Chapter 6 - New Ties
Time Works WondersChapter 6
~New Ties~
Sebuah hari yang sempurna untuk Sooyeol. Wajahnya berseri-seri saat melihat ballroom mini buatan yang diciptakan dari aula rumah mereka sendiri. Dengan dekorasi musim gugur yang tidak terlalu mencolok, aula itu membuat Sooyeol seperti baru saja menyelesaikan sebuah proyek arsitekturnya. Ia tidak sabar untuk melihat aula itu dipenuhi oleh para tamu undangan untuk pesta perayaan nanti malam di tempat itu.
“Dimana Yunho sekarang?”
“Di atas. Sedang bersiap-siap, Nyonya,” jawab Yuri, kepala asisten rumah tangga keluarga Jung saat Sooyeol menghentikannya.
“Changmin?”
“Sudah di tempat.”
Sooyeol tersenyum.
“Bagaimana dengan persiapan pesta pernikahan nanti malam?”
“Seratus persen.”
Senyumannya semakin melebar.
Di pangkal tangga, Yunho dengan tuksedo hitamnya melangkah turun. Sooyeol memutar tubuhnya dan wajahnya seterang mentari saat melihat Yunho.
“Hai, Yunho,”sapa Sooyeol. Ia mengulurkan tangannya dan memperbaiki dasi kupu-kupu Yunho saat putranya itu sudah berdiri di depannya. “Kau terlihat tampan.”
“Kapan aku tidak terlihat tampan?”balas Yunho, hampir saja memutar bola matanya menyaksikan betapa bersinarnya Sooyeol.
Sooyeol tertawa. “Tentu saja kau selalu tampan.” Kemudian ia melingkarkan lengannya ke lengan Yunho. “Baiklah. Sekarang kita menjemput ayahmu di rumah sakit.”
Satu jam kemudian mereka sudah berada di tempat upacara pernikahan. Tak satu sudut pun yang terlihat lengang oleh para tamu undangan, yang kebanyakan adalah keluarga besar kedua keluarga dan teman-teman dekat mereka.
Namun di tengah-tengah ingar-bingar tersebut, perasaan Yunho tidaklah semenyenangkan itu. Semua bagian dari wajahnya mengindikasikan kekhawatiran berlebih. Kedua sudut bibirnya menekuk ke bawah, matanya tidak bisa fokus, dan keningnya berkerut semakin dalam seiring berlalunya waktu. Apapun yang ia rasakan dan pikirkan, Yunho berusaha mengesampingkannya dengan menyapa setiap tamu undangan yang mendekat ke arahnya.
“Jung Yunho!” seru seorang laki-laki berambut coklat keemasan.
Yunho tersenyum. “Heechul hyung!”
“Jadi kau benar-benar akan menikah, huh?” Heechul terkekeh sambil merengkuh Yunho dalam pelukannya. “Aku sedikit tidak percaya, asal kau tahu.”
Yunho mengangkat alisnya saat mereka berhadapan.
“Sejak kapan kau jatuh cinta?” Heechul tertawa. “Aku pikir kau tidak akan pernah menikah. Tapi kau malah mendahuluiku!”
Yunho memutar bola matanya. “Kalau begitu carilah seseorang. Lihat berapa umurmu sekarang,” ejek Yunho yang mendatangkan sebuah pukulan di lengannya.
“Anak nakal!” Heechul melingkarkan lengannya di leher Yunho dan untuk sesaat mereka berkelahi dan diakhiri dengan Yunho yang berseru tentang rambutnya yang rusak karena Heechul membuat rambutnya sedikit berantakan.
Yunho masih sibuk berbincang-bincang dengan Heechul saat ia menemukan Sooyeol berbicara dengan Yuri dan ayahnya yang duduk di kursi roda dengan wajah panik. Tuan Jung memegang keningnya, terlihat letih. Dan Yunho segera menyesali keputusan dokter mengizinkan ayahnya keluar rumah sakit sementara untuk menghadiri pernikahannya. Ayahnya tidak membantu sama sekali saat ia bersikeras untuk bisa keluar menghadiri pernikahan putranya. Yunho dan Sooyeol hanya bisa menuruti permintaan Tuan Jung.
Yunho menghentikan percakapannya dan berjalan ke seberang untuk mencari tahu penyebab wajah-wajah tidak menyenangkan kedua orang tuanya dan asisten rumah tangga mereka.
“Ada apa?” tanya Yunho. Sooyeol dan Tuan Jung memutar kepala mereka ke arah Yunho. Sedangkan kepala asisten hanya berani melihatnya selama sedetik dan setelah itu menundukkan kepalanya. Yunho memicingkan matanya was-was. Perasaan tidak menyenangkan yang berhasil ia singkirkan sejenak akhirnya muncul kembali.
