Day 43

Notre Kaléidoscope

=43=

 

Aku menatap pintu masuk perpustakaan kota. Tangan terletak di atas dada, merasakan debaran jantung yang mulai berpacu lebih kencang. Terpikir olehku untuk memanjatkan doa sebelum melewati pintu, tapi itu sama saja tidak menghormati Taeyeon nuna. Memangnya dia hantu? Baiklah, aku akan berdoa untuk si cewek gila saja. Semoga cewek itu tidak tahu dan tidak akan pernah tahu tentang pertemuanku dengan Taeyeon nuna. Aku menarik napas pelan-pelan kemudian menghembuskannya selembut mungkin ke udara. Pintu kaca itu terbuka otomatis ketika aku berjalan mendekat.

Kepalaku penuh dengan to-do list yang ingin kulakukan bersama Taeyeon nuna hari ini. Aku bahkan meminta umma untuk melicinkan pakaianku sebanyak tiga kali. Sempat terpikir olehku untuk membawa setangkai mawar merah namun aku takut membuatnya ilfil.

Kami tidak pernah berbicara sebelumnya. Hanya saja seniorku itu memang terkenal karena bakat menyanyinya telah membawa sekolah kami menjuarai berbagai perlombaan. Kalau dipikir-pikir tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Buktinya cewek antah-berantah dengan otaknya yang agak miring saja bisa menjadi pacarku, jadi tidak ada salahnya kalau aku sedikit berharap hubunganku dengan Taeyeon nuna akan mengalami peningkatan. Dari yang tidak kenal menjadi kenal, dari yang kenal menjadi sunbae-hoobae, dari sunbae-hoobae menjadi teman dekat, dari teman dekat menjadi sahabat, dan dari sahabat menjadi...

“Baek, bagaimana kalau pacarmu tahu?”

Ah!

Bagaimana bisa aku lupa keberadaan Park Chanyeol di sebelahku. Aku menceritakan semuanya pada pemuda jangkung itu dan memintanya untuk menjadi kamuflase. Jadi jika si cewek gila itu tiba-tiba muncul seperti jin, aku bisa beralasan menemani Chanyeol ke perpustakaan. Nyawaku akan terselamatkan.

“Maka kau akan mati bersamaku, Yeol,” jawabku seraya memberikan kartu identitasku kepada seorang wanita yang duduk di balik meja resepsionis.

Wanita itu tidak terlalu tua, usianya sekitar awal 30-an, rambutnya hitam kecoklatan dan digelung ke belakang. Dia memberikan kembali kartu identitasku ditambah sebuah kartu perpustakaan yang bisa digunakan sebagai kunci loker sekaligus untuk meminjam buku. Chanyeol berada di jalur sebelah, dia dilayani oleh bapak-bapak berkumis tipis.

“Kenapa kau tidak jujur saja padanya dari awal? Lagipula Taeyeon nuna kan hanya memintamu jadi narasumbernya, Baek. Kenapa kau membuatnya seakan-akan mengajakmu selingkuh? Aku tidak mengerti—”

“Ya ampun Chanyeol! Kita sudah membahasnya ribuan kali. Kenapa kau cerewet sekali seperti tante-tante?”

“Mungkin karena ketularan kau,” ucap Chanyeol sambil menyengir idiot.

Aku menarik napas panjang, berusaha sekeras mungkin menjaga moodku agar tidak rusak.

“Chanyeol, lebih baik kita urusi diri masing-masing sekarang. Kau, silahkan pergi bercinta dengan buku-buku itu dan aku akan mengurusi percintaanku sendiri. Pastikan ponselmu menyala terus kalau-kalau ada keadaan darurat,” kataku kemudian menepuk bahu Chanyeol dan berjalan ke deretan loker di sebelah timur. Park Chanyeol pun menghilang, mungkin sudah mulai bercinta dengan kertas.

