10 - I'll Be There For You

Unfathomable Friends

Satu minggu telah berlalu sejak kepergian Eomma dan semuanya masih terasa sangat buruk bagiku.

“Kau pikir bersembunyi akan membuat keadaan lebih baik huh?”

Suara itu terdengar setelah pintu kamar terbuka tanpa izinku. Sebenarnya beberapa kali kudengar ketukan pintu, terlalu malas untuk membuka pintu karena pemandangan yang sama dengan saat – saat sebelumnya pasti akan kulihat.  Pria dengan beberapa kerutan di wajah sebagai salah satu tanda penuaan dengan nampan berisi satu porsi makanan lengkap dengan segelas susu dan buah pencuci mulut, ya Appa tak pernah bosan melakukannya untukku yang setiap hari memutuskan tak keluar kamar.

Aku sontak terkejut melihat seseorang yang kini berjalan menghampiriku yang sedang duduk di pinggiran tempat tidur.

“Apa yang kau lakukan disini? Dan bagaimana-”

“Bodoh!” Dia sedikit berteriak, mengambil duduk disebelahku.

Aku tak ingin mendebatnya, tak ada yang ingin aku katakan pikiranku masih sama kacaunya seperti hari – hari sebelumnya.

“Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.” Jawabku lemas.

Dia mendekatkan posisi duduknya denganku.

“Hanya dengan memberitahu apa yang terjadi padamu, begitu sulitkah?”

“Aku lupa menaruh ponselku.” Aku menggeleng.

“Hey-”

“Aku tidak bisa Baek semua ini terlalu cepat bagiku.” Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Lebih dari putus asa itulah yang kurasakan sekarang.

Dia memelukku erat, aku merindukannya, sungguh. Selama ini aku merasa tidak ada satupun seseorang yang dapat membantu. Satu pelukan yang cukup untuk meredam getaran tubuhku yang sedang menangis tersedu, satu tangan yang sesekali memberikan usapan di punggung dan sepasang telinga yang selalu mendengar walaupun hanya isak tangis.

Pelukan darinya memang tak mampu membuatku baik-baik saja. Tak akan merubah apa-apa. Tapi, hadirnya untuk menemaniku, membuatku tahu jika ia selalu ada disisiku.

“Maafkan aku yang datang terlambat, kau pasti bisa melalui semua ini. Aku pernah ada di posisimu. Min Gi, tidak pernah ada yang tahu kapan kematian itu datang.” Kata Baekhyun lembut.

Baekhyun melepas pelukannya kemudian mengusap sisa air mata di pipiku dengan telapak tangannya.

“Ayahmu bilang kau tidak makan dengan baik.” Baekhyun mengelus kepalaku lembut.

“Mengapa Eomma? Bukan aku huh?”

Aku mengabaikan pernyataan Baekhyun aku masih bergelut dengan perasaanku yang tak karuan.

“Karena Tuhan memiliki rencana yang lebih baik. Kita harus mempercayai-Nya.” Baekhyun memiringkan wajahnya sehingga dapat menatap mataku. “Dan hey kau tidak sendiri. Jangan menangis lagi arra?” Baekhyun mencubit  hidungku.

“Kau tidak mengerti Baek!” Aku mengalihkan pandanganku pada jendela di depanku.

Baekhyun tiba – tiba berdiri di hadapanku menarik kedua pergelangan tanganku. “Yang lain menunggumu di bawah, kajja!”

“Yang lain?” Aku mengerutkan alis.

“Hyemi, Sehun dan Chanyeol juga datang” Jelas Baekhyun.

“Benarkah?” Aku membulatkan mataku.

Aku terkejut bahagia, seperti mendapat kejutan di hari ulang tahun, sekarang aku tahu bagaimana mereka peduli padaku. Bahkan ketika aku tidak memberi kabar pada mereka, mereka dapat mengetahui keadaanku, entah bagaimana caranya. Aku tentu saja merindukan mereka. Hari – hariku di Korea selalu kuhabiskan bersama mereka, bagaimana mungkin aku tak merindukannya. Hanya karena kebohonganku beberapa waktu lalu hubungan kami agak memburuk. Tapi, setelah kedatangan mereka kemari yang bisa di katakan tidak dekat ini sudah cukup membuatku menyadari mereka bukanlah orang yang tak peduli.