Sooyeol membuka mulutnya. “Yunho...” Kemudian ia menatap Tuan Jung dengan khawatir. Tuan Jung hanya mendesah dan memandang Sooyeol dengan kelelahan yang terlihat jelas. “Ada masalah besar.”
Bukan hanya itu saja, semua firasat buruk yang telah ia kurung berhari-hari itu akhirnya terbebas lagi. Kali ini benar-benar membuat jantungnya berdegup sangat kencang. “Masalah apa?”
“Changmin,” Sooyeol terlihat berusaha keras untuk mengontrol emosinya. Satu nama itulah yang telah meresahkan Yunho selama beberapa malam, yang membuatnya tidak bisa tidur semalam. Rasanya seperti masalah besar jika itu menyangkut Changmin, dan akan selalu demikian. Yunho menahan nafas menanti kelanjutannya. “Changmin tidak ada di ruangannya.”
Matanya membulat. Ia bisa jadi telah memprediksi sesuatu yang serius akan terjadi, namun mendengarnya secara langsung, memberikan ketakutan yang lebih besar dan sangat nyata baginya. Seolah lantai yang ia pijak sedikit berguncang, kepalanya terasa ringan dan sesuatu yang mendesak di dalam kerongkongannya membuatnya sulit untuk menelan ludahnya sendiri.
“Bagaimana bisa..” Yunho menggumamkannya.
“Aku tidak tahu!” Sooyeol terlihat semakin panik. “Dongshik dan beberapa orang sedang mencarinya.”
Sooyeol dan Tuan Jung memutar kepala mereka ke segala arah untuk memastikan para tamu tidak merasa curiga dengan apa yang mereka bicarakan saat seharusnya prosesi pernikahan sebentar lagi akan dilaksanakan. Mereka kembali menatap Yunho saat situasi masih terkontrol.
“Yunho...” panggil ayahnya khawatir. Yunho bergeming di tempatnya. Sebesar apa pun keinginannya untuk marah dan meneriakkan nama itu, ia masih belum dapat mengatur kembali kepalanya untuk bertindak. Yang terjadi hanyalah ia menatap orang tuanya dan Yuri dengan pandangan kosong.
“Kau yakin ia sudah datang ke sini sebelumnya?”
Yuri mendongak. “Ya. Changmin dan Tuan Dongshik datang beberapa jam yang lalu.”
“Kau tahu siapa yang ia temui di ruangannya?”
Yuri menggelengkan kepalanya. “Tidak, Tuan. Saya tidak melihat seorang pun.”
“Aku akan mencarinya.” Yunho hendak bergegas, namun Sooyeol menarik lengannya dengan keras.
“Tetap di sini.” Sooyeol terdengar memaksa. “Biarkan mereka yang mencari. Kau harus menunggu di sini. Bagaimanapun, pernikahan ini harus tetap berlangsung. Tetap berbincang dengan para tamu.”
Untuk beberapa detik yang menegangkan, Yunho dan Sooyeol saling bertatapan, menyalurkan pesan masing-masing melalui mata mereka. Yunho terlalu mengenal ibunya untuk melawannya. Sooyeol bisa terlihat ramah dari mana pun, namun saat ia bersikeras, tidak ada yang bisa mengganggu gugat keputusannya. Yunho mengendurkan tubuhnya dan mengalah.
Sooyeol membungkuk dan menangkup kedua telapak tangan Tuan Jung yang dingin di kursi roda. “Jangan terlalu khawatir. Changmin akan kembali.” Ia kemudian bergegas untuk mencari tahu perkembangan pencarian Changmin.
Meskipun Yunho mencoba untuk bersikap setenang mungkin, jantungnya berpacu dan tubuhnya menegang dengan segala kekacauan yang terjadi. Ini lebih dari yang dibayangkannya. Changmin kabur. Sebentar lagi mungkin reputasinya akan hancur begitu saja hanya karena pernikahannya dibatalkan. Namun bukan itu yang menjadi beban pikirannya. Bukan itu sama sekali.
Perlahan tubuhnya tenggelam dalam pikiran-pikirannya sendiri. Suara Tuan Jung yang memanggil-manggilnya pun berdecar sebelum mencapai telinganya. Yunho merasakan sesuatu yang menyakitkan. Dan untuk kedua kalinya, ia ditinggalkan begitu saja.