Aku mengedarkan pandanganku sambil memainkan kartu perpustakaan di antara ibu jari dan telunjuk. Perpustakaan ini bukan satu-satunya di kota kami. Bangunannya cukup besar, berbentuk setengah lingkaran dan terdiri dari tiga lantai dengan arsitektur bernuansa minimalis. Banyak tanaman hias yang diletakkan dalam ruangan setelah meja resepionis, terutama di dekat jendela besar yang menghadap langsung ke taman kota. Deretan loker berwarna abu-abu membentuk lorong-lorong kecil di seberang jendela itu. Jika kau telah melewati tempat penyimpanan, kau akan menemukan banyak meja diskusi berbentuk lingkaran dengan jarak satu sama lain kurang lebih dua meter. Dan jika kau terus melangkah ke dalam, maka kau akan mencium aroma buku yang begitu dicintai sebagian orang terkuak dari rak-rak tinggi menjulang. Aku sendiri sampai sekarang tidak mengerti apa enaknya bau-bauan itu.

“Baekhyun-ssi, di sini!”

Dari kejauhan aku bisa merasakan gelembung-gelembung asmara berbentuk hati keluar dari mulut Taeyeon nuna saat dia berdiri beberapa meter di depan sana dan memanggilku. Astaga otak, kenapa kau selalu berimajinasi yang aneh-aneh? Aku tersenyum lebar, sangat lebar hingga lebih terlihat seperti seringaian. Kuharap Taeyeon nuna tidak berpikir yang macam-macam. Ketika aku melangkah menuju gadis pujaanku itu, tiba-tiba aku mendengar petikan harpa dan... dan... serangga berterbangan? Tunggu, itu bukan serangga! Tapi cupid dalam bentuk mini. Apa aku sedang bermimpi sekarang ataukah ini efek dari terlalu sering menonton film dewasa?

“Apa kau baik-baik saja, Baekhyun-ssi?” Suara Taeyeon nuna membangunkanku dari mimpi tapi aku merasa seperti masuk ke dalam mimpi lainnya.

Aku benar-benar berbicara dengan Taeyeon nuna? Benarkah? Dia menyebut namaku barusan dan mengkhawatirkanku, benarkah? Aku tidak bolot mendadak kan?

“Baekhyun-ssi, kau berkeringat banyak. Apa kau yakin tidak apa-apa?”

“Hahaha, yeah aku tidak apa-apa. Aku hanya tidak terbiasa berbicara dengan bidadari.”

“....” Kening gadis yang lebih tua dariku itu sedikit terlipat. Dia tampak bingung dan tidak mengerti gombalanku. Krik.

“Ayo kita mulai kenc—wawancaranya, nuna,” ujarku memecah keheningan absurd yang memenuhi jarak di antara kami.

Taeyeon nuna tersenyum lalu mengangguk. Dia mengajakku berjalan menuju salah satu meja diskusi. Baginya ini adalah sebuah sesi wawancara entah untuk apa, tapi bagiku ini bisa diartikan sebagai kencan. Perpustakaan kota bukanlah tempat yang buruk untuk tempat kencan pertama. Putra-putri kami kelak pasti berdecak kagum.

“Baiklah, silahkan duduk bersama yang lain Baekhyun-ssi,” pinta Taeyeon nuna sambil menunjuk salah satu kursi kosong di antara anak-anak lain.

Tunggu ...tunggu dulu! Kenapa ada orang lain di meja ini? Bahkan aku melihat salah satu teman si cewek gila, Yoon Bomi, berada dalam kerumunan.

“Annyeonghaseyo, yeorobun,” aku menyapa mereka dengan canggung kemudian menempatkan diri di kursi kosong tersebut. Perasaanku perlahan-lahan berubah menjadi takut karena teman si cewek gila itu terus memperhatikanku dengan tatapan tajam. Mampus. Byun Baekhyun, mampus kau. Aku menyengir lebar padanya.