Dari lantai dua aku bisa melihat Sehun, Hyemi dan Chanyeol yang sedang duduk di ruang tamu. Aku menuruni tangga diikuti Baekhyun di belakangku. Dengan setelan piyama di siang hari ini, aku menghampiri mereka.

“Anyeoooong~” Sapaku.

Hyemi buru – buru beranjak dari duduknya memelukku tiba – tiba, jika Baekhyun tidak ada di belakang untuk menahanku aku pasti sudah terjatuh.

“Min Gi-ah, minhae, jeongmal mianhae.” Suara Hyemi bergetar diikuti isak tangis.

“Hyemi, jangan menangis.” Sehun berdiri dan menepuk – nepuk pundak Hyemi.

“Pabo ya! Aku sudah berhasil membuatnya berhenti menangis, sekarang kau berencana membuatnya menangis lagi. Aish Kim Hyemi.” Baekhyun mendengus kesal di belakangku.

Aku hanya tersenyum melihat Baekhyun.

“Hyemi, maafkan aku juga.” Jawabku lembut.

Hyemi sama sekali tidak mendengarkan perkataan Sehun maupun peringatan Baekhyun tangisannya malah semakin keras.

“Ani, aku lah yang telah salah paham padamu. Maafkan aku tidak ada disaat kau sedang kesulitan dan maafkan aku juga untuk ibumu-”

“Hyemi,  sudahlah lupakan.” Aku menepuk pundaknya dan tersenyum.

Giliran Chanyeol yang berdiri dari posisinya tersenyum menunjukan deretan gigi putihnya “Bolehkah aku memelukmu? Uhm aku merindukanmu Cinderella.” Ia membuka lengan lebarnya mengundangku kedalam pelukann

“Tentu saja Pangeran” Jawabku.

Aku menghampiri Chanyeol dan menyambut pelukannya, Chanyeol memelukku erat mengangkat sedikit badanku dan memutarku sekali sebelum akhirnya ia kembali mendaratkan kakiku ke atas lantai.

“Aku rasa aku tidak mempunyai seorang sahabat yang pengecut dan Aku tahu kau bisa melakukan segalanya lebih baik.” Ucap Chanyeol seraya melepaskan pelukannya.

“Ne, Oppa.”  Aku tersenyum mendengar kata – kata Chanyeol.

Chanyeol membulatkan matanya. “Kau memanggilku Oppa? Oh God! Seseorang harus merekamnya.”

 

Mereka adalah salah satu yang paling mengerti tentangku setelah Appa, mereka dapat mencairkan suasana membuatku kembali tersenyum, aku patut bersyukur mempunyai mereka. Kami menghabiskan waktu dengan percakapan dan lelucon bodoh yang biasa kami bicarakan ketika bersama. Kedatangan mereka juga membuat Appa senang, mereka membuat suasana rumah menjadi kembali hangat.

Melihat koper yang mereka bawa jelas mereka akan menghabiskan malam disini. Karena hanya tersisa satu kamar kosong disebelah kamarku maka Baekhyun, Sehun dan Chanyeol harus tidur bersama. Sementara aku akan berbagi kamar dengan Hyemi, ini bukan kunjungan pertama Hyemi ke rumahku sebelumnya Hyemi pernah menghabiskan liburan bersamaku disini, tentu saja ia sudah lebih akrab dengan keluargaku dibanding dengan yang lain.

 

 

***

 

 

“Waktunya makan malam anak - anak!” Sahut Appa dari ruang makan yang terletak di lantai satu.

Setelah mandi dan berganti pakaian kami lekas menuju ruang makan, aroma masakan yang Appa buat bersama Hyemi sangat menggoda. Setelah beberapa hari kehilangan nafsu makan, kali ini kurasa mood untuk makanku telah kembali.

“Appa, kami bukan anak - anak.” Kataku sambil menarik kursi meja makan mengambil duduk di tempat biasa Eomma duduk.