+++
Para tamu undangan mulai mengerutkan kening mereka. Prosesi yang seharusnya dilaksanakan tiga puluh menit yang lalu mengundang tanya. Obrolan keras yang tadinya dibubuhi senyuman dan tawa akhirnya berubah menjadi bisik-bisik yang bahkan tidak nyaman didengar. Beberapa wartawan, yang meskipun keluarga Jung tidak menganjurkan mereka untuk datang, berkerumun di depan aula dan berjalan kesana kemari membawa kamera, tidak sabar untuk mencuri beberapa gambar yang bisa dijadikan berita di kolom utama mereka.
Sooyeol sudah tidak mampu lagi untuk menyembunyikan kepanikannya. Berkali-kali ia berbicara kepada para petugas yang berjaga, namun yang diajak bicara pun terlihat sama paniknya akibat kepanikan Sooyeol. Di antara mereka, Tuan Jung hanya duduk dengan tenang di kursi rodanya, sambil sesekali mendesah. Meskipun demikian apa yang terlihat di raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang tidak kurang dari yang lainnya. Terpisah dari mereka, Yunho berdiri di pojok aula di samping altar, melihat wajah-wajah itu satu per satu, mengontrol perasaan yang menyeruak ke dalam seluruh aliran darahnya, dan bersiap-siap untuk hancur. Karena sebentar lagi mungkin ia akan menjadi gosip negara.
Tidak diragukan lagi, Changmin kabur darinya. Dan jelas sekali Yunho telah dibuang begitu saja olehnya, tanpa ampun, tanpa pertimbangan. Mendadak Yunho menjadi kesal. Bukan karena Changmin, melainkan karena situasi yang begitu mudahnya berubah. Hidup penuh dengan kejutan yang bahkan tidak pernah ia bayangkan akan terjadi kepadanya. Mungkin inilah saatnya untuk melangkah ke altar, bukan untuk menunggu Changmin datang kepadanya, melainkan untuk mengumumkan kepada seluruh orang di tempat itu bahwa pernikahan akan dibatalkan. Changmin, mungkin, tidak akan kembali.
Dengan langkah yang sedikit meragu, Yunho memfokuskan pandangannya pada satu titik di atas altar. Kemudian matanya memandang ke segala penjuru. Belum berdiri di altar, Yunho sudah bisa merasakan bagaimana orang-orang akan menghakiminya nanti. Ia tidak ingin mengalami situasi yang lebih dramatis lagi dari pengumuman yang sebentar lagi akan ia lontarkan, jadi ia sebisa mungkin membungkus harga dirinya dan berdiri tegap layaknya seorang laki-laki sejati yang menerima kekalahan dengan terhormat.
Inilah saatnya.
Sebelum ia sempat melangkah lebih jauh menuju altar, sebuah tangan menahannya. Yuri berdiri di belakangnya dengan terengah-engah. Wajahnya sedikit berkeringat. Saat wanita itu menggelengkan kepalanya, Yunho mengerutkan keningnya.
“Dia sudah kembali.”
+++
“Tunggu di sini. Aku akan mengambil beberapa barangmu.” Yoochun memberikannya tatapan itu lagi untuk kesekian kalinya sebelum ia keluar dari mobil. Kekasihnya terlihat yakin dengan rencananya, namun sepanjang ia menatap Changmin, terlihat sebuah keraguan yang membuat Changmin merasa tidak nyaman.
Seharusnya ia berada di tempat pernikahannya dengan Yunho saat ini. Bersiap-siap untuk melakukan prosesi sakral yang dihadiri oleh keluarga dan kerabat mereka. Seharusnya sekarang ia sedang berbincang dengan ayahnya, mengungkapkan betapa gugupnya ia menghadapi pernikahan itu. Ayahnya mungkin akan merapikan seluruh penampilannya dan memegang kedua bahunya sebelum Changmin berubah gila dan menenangkannya dengan suara yang halus. Changmin mungkin akan menarik nafas dalam-dalam dan memejamkan matanya untuk meredakan tremor dalam tubuhnya, sebuah kebiasaan saat ia tidak sanggup menghadapi situasi yang menegangkan. Kemudian saat ia berjalan menuju ke altar, Yunho pasti akan menunggunya di sana dengan tubuhnya yang tegap. Wajahnya pasti akan terlihat sedingin biasanya. Saat ia sampai di altar, aura Yunho akan menyerang seluruh sistemnya lagi seperti biasa dan membuatnya lebih gugup dari sebelumnya. Dan ia tidak bisa membayangkan jika lututnya akan menjadi lemas dan tidak ada yang menangkapnya saat jatuh di depan semua orang. Upacara itu tidak akan berlangsung selamanya, namun Changmin dapat membayangkan betapa lamanya waktu berputar di aula itu, membuatnya berkeringat berlebih dan Yunho akan memberikan tatapan tajamnya agar ia berhenti gugup. Namun saat ia memandang ke arah ayahnya, atau kedua orang tua Yunho, yang ada hanyalah senyuman dari mereka. Yang sedikit mungkin akan mendatangkan air mata di kedua matanya, menambah ketidakindahan matanya yang sudah cukup bengkak karena semalam ia telah menangis selama beberapa saat.