“Oke, terimakasih atas waktu yang telah kalian berikan. Karena semuanya sudah berkumpul, kalian harus mengisi kuesioner ini,” dia membagikan selembar kertas kepada sepuluh orang (termasuk aku) yang duduk melingkari meja, “berikan tanda O jika pernyataan tersebut mirip dengan kalian dan tanda X untuk sebaliknya, aku akan memberikan penjelasannya nanti.”

Kupikir Dewi Fortuna sudah melirikku, tapi ternyata nasibku masih kurang mujur. Kenyataan bahwa Taeyeon nuna tidak mengajak diriku saja untuk diwawancara membuatku ngilu. Ditambah kehadiran teman si cewek gila itu membuatku teringat pada kematian. Aku menatap kertas tersebut lalu mengisinya dengan lesu.

 



1. Saya lebih menyukai percakapan berhadapan satu lawan satu dalam sebuah kegiatan berkelompok. (X)

2. Saya lebih menyukai mengekspresikan diri sendiri melalui tulisan.(X)

3. Saya menikmati kesendirian.(X)

4. Saya sangat peduli tentang kekayaan, ketenaran, dan status kekurangan diri daripada rekan-rekan saya.(O)

5. Saya tidak suka berbasa-basi, tetapi saya senang berbicara secara mendalam tentang topik yang penting bagi saya. (X)

6. Orang lain menganggap saya sebagai pendengar yang baik. (X)

7. Saya bukan seseorang yang mengambil resiko besar. (X)

8. Saya menikmati bekerja yang memungkinkan saya untuk menyelaminya lebih dalam dengan sedikit interupsi. (O)

9. Saya menyukai pesta ulangtahun kecil dengan beberapa orang dan anggota keluarga saja. (X)

10. Orang-orang menggambarkan diri saya sebagai orang yang sangat lembut ketika berbicara.(X)

11. Saya cenderung tidak membicarakan pekerjaan saya dengan orang lain sampai pekerjaan itu benar-benar selesai. (X)

12. Saya tidak menyukai konflik. (X)

13. Saya berusaha untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin. (O)

14. Saya cenderung berfikir sebelum berbicara. (X)

15. Energi saya merasa terkuras setelah melakukan sesuatu, bahkan ketika menikmati diri sendiri. (X)

16. Saya sering membiarkan panggilan melalui voicemail. (X)

17. Jika harus memilih, saya lebih suka menikmati akhir pekan dengan tidak beraktivitas apapun dibandingkan dengan setumpuk jadwal. (O)

18. Saya tidak menikmati melakukan aktivitas yang berjejal. (O)

19. Saya bisa berkonsentrasi dengan mudah.(X)

20. Dalam situasi kelas, saya cenderung lebih suka kuliah dibandingkan seminar. (X)



 

Lima belas menit telah berlalu, kami telah menyelesaikan seluruh soal tersebut. Sejujurnya aku kecewa berat, tapi hanya dengan melihat sosok gadis itu di hadapanku ternyata masih membuat hatiku bergetar seperti ponsel.

“Tes yang baru kalian lakukan adalah gambaran kasar mengenai kepribadian kalian. Apakah kalian termasuk kelompok orang ekstrover atau introver. Ekstrover, bisa dibilang, adalah manusia yang terbuka pada lingkungan atau kehidupan luar. Mereka mendapatkan energi atau kekuatan dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Orang-orang ini akan terlihat mendominasi aktivitas kelompok, mereka senang berbicara dan lebih senang lagi jika didengarkan. Ekstrover juga cenderung mudah mengekspresikan pendapatnya.

Introver adalah kebalikannya, itu jelas. Seorang introver akan mendapatkan energi dengan menghabiskan waktu seorang diri. Mereka lebih suka berinteraksi dengan satu atau dua orang dalam kelompok dan tidak mendominasi. Sebagian orang menganggap introver adalah sosok yang pendiam dan pemalu, padahal tidak semuanya demikian. Kepribadian ini cenderung mengungkapkan pikirannya lewat tulisan daripada secara lisan. Mereka akan merasa terganggu jika terlalu lama berada di keramaian karena energinya akan terkuras dengan cepat. Jika ekstrover senang didengar, maka introver lebih senang mendengarkan.