“Selama aku masih lebih tua dari kalian, tidak ada masalah dengan panggilan itu.” Appa tertawa kecil, ia duduk di kursi utama menghadap kami.

Hyemi mengambil duduk disebelahku diikuti Sehun disampingnya. Sementara tepat di seberangku ada Baekhyun, dan Chanyeol di seberang Hyemi. Harus kuakui kemampuan memasak Hyemi jauh—jauh lebih baik dariku, Hyemi membantu Appa memasak makan malam spesial kali ini.  Hidang spesial kali ini adalah hot-pot, meskipun rasanya tak selezat dengan yang ada di restoran – restoran yang dapat membuat dompet menangis itu, tapi Appa dan Hyemi sudah berusaha keras, rasanya pun tak terlalu buruk, kurasa ada pada kisaran nilai lebih dari cukup.

 

“Terimakasih telah datang, kalian dapat tinggal disini selama kalian mau.” Appa membuka topik pembicaraan setelah menyelesaikan makannya.

“Kami harus berterimakasih karena Ahjussi mau membukakan pintu untuk ketiga lelaki nakal ini.” Balas Hyemi.

“Nakal?  Benarkah?” Appa membulatkan matanya “Aku lihat mereka sangat manis Hyemi.”  Appa tersenyum sembari memperhatikan satu – satu wajah para lelaki yang dikatakan nakal tersebut.

Aku tersedak karena tertawa mendengar pernyataan Appa mengenai mereka yang dikatakan lelaki manis itu.

“Min Gi, makanlah dengan benar!” Appa menepuk – nepuk punggungku.

“Itu karena Appa belum mengenal mereka lebih jauh.” Aku meneguk segelas air untuk menghilangkan efek tersedak yang kualami.

“Appa sudah banyak berbincang dengan mereka tadi siang.” Appa tetap mempertahankan pendapatnya.

“Ahjussi harus percaya mereka tak semanis apa Ahjussi bilang.” Kata Hyemi penuh semangat.

“Dapatkah kalian berhenti mem-bully kami huh?” Chanyeol yang merupakan salah satu tokoh di dalam pembicaraan kami akhirnya angkat bicara.

“Aku tidak mem-bully kalian” Balas Hyemi dengan suara yang agak cempreng.

“Aku tidak membu-bully kalian~” Baekhyun mengejek Hyemi dengan menirukan suara cempreng Hyemi.

“Diam kau Baekhyun! Kalau kau tidak ingin garpu ini melayang ke wajahmu!” Hyemi kesal.

“Aish~ Hyemi-ah kau sangat jahat” Baekhyun berkata manja sambil mempoutkan bibirnya.

“Appa, kau lihat?” Aku memiringkan wajahku menatap Appa.

 “Ne?” Appa menatapku heran.

“Ahjussi, apa aku yang paling manis diantara mereka?” Tanya Baekhyun pada Appa.

Senyum Appa berubah menjadi tawa mendengar pertanyaan Baekhyun, tentu saja manis yang Appa maksud, bukanlah semanis apa yang Baekhyun lakukan.

 

 

***

 

 

Aku menjatuhkan tubuhku diatas tempat tidur, disampingku ada Hyemi yang sedang berbaring sambil membuka halaman – halaman majalah mengenai tren busana terbaru musim ini.

“Hyemi bagaimana kalian tahu apa yang terjadi padaku? Padahal aku sama sekali tidak memberi tahu siapapun.”

Hyemi meletakkan majalahnya dan memiringkan tubuh mungilnyanya menghadapku.

“Kris. Kemarin aku bertemu Kris ia bertanya padaku kenapa aku tidak datang di pemakaman ibumu.”

“Orangtua Kris memang cukup dekat dengan orangtuaku, kurasa Kris ada pada hari pemakaman hanya aku saja yang tak menyadarinya.” Aku membenarkan posisi tidurku, bergumam menjawab Hyemi.

Beberapa kali aku menguap padahal sebelumnya aku berniat menghabiskan malam dengan percakapan bersama Hyemi.

“Oh, Kyungsoo menitipkan ucapan turut berduka cita padamu, ia tidak bisa ikut kesini.” Hyemi melanjutkan kata – katanya.