Kemudian Changmin membayangkan sebuah skenario yang lain. Ia menatap ke cermin di ruangan itu. Tiba-tiba Yoochun masuk begitu saja. Seharusnya hanya ayahnya dan orang yang berkepentingan yang diizinkan masuk untuk menemuinya. Namun Yoochun, entah bagaimana, dapat membobol penjagaan di depan dan membawanya kabur tanpa sepatah dua patah kata untuk ayahnya. Ayahnya pasti sekarang sedang panik. Ia tidak lupa membayangkan wajah-wajah khawatir Sooyeol dan Tuan Jung. Kemudian para tamu undangan akan bertanya-tanya mengapa ia belum juga menampakkan batang hidungnya. Changmin menelan ludahnya membayangkan betapa berat salah satu dari ayahnya ataupun Sooyeol menjelaskan kepada para keluarga dan kerabatnya.
Dan di antara mereka semua, ada Yunho yang mungkin terlihat lebih dingin dari biasanya, menanggung beban sendirian. Mungkin kesal, karena permintaannya yang lalu hanya dianggap olehnya seperti kabar burung yang tidak begitu penting.
“Tapi kau harus berjanji, saat waktunya tiba, kau benar-benar harus berjalan ke altar. Aku akan menunggumu di sana.”
Kata-kata itu terngiang lagi di kepalanya. Yunho, dengan ekspresi yang sedikit lebih lembut dari biasanya, mengatakannya dengan mudah, merelakan apa pun yang ada dalam harga dirinya untuk memohon kepadanya agar mengikuti rencana dengan benar. Hanya itu yang perlu ia lakukan. Ia tidak harus memberikan komitmen apa pun untuk Yunho dan keluarganya. Yunho menjanjikan hal itu untuknya. Dan sekarang, apa yang ia janjikan untuk Yunho? Tidak ada. Ia hanya akan memberikan sebuah kekecewaan besar dan rasa malu untuk ayahnya dan juga keluarga Jung.
Akan tetapi, di atas semuanya, Changmin tidak sanggup jika harus membiarkan ayahnya terpuruk sekali lagi. Kali ini dihadapan banyak orang yang ia kenal. Ia cukup merasa buruk telah menjadi anak yang pernah menyinggung perasaan ayahnya, dan jika harus ditambah dengan pengkhianatan kepada ayahnya, ia takut ia akan menjadi pengkhianat untuk siapa pun.
“Kau sudah siap?” Changmin hampir tidak sadar Yoochun sudah kembali ke dalam mobil jika kekasihnya itu tidak bertanya. Sebuah ransel besar ia letakkan di pangkuan Changmin.
“Sebanyak ini?” Ia menatap ranselnya.
“Kita akan pergi keluar kota. Para wartawan akan segera mencari tahu keberadaanmu. Seoul bukanlah tempat yang aman untukmu saat ini.”
“Wartawan?”
“Ada beberapa wartawan di luar gedung.” Yoochun mulai memasang sabuk pengamannya. “Aku yakin mereka tidak akan tinggal diam.”
Changmin merasa sangat buruk. Begitu buruknya hingga ia lupa untuk mengambil nafas beberapa detik. Lebih buruknya, ia melupakan bahwa yang akan menikah dengannya adalah Jung Yunho, seorang pewaris perusahaan. Yang secara kebetulan memilihnya sebagai sarana untuk menyelamatkan perusahaan keluarga Jung sekaligus perusahaan ayahnya sendiri. Untuk menyelamatkan atau untuk menghancurkan. Changmin menelan ludahnya dengan tenaga ekstra membayangkan pilihan kedua. Saat ini, ia sedang dalam proses menghancurkan mereka. Keluarga Jung merupakan keluarga tersohor. Jika ia kabur, Yunho dan keluarganya harus memasang wajah malu mereka di depan kamera. Mungkin berita bahwa ia kabur dari pernikahan akan tersebar di seluruh Korea Selatan dalam beberapa jam lagi. Ayahnya akan menjadi target empuk untuk para wartawan itu. Dan ia tidak tahu kerugian apa saja yang akan ia akibatkan untuk keluarga Jung. Namun ia yakin, hal itu tidaklah nyaman untuk di dengar dan dilihat saat ia menatap televisinya nanti.