Dari kuis yang telah kalian kerjakan, semakin banyak jawaban ‘benar’, semakin besar kemungkinan kau adalah introver. Jika jawaban ‘benar’ sama banyaknya dengan jawaban ‘salah’ maka kemungkinannya kau adalah seorang ambiver, berada di antara ekstrover dan introver,” jelas Taeyeon nuna.

Kami mengangguk pelan mendengarkan penjelasannya kemudian sibuk menghitung berapa banyak O yang kami isi. Dari 20 soal, aku hanya mendapatkan 5. Wah berarti aku adalah seorang ekstrover! Dari penjelasan Taeyeon nuna, memang sifat ekstrover lebih cocok denganku. Aku tidak suka sendirian dan terlihat seperti orang penuh nestapa. Kulirik anak-anak lain juga mengangguk-angguk setuju dengan penjelasan itu.

“Ekstrover dan introver selalu hidup berdampingan. Tingkat ekstrover atau introver seseorang tidak mungkin seratus persen. Jika kau melihat seseorang di kelasmu senang menyendiri ataupun jarang berbicara, bukan berarti mereka aneh. Bisa jadi mereka introver dan banyak sekali ide atau gagasan yang ingin mereka sampaikan namun karena kebanyakan orang menganggap sosok penyendiri atau pendiam itu tidak menarik, orang introver menjadi takut untuk menyampaikan ide-idenya. Yah, tidak semua introver seperti itu. Albert Einstein, J.K Rowling, Bill Gates, Mahatma Gandhi, bahkan Emma Watson adalah seorang introver. Jangan salah, seorang introver bisa jadi cerewet terhadap orang-orang yang sangat dekat dengannya dan itu tidak banyak.

Juga ...ketika ada teman sekelasmu yang terlalu berisik, terlihat mendominasi dan selalu melakukan hal-hal menantang dan berbicara dengan suara lantang, bukan berarti mereka adalah orang yang menyebalkan. Bisa saja mereka adalah ekstrover dan begitulah cara mereka mengekspresikan diri. Toleransi sangat penting di sini. Andai saja setiap orang paham perbedaan ini, bisa saja stereotype masyarakat secara umum tentang orang-orang yang pendiam dan senang menghabiskan waktu seorang diri dapat berubah.

Populasi introver di dunia adalah 25 persen, sedangkan sisanya adalah ekstrover dan ambiver. Ah, ambiver merupakan kerpibadian yang sangat menarik. Dia berada di tengah-tengah, terkadang dia bisa mendominasi namun ada saat-saat dimana orang itu ingin pulang ke rumah dan menikmati waktunya sendiri. Ada wacana bahwa orang-orang ambiver itu sensitif dan moody karena perpaduan kepribadian itu.”

“Kau sendiri ...apakah seorang introver atau ekstrover, nuna?” aku tak tahan untuk bertanya. Jika jawabannya adalah introver maka keyakinanku semakin bertambah bahwa kami memang berjodoh.

“Aku? Aku adalah seolah introver, Baekhyun-ssi,” jawabnya seraya tersenyum simpul.

Nah kan! Aku langsung menjentikkan tanganku dan mengarahkannya pada Taeyeon nuna. “Kalau begitu kita saling me—” belum sempat kuselesaikan kalimatku, alarm imajiner berdering-dering di atas kepalaku, mengingatkanku bahwa ada antek-antek si cewek gila itu di sini. Aku menoleh pada Yoon Bomi yang memberikan tatapan sinis, kulemparkan sebuah cengiran lebar.

“Yo! Yoon Bomi, apa kepribadianmu hah?”

“Ekstrover. Kau sendiri apa?”

“Ohoho, aku sama sepertimu. Aku yakin temanmu yang sedang latihan basket itu punya kepribadian ekstrover,” ujarku sambil menggerakkan alisku naik turun. Dengan begitu jelas sudah, aku dan pacarku sama sekali tidak cocok.