“Ah, kalu begitu ucapkan terimakasih padanya.” Aku mengagguk pelan.

 

Hyemi masih di posisinya, ia menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala seolah memastikan jika aku tak melakukan tindakan menyakiti diri sendiri selama beberapa hari sulit kemarin.

“Min Gi-ah...” Kata Hyemi lembut.

“Kau baik – baik saja?” Tanyanya.

“Tentu saja tidak! Pabo!” Aku memukul Hyemi dengan bantal yang sedang kupeluk.

“Uhm, jika kau membutuhkan sesuatu atau mengalami mesalah apapun itu, aku dengan setia ada disampingmu.” Hyemi tertawa kecil.

“Benarkah?” Aku memiringkan tubuhku menghadap Hyemi.

Hyemi mengangguk yakin

“Baiklah Hyemi, uhm aku butuh rumah baru, mobil baru dan kurasa seri ponselku juga sudah ketinggalan.” Aku menerawang menghitung benda – benda apa saja yang aku butuhkan.

Hyemi memukul balik lenganku dengan bantal “Aish kau gila Min Gi!”

Aku tertawa dan merebut bantal dari tangan Hyemi memukulnya balik, kurasa setelah makan malam tadi cadangan energiku sudah cukup jika hanya digunakan menyerang Hyemi dengan bantal – bantal ini.

“Cukup! Aku ingin tidur!” Tegas Hyemi.

Hyemi terlelap lebih dulu sebelum lagu lullaby yang kuputar melaju ke track selanjutnya.

Hari ini sangat lebih baik dari hari - hari sebelumnya. Rasa terima kasihku pada mereka bahkan tak akan cukup dengan sebuah kata terima kasih, karena yang mereka berikan sangat lebih dari itu, lebih dari sekedar kata - kata. Percayalah jika seorang sahabat tak akan pernah meninggalkanmu, sebesar apapun kesalahanmu, dengan telapak tangan yang hangat mereka akan kembali menggenggammu, menuntunmu kembali menuju jalan kebahagiaan.

 

***

 

 

Keeseokan harinya.

Aku adalah orang kedua yang bangun di rumah ini setelah Appa, ini hari pertama Appa kembali ke pekerjaannya. Pagi – pagi sekali aku melihat Appa terburu – buru meninggalkan rumah, ia bilang hari ini ada rapat penting.

“Appa pergi, jaga dirimu, perlakukan temanmu dengan baik.” hanya kata – kata itu yang sempat ia ucapkan ketika hendak menuju pintu utama sambil memberikan kecupan singkat di pipiku.

Perlakukan temanmu dengan baik

Baiklah tak ada salahnya membuat mereka nyaman tinggal dirumahku. Setelah menuntup pintu aku menuju dapur berniat mencari bahan makanan yang dapat dijadikan sarapan pagi ini. Aku membuka lemari es dan beruntung sekali karena tak satupun kulihat makanan di lemari es, kurasa Appa menghabiskan seluruh persediaan untuk makan malam spesial kemarin.

Tak ada pilihan lain aku harus menuju supermarket sekedar untuk membeli Dimsum instan. Di perempatan jalan menuju blok rumah rumahku ada sebuah supermarket yang buka selama 24 jam. Aku bergegas mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja ruang tamu hendak memanaskan mesin mobil sebelum digunakan.

“Pagi sekali, kau mau kemana?” Tanya Sehun yang baru saja turun dari anak tangga terakhir.

“Aku akan pergi ke supermarket, membeli beberapa makanan.” Jawabku sambil menuju keluar.

Setelah menyalakan mesin mobil, aku kembali ke dalam rumah. Hyemi dan Sehun tengah menungguku kembali di ruang tamu.

“Kau akan pergi ke supermarket ne?” Tanya Hyemi “Kami saja yang pergi kau hanya perlu memberi kami catatan apa saja yang harus dibeli, aku ingin jalan – jalan~” Hyemi langsung merebut kunci mobil yang masih ku genggam itu dan memberikannya pada Sehun.

Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Hyemi sudah pernah mengunjungi supermarket itu sebelumnya dan Sehun juga dapat menyetir dengan baik.