“Changmin?” Yoochun menyentuh bahunya. Changmin terkejut dan refleks bergeser menjauh. Yoochun mengerutkan keningnya. “Ada masalah?”
Masalahnya adalah, ia tidak tahu siapa yang harus ia percayai; Yoochun atau dirinya sendiri. Pikiran dan hatinya saling berlawanan. Pikirannya memberikan ide-ide yang sangat membingungkan sehingga membuatnya tersesat hingga ke sini. Namun hatinya menyarankan hal yang sebaliknya.
“Yoochun...” Changmin memanggilnya ragu. Tatapan Yoochun terpaku kepadanya. “Aku tidak yakin...”
“Tidak, Changmin. Jangan katakan itu.” Yoochun mendesah. “Aku sudah melakukan ini untukmu. Tolong, percayalah padaku kali ini.”
“Bagaimana dengan ayahku?”
“Aku akan membantumu dan ayahmu. Keputusan yang kuambil ini tidak diputuskan secara sembarangan, Changmin. Aku mampu untuk membangun kembali perusahaan ayahmu jika itu yang kalian inginkan.”
Changmin mempertimbangkannya.“Tidak. Kau tidak akan bisa.”
Yoochun menyentuh bahunya kembali. Kali ini dengan sedikit lebih tegas. “Sudah kubilang, percayalah padaku. Ada banyak yang belum kau ketahui tentangku. Aku bisa melakukannya demi kau dan ayahmu.”
Changmin terpaku. “Aku tahu semua tentangmu dan kau tidak akan bisa melakukannya.” Entah apa yang ia coba tekankan kepada Yoochun, namun Changmin tidak ragu.
“Itu bukan masalah untuk sekarang ini. Yang terpenting adalah, kau ikut denganku keluar dari Seoul. Aku akan membereskan kekacauan yang terjadi. Kau aman bersamaku.”
Changmin menggelengkan kepalanya. “Ini tidak benar.”
“Apa yang tidak benar?” Yoochun menatapnya dengan tajam. “Kau tidak bisa begini, Changmin. Apa yang kau pikirkan?”
Dengan tiba-tiba ia memutar kepalanya dan menatap Yoochun dengan tatapan seolah ia baru saja menyadari kesalahan terbesarnya. Seiring ia menelusuri ke dalam kedua mata kekasihnya, ia berkata dengan pelan. “Aku harus kembali.”
Butuh waktu beberapa detik yang terasa lama untuk Yoochun memahami apa yang baru saja Changmin katakan. Ia menahan lengan Changmin dengan erat. Merasakan tekanan yang kuat, Changmin berusaha untuk menyingkirkan tangan Yoochun dari lengannya.
“Tolong..” katanya sambil memberikan tatapan memohon. “Aku harus kembali. Keadaan sudah buruk bahkan sebelum aku kabur. Aku tidak ingin hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dan membuat semuanya lebih buruk lagi.”
“Tidak bisa,” geram Yoochun.
“Bawa aku kembali Yoochun.” Changmin menelungkupkan telapak tangannya di atas tangan Yoochun, memohon sehalus mungkin. “Aku akan bergantung pada janji Yunho. Kita masih bisa bertemu setelah ini. Hubungan kita tidak akan berakhir sampai di sini saja.”
“Tidak akan!” seru Yoochun. “Shim Changmin apa yang sebenarnya kau pikirkan? Kita harus pergi! Aku tidak akan menyerahkanmu pada orang itu. Tidak akan pernah!”
Changmin mendesah sembari memejamkan matanya. Meskipun ingin sekali ia pergi dengan Yoochun, bahkan hingga ke belahan bumi paling selatan pun, Changmin masih mempunyai akal sehat untuk menyadari apa yang menjadi tanggung jawabnya. Ia mempunyai seorang ayah yang harus ia jaga bagaimana pun caranya. Ia mempunyai ikatan dengan Jung Yunho dan keluarganya yang tidak bisa ia putuskan dengan cara sembarangan seperti ini.
Akhirnya, pikirannya menyerah dan mencoba untuk mengikuti kata hatinya.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan kembali sendiri.” Changmin menatap Yoochun. Keputusannya sudah bulat. “Maafkan aku. Aku akan menghububungimu nanti.”
Yoochun terlalu terkejut saat ini untuk marah kepadanya, namun tangannya tidak berkutik saat Changmin lepas dari genggamannya.
Changmin berlari dengan cepat sebelum sekali lagi ia berubah pikiran.
+++
Tiga pasang mata menatapnya.
C
Comments