Aniya, dia adalah seorang introver,” sergah Bomi.

Mwo?”

“Introver, dia adalah orang introver yang pandai menyembunyikannya.”

“Mungkin dia adalah ambiver, tidak mungkin introver!”

“Ya Byun Baekhyun, kenapa kau seperti tidak terima sih kalau dia introver?”

Aku menggerutu sebal dan memilih untuk mengakhiri perdebatan dengan Yoon Bomi sebelum mulutku mengeluarkan kalimat kejujuran bahwa aku tidak suka kepribadian kami yang saling melengkapi. Karena dilihat dari berbagai sisi manapun, aku yakin pacarku adalah seorang ekstrover.

“Nah, karena kalian sudah mengisi kuesionernya, aku akan melakukan wawancara satu persatu. Urutannya adalah...,” Taeyeon nuna menyebutkan nama-nama kami, “... bagi yang belum terpanggil, kalian boleh pergi berkeliling. Tapi jangan jauh-jauh, ya? Wawancara ini hanya sebentar kok.”

Waktu terus bergulir. Aku menunggu antrianku sambil mendengarkan musik dan membaca manga online. Giliranku telah tiba, aku akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Kapan lagi bisa berduaan dengan Taeyeon nuna? Pertanyaan-pertanyaan pun diajukan oleh gadis cantik tersebut. Aku menjawabnya dengan riang gembira, tentu saja.

“Wawancaramu sudah selesai. Terimakasih atas waktu luangmu, Baekhyun-ssi.”

“Ah, tidak usah sungkan. Aku senang sekali bisa melakukannya. Tapi... sebenarnya guru aneh mana yang memberikan tugas seperti ini, nuna?” tanyaku.

Taeyeon nuna terkekeh pelan. Ah! Sangat cantik! Cita-citaku bertambah satu, yaitu membuat Taeyeon nuna selalu tertawa bahagia.

“Ini bukan tugas sekolah, Baekhyun-ah. Aku sedang membuat paper sebagai tahap akhir beasiswaku di luar negeri. Bulan depan aku akan pindah ke Amerika,” kata Taeyeon nuna.

“E-eh? Apa? Kau akan pindah ke luar negeri bulan depan?” Aku terkejut mendengar jawabannya, sungguh!

Tidak bisa! Ini tidak bisa terjadi! Bahkan aku belum mengungkapkan perasaanku pada Taeyeon nuna tapi dia akan segera pergi ke luar negeri? Aish jinjja, apa langit sedang bermain-main denganku?

“Ya, Baekhyun. Aku akan pindah bulan depan, aku sangat berterimakasih kepada pacarmu karena telah merekomendasikan banyak orang sebagai narasumberku termasuk kau. Ah, dia bilang kau juga ingin mengatakan sesuatu padaku. Kau bisa mengatakannya sekarang.”

“....”

Aku tidak mengerti. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan cewek gila itu. Kedatangan Taeyeon nuna yang begitu mengejutkan adalah campur tangannya? Dia merekemondasikanku untuk diwawancara gadis yang paling kusukai. Dia adalah alasan kenapa aku bisa berbicara dengan Taeyeon nuna sedekat ini. Dia?

“Jadi, apa yang ingin kau sampaikan Baekhyun-ssi?”

Aku menatap Taeyeon nuna lalu tersenyum tipis. Ini adalah kesempatanku untuk mengungkapkan isi hati pada Taeyeon nuna kecuali jika aku ingin mengejar-ngejar dirinya di bandara nanti untuk sekedar bilang ‘aku menyukaimu, nuna!’.

“Aku...,” kutatap Taeyeon nuna lebih intens hingga aku takut ada laser imajiner yang muncul dari kedua mataku dan menyebabkan lubang pada mata Taeyeon nuna.

“Kau kenapa?”

“Aku...,”

“Ya?”

“Aku harus segera pergi, nuna. Seseorang telah menungguku,” ucapku sambil berdiri lalu membungkukkan badan dan pergi secepat mungkin dari perpustakaan.