“Hmmm, baiklah aku akan mengirimnya lewat pesan singkat padamu.”

“Sehunnie, aku ingin ikut aku perlu membeli sesuatu” Teriak Chanyeol dari jarak beberapa belas langkah dari kami.

“Kajja!” Ajak Sehun.

 

***

 

“Dimana yang lain?” Baekhyun baru saja keluar dari kamarnya masih dengan celana pendek dan kaos yang ukurannya 2 kali lipat dengan badannya itu.

Aku berjongkok mencari beberapa dokumen yang Appa perintahkan di dalam lemari kayu berpintu dua yang tingginya hanya sepinggangku, aku melihat Baekhyun sekilas. “Pergi ke supermarket.”

Baekhyun mengacak – ngacak rambutnya yang sudah berantakan.

“Hey kau tidak bilang padaku jika kau mempunyai sebuah piano.” Baekhyun berjalan menuju piano di sudut ruangan.

“Kau bisa melihat dengan mata kepalamu sendiri Baek.” Jawabku tanpa melihat Baekhyun.

“Apa yang sedang kau lakukan? Kemarilah!” Sahut Baekhyun.

Aku masih tetap pada kegiatanku mencari dokumen penting milik Appa, namun beberapa saat kemudian terdengar suara ringtone ponselku dari atas meja.

From : Appa

Min Gi-ah, dokumennya sudah Appa temukan di kantor, Appa lupa menaruhnya.

Baiklah, perjuanganku sia – sia.

Apa Appa sudah terlalu tua sehingga mudah melupakan beberapa hal yang penting? Entahlah.

Aku berjalan menuju Baekhyun di sudut ruangan yang sedang memainkan piano, milik Eomma tepatnya.

Disana adalah salah satu bagian rumah yang menjadi favoritku. Dinding putih polos, karpet empuk yang menutupi lantai kayu, dan lampu kristal yang memberikan cahaya temaram. Di sebelah piano tersebut hanya dibatasi sebuah dinding transparan yang terbuat dari kaca, membuat siapa saja yang sedang duduk didepan piano juga dapat menikmati pemandangan kota baik siang maupun malam hari.

Lagu yang Baekhyun mainkan menyapa lembut pendengaranku, sejenis melodi romantis yang biasa para pianis mainkan di acara perayaan hari kasih sayang.

“Love you..Love you....” Baekhyun  bernyanyi diiringi melodi yang ia ciptakan sendiri melalui tuts – tuts piano yang ia tekan. “Want you to know that I’m with you.


Kemudian Baekhyun bernyanyi dengan teknik falsetto  “I will love you and love you and love you. Gonna hold you and hold you and Squeeze you,  Baekhyun menambahkan improvisasi pada bait berikutnya “I will please you for all times. I don’t wanna lose you and lose you and lose you.

“Cause i need you i need you I need you,” Baekhyun mengambil nafas untuk meraih nada tinggi “So I want you to be my lady... You’ve got to understand My love.

 

Aku masih berdiri di tempatku membelakangi Baekhyun yang hanya berjarak beberapa langkah darinya. Baekhyun berbalik dan tersenyum “Apa yang kau lakukan? Kemarilah duduk disampingku!” Pintanya.

 

Ini bukanlah kali pertama aku melihat Baekhyun bernyanyi sambil bermain piano, aku bisa saja mengatakan ejekan yang seperti biasa ku katakana.

“Baek hentikan kau mengganggu pendengaranku!”

Atau

“Baek permainanmu sangat menyedihkan! Rasanya aku ingin melempar telur ke wajahmu!”

Tapi sekarang, mengapa tak ada satupun kata yang keluar dari mulutku?

Haruskah aku memujinya? Untuk kali ini saja aku rasa akan melakukannya.

“Uh- hum- Luar biasa Baek.” Aku berjalan ke tempatnya dan mengambil duduk disebelah Baekhyun dipinggir dinding kaca yang kali ini dapat meneruskan sinar matahari pagi dari luar sana.

“Aku tahu, setiap orang yang mendengarkan aku bernyanyi akan jatuh cinta padaku.” Baekhyun mengangkat jari – jarinya dari tuts piano dan mencubit ujung hidungku.

