terus kalau sesuatu itu nggak berjalan sesuai keinginannya.

"Hey...kok malah meweh sih, udah ah. Mending sekarang kita nyamperin umma di dapur soalnya beliau masakin makanan kesukaanmu buat sarapan, gimana?", bujuk Donghae.

"Jincha...ta-tapi gaunnya gimana dong?"

"Kalau itu sih urusan gampang, so mikirnya nantinya aja setelah makan, ok?", rayu DOnghae seraya membimbing Adinda untuk berdiri dari posisi bersimpuhnya.

"Ok, tapi beneran lho!", ancam Andinda sambil memanyunkan bibir pink mungilnya. Donghae hanya tertawa kecil menangggapinya semabari mencubit pipi chuby Adinda, "Iya, pasti", mendengar kesanggupannya membuat mendung hitam yang sedari tadi menggayuti wajah Adinda punah bergantikan mentari yang cerah.

Dapur.

"Pagi tante..", sapa Adinda riang sambil menghampiri ibu Donghae yang tengah memasak, ciuman kecilpun mendarat dengan manis di pipinya.

"Pagi juga sweetheart, pasti kamu sudah laper kan?", Adinda hanya mengangguk, membenarkan ucapan tante yang sekarang menjadi favoritnya itu, "Ok, tunggu sebentar di meja, dan Donghae tolong panggilkan Appamu di garasi, bilang kalau sarapannya sudah siap", langsung terdengar jawaban yang terdengar sangat malas dari Donghae.

Adinda hanya terkikik lirih melihat Donghae yang berjalan ke garasi dengan wajah yang kurang senang dan sikap yang ogah-ogahan, sementara ibu Donghae hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah polah putra tunggalnya itu.

****

"So,Adin bagaimana persiapanmu untuk pesta nanti malam?", tanya ibu Donghae disela-sela sarapan.

Adinda hanya menggeleng lesu, ketika masalah yang terus menganggunya sedari bangun tidur tadi diungkit mood Adindapun jadi suram lagi.

"Dia belum punya gaun dan kado buat nanti malam umma", sela Donghae.

"Jincha, baguslah kalau begitu, soalnya aku juga kebetulan pengen beli gaun baru untuk pesta nanti malam", entah kenapa kabar dari Donghae justru membuat ibunya kegirangan.

"Adin, kamu tenang saja, karena butik langganan tante pasti punya sesuatu yang akan membuatmu tampil semakin memukau", hiburnya sembari mengelus kepalanya. Yang di elus hanya bisa mengangguk, nggak sampai hati untuk menolak tawarannya, apalagi setelah melihat matanya yang berbinar-binar. Yah, shopping memang surganya para cewek sih.

Sementara kedua lelaki yang ada di rungan itu hanya bisa terpaku horor melihat tingkah tante yang satu itu, karena buat mereka shopping bersama dia meruapakan neraka, siap-siap aja deh buat jadi tukang kuli panggul.

****

Shopping bersama ibu Donghae merupakan pengalaman yang baru dan menyenangkan. Berada di butik bersama penggila shopping tidak disangka membutuhkan begitu banyak tenaga. Tetapi dengan hasil yang didapat kelihatannya semuanya terbayar sudah.

Sebuah dress warna pastel sebatas lutut menjadi pilihan terakhir setelah mencoba begitu banyak pasang dress. Dengan style yang simple tetapi tetap elegan, membuat Adinda tampak semakin anggun dengan baby bumpnya.

Sebuah kado yang yang tanpa sengaja Adinda lihat di dekat butik bajunya juga sudah terbungkus dengan rapi. Sebuah miniatur kastil yang mengingatkan adinda pada saat-saat bahagianya bersama Siwonpun menjadi pilihan. Walaupun banyak rasa sesak yang diberikan Siwon padanya, namun Adinda tetap ingin Siwon mengingatnya ketika dirinya sedang bahagia. Karena tak ingin dia melihat baby mungilnya nanti tumbuh dengan dikelilingi oleh kebencian diantara kedua orangtuanya.

****

Setelah ibu Donghae selesi meriasnya, Adinda berpatut di depan cermin ukuran seluruh badan untuk beberapa saat. Rambut hitam lurusnya di curly pada ujungnya dipadu dengan make-up minimalis membuatnya terlihat layaknya remaja putri lainnya yang hendak pergi ke pesta, namun jika melihat baby bumpnya, adinda sadar dia bukan lagi remaja yang biasanya.

Dihelanya nafas dalam sembali membelai baby bumpnya. Senyum kecilpu tersungging, karena meskipun baby bumpnya merupakan tanda dia bukanlah ramaja kebanyakan tetapi hal itu juga merupakan bukti kalau dia tidak akan sendirian menghadapi hari esok.

Tanpa di sadarinya Donghae berdiri di belakangnya dan meletakkan tangannya di atas tangan adinda yang tengah membelai baby bumpnya. Di amatinya sosok yang berdiri debelakangnya dari pantulan cermin. Donghae masih terlihat sama seperti dulu tetapi juga terlihat berbeda. Deg deg deg.Sosok yang selalu ada disaat aku sangat membutuhkan, mengulurkan tangan dan memberikan bahu untuk bersandar saat Adinda terlalu lelah untuk terus berjalan, dan selalu menyambut dengan senyuman ketika dia pulang.

"Sudah siap untuk berangkat?", bisik Donghae.

Adinda hanya mengangguk. Sekali lagi tangan kokoh itu membimbingnya saat dia merasa tersesat, menggenggam tangannya dengan erat sebagai isyarat 'Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja karena aku akan selalu ada di sini'.

 

*********************************************************************************************************************************************************

NB : aku yakin salah ketik pasti ada dan masih terselip meskipun sudah sudah ku review, soy y..hehehe

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
andrianggita #1
Chapter 15: update again :D
wlndessy
#2
Update pleeaseeee :)
homare #3
umm...kira-kira cuma 20 kok.....
odianakilang #4
gw bisa bantu translate ... cm kalo kebanyakan chapter suka males :P jdi ... ada brapa chapter nih?
babydaewon
#5
hha~ setuju! -w-
homare #6
Hu'um...bener tuh...
Masak dari jaman kucing lum pake sandal ampe sekarang
kita terus yang translate.....
xixixixi....
babydaewon
#7
iya iya. b.ing ku ancur abis. =,=
gantian aja. biar orang luar aja yg nge'translate. #LOL#
homare #8
uqe2....mksih...
Habis b.ing ancur bgt sih...
daripada ug' mudeng mending aq tulis gini z..
xexexe...
babydaewon
#9
Kkk~ Baru dapet nih di AFF pakai Bahasa Indonesia. Hwaiting, author! ^^