***

Suara pantulan bola basket menyatu dengan napasku yang terengah-engah. Setelah turun dari bus, aku berlari seperti orang gila untuk menemui orang gila yang sesungguhnya. Lapangan basket indoor sekolah kami sangat sepi. Tidak ada seorangpun di sana kecuali seorang cewek yang sedang men-drible bola dan melakukan tembakan ke ring.

“Ya! Apa maksudnya itu?” Aku berteriak, memecah keheningan. Hanya ada kami berdua di ruangan itu.

Cewek itu mengalihkan pandangannya dari bola yang baru saja melesak ke dalam ring dengan sempurna. Dia terlihat terkejut dengan kehadiranku. “Apanya yang apa? Sedang apa kau di sini? Sudah kubilang jangan datang, dasar bodoh!”

Aku berjalan mendekat lalu merebut bola dari tangannya dengan cepat. “Kenapa? Kenapa kau melakukan itu?”

“Melakukan apa sih?” dia berusaha merebut bola basketnya namun aku langsung mengangkat bola itu ke arah lain.

“Kau... membiarkanku menghabiskan waktu dengan Taeyeon nuna bahkan untuk mengungkapkan perasaanku padanya sebelum dia pergi. Kenapa kau melakukan itu?”

Pacarku mendengus kasar, meniup-niup poninya lalu berhasil merebut bola basket dari tanganku. Dia mendekatkan wajahnya kepadaku, aku bisa melihat wajahku melalui bola matanya yang jernih. Kami bertatapan satu sama lain untuk waktu yang lama di tengah lapangan.

“Berhenti bicara omong kosong, Byun Baekhyun!”

Bug!

Detik berikutnya aku tidak bisa menatap wajahnya lagi karena bola basket itu menghantamku hingga terjungkal ke bawah. Alih-alih marah, sudut-sudut bibirku melengkung sebelum akhirnya punggungku mencium lantai. Aku senang sekali pacarku tetap sama, galak dan beringas.

 


 

A/N: 20 soal kepribadian itu dari buku Quiet karya Susan Cain. Ng, maafkeun author karena telah membawa-bawa Taeyeon, tapi biar greget dikit ga apa-apa nyempil sebagai cameo #digebuk xD

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Petrichor79
Moga-moga endingnya udah fix dan gak ada perubahan lagi fufufu~

Comments

You must be logged in to comment
yeollshin
#1
Chapter 20: Ff ini udah complete kah? atau masih ada harapan akan ada update lagi??? I'm dying because of waiting ㅠㅠㅠㅠ
yeollshin
#2
Chapter 20: baca lagi baca lagi baca lagi. Gak ada bosennya baca ini, malah makin nambah kadar kecintaanku sama cowok sableng itu kkkk. Dan sebenernya ini tuh moodbooster banget. Bikin suasana lebih ceria (walaupun masih harus jadi cengeng tiap baca surat hyerim). Selagi baca... masih terus berharap dan bertanya-tanya, yaluhan kapan ini update lagi ㅠㅠ kangeeeeen authornim :(
bloomblebee
#3
Hai!! *waves* i'm new reader >_< tertarik banget baca ini tapi belum ada waktu. Alu subscribe dulu ya ^^ tapi agak kesel karna commentnya spoiler semua jadi terbaca deh -_- tapi tenang, aku bukan tipe spoiler kok hehe ><
TOP_CLASS #4
Chapter 20: Author kenapa bikin penasaran lagiiii ??? T.T kirain udah selese, sekarang jd penasaran lg dehhh
yeollshin
#5
Chapter 20: Tunggu..... i-ini prolog??? Seneng banget ini update dan membawa.... Prolog??? Terus cerita yg kemaren apa? Pra-prolog?! Jadi yg kemaren itu mimpi?? kehidupan baekhyun dan si cewek gila selama ini cuma mimpi?? Ahhh ini teka-teki dan bikin penasaran sebenernya cerita aslinya kaya gimana... Next chapternya ditunggu :)
AreumdaunBaek
#6
Chapter 20: Aaak...ditunggu update.nya authornim..^^
jeanitnut
#7
Chapter 19: hello authornim! new reader here.

ini mungkin fanfic indo yang kubaca lagi setelah berhenti selama hampir setahun uggh. dan sejujurnya aku tipe pemilih banget kalo fict indo hehe pas baca you used jagiya instead of baby rasanya udah mau berhenti aja karena aku ngerasa aneh banget bacanya maafkan. tapi nyatanya aku menemukan diriku sampai chapter terakhir dan aku sendiri kaget lol

aku suka gimana kamu bikin cerita ini acak dan itu unik banget. meski di part awal udah hari ke 260 aku masih belum menemukan kejanggalan. lalu di tengah-tengah udah feeling kalo the sassy girl sakit udah yakin 133654775699% tapi ternyaata.....
twist banget endingnya.

penggambaran karakter tokohnya omg aku suka semua dan siapa siapa aja tokoh disini itu bias aku TuT baekhyunnya lucu banget dan emang dia pacarable banget. aku berharap sisi baekhyun yang lain bakal ditunjukin (re: the hottest guy) tapi mungkin akan susah karena seluruh cerita menggunakan baekhyun pov.

plotnya twist dan terstruktur. rasanya masuk akal kenapa selama ini the girl semangat dan tetep bisa main basket karena dia memang gak sakit. yaah aku masih berharap bakal ada penjelasan tentang banyak hal. seperti apa hubungan the girl dan taeyeon, bagaimana perasaan dia sesungguhnya ke baek, apa semua yang ia lakukan selama ini murni seperti yang kakaknya inginkan. perhaps, you will write from diff pov? ehehehe

diksinya oke banget untuk cerita comedy fluff gini cocok sama temanya. tanpa mengurangi feel yang didapet. i found out i was crying at the midnight when they went back to neverland. dan cerita persahabatan exo member disini punya poin plus plus sendiri menurutku. menghibur dan khas remaja banget. dan aku suka istilah random(??) yang kamu pake untuk menggambarkan perasaan baekhyun. cute.

banyak typo, banyak yang belum jelas, tapi fict ini tetep worth untuk dibaca apalagi kalo lagi stress beraaat. good job authornim. ditunggu fictnya yang lain. maaf kalo komennya agak annoying (banget). tons of love<3
AreumdaunBaek
#8
Chapter 19: Fin?? Kayaknya kenal nama ini deh? di S.A.Y-kah?
whatever....mbak..aku suka tulisanmu yang mengaduk-aduk hatiku.
sequel peuhliiiiiis....
jraena #9
Chapter 19: Lanjut di sini lagi authornim, yang tadi kepenuhan wkwk
Pendapat udah, tinggal kritikan dikit deh '-' eh bukan kritik sih, soalnya karyamu ini bener-bener keren, aku cuman mau nambahin saran sedikit aja biar lebih sempurna hehe
Penulisan bahasa asingnya jangan lupa di italic alias di garis miringin yaa, soalnya aku sering nemu bahasa inggris yang ngga di miringin. Dan aku juatru nemuin bahasa baku yang malahan di miringin hehe. Cuman itu aja sih, selebihnya udah bagus. Sama masih ada typo sedikit, ya secuil aja sih. Tapi typo ya hal yang wajar, jadi di maklumin hehe. Udah sih, segini aja komentar aku. Maaf kalo kepanjangan authornim. Maaf juga kalo ada yang ngga berkenan di hati '-' jujur ini pertama kalinya aku ngasih komentar secara langsung alias ninggalin jejak setelah membaca. Biasanya aku siders wkwk, tapi udah tobat kok, sekarang udah ngga gitu lagi. Terlebih setelah membaca karyamu yang membuatku terkagum-kagum, benar-benar berdosa rasanya kalau tidak rcl wkwk. Sekian authornim, aku nungguin tulisan berikutnya ya ^^ terus berkarya~