“Ya Tuhan! Baiklah aku pergi.” Aku berdiri hendak meninggalkan Baekhyun, karena pagi hari yang diawali percekcokan dengan Baekhyun akan sangat menyebalkan.

Baekhyun meraih tanganku menahanku agar tetap duduk disampingnya.

“Karena kita adalah uhm- sahabat, aku ingin kau berterus terang padaku.” Baekhyun mengunci pandangannya padaku

“Apa yang ingin kau ketahui Baek?”

“Mungkin kita jarang membicarakan ini, tapi.... uhm aku ingin tahu tentang uhm- ” Baekhyun berkata terbata – bata.

“Baek!” Aku menyikut lengan Baekhyun

“Aku ingin tahu tentang kehidupan percintaanmu!” Teriak Baekhyun.

Aku tergelak mendengar apa yang dikatakan Baekhyun, aku menutup mulutku dengan telapak tanganku untuk menahan tawa. Sejak kapan seorang Byun Baekhyun membicarakan hal – hal sejenis itu.

“Kau berkencan dengannya kan?” Baekhyun berbicara dengan nada membentak.

“Ken-can?” Aku mengerutkan alisku, masih tidak mengerti ada apa dengan Baekhyun.

“Siapa yang kau maksud? A-ku berkencan? Dengan siapa?” Tanyaku heran.

“Luhan.” Baekhyun mengangkat wajahnya menunjukan jika dugaannya benar 100 persen.

Aku tak menerima tuduhan Baekhyun, bisa – bisanya Ia sembarangan menuduhku seperti itu.

“Ani!”

“Kau bohong!”

“Aku tidak berbohong!”

“Aku tidak percaya!”

“Aku tidak berkencannya dengan Baek!”

“Aku masih tidak percaya!”

“Huh! Aku tidak peduli. Jangan berbicara denganku lagi!”

Untuk kedua kalinya Baekhyun menahanku, menggenggan pergelangan tanganku. “Luhan bilang dia berkencan denganmu.”

 

Aku tergelak untuk kedua kalinya, bagaimana mungkin Luhan mengatakan kebohongan seperti itu.

“Dengar mungkin kau akan sedikit marah mendengar ini, pertemuan terakhir kita di apartemen mu itu... ketika Aku memutuskan pulang lebih awal, Aku tak langsung pulang Aku menunggu Luhan keluar dari apartemenmu juga.” Baekhyun menjelaskan dengan suara yang pelan.

“Jadi kau mematai – matai ku Baek? Kau pikir apa yang akan aku lakukan denga Luhan huh? Ya Tuhan Baek!” Aku berdecak mendengar cerita Baekhyun.

“Aku tidak akan membiarkan Luhan bermalam di apartemenmu dan kalian tidur-”

Kali ini kesabaranku sudah habis aku memukul pelan kepala Baekhyun sebagai hukuman atas pikiran macam-macamnya tentang Aku dan Luhan.

“Kenapa kau memukulku huh?” Protes Baekhyun.

“Baek, Luhan sudah mempunyai kekasih dan-”

“Apa?” Baekhyun membulatkan matanya.

“Dan- aku sama sekali tidak tahu alasan apa yang membuatnya berkata bohong padamu.” Jelasku.

“Lelaki macam apa dia, wajah polos penipu!” Baekhyun mendengus kesal. “Aku tidak akan melepaskannya ketika nanti aku bertemu dengannya lagi, kau tahu aku sudah lama tak memukul orang.” Baekhyun emosi, ia meninju telapak tangannya sendiri.

“Hey Baek, mengapa kau sangat marah?”

“Karena dia melukai perasaanmu!”

“Itu tidak apa – apa Baek, aku tidak benar – benar menyukainya dan aku tidak ingin kau memukul siapapun.” Jelasku sambil mengacak rambut Baekhyun.

“Uhm kau tidak benar – benar menyukainya?”  Entah mengapa mata Baekhyun kali ini terlihat berbinra – binar.

“Berapa kali aku harus mengulangnya Baek.”

Kata – kata terakhirku akhirnya membuat Baekhyun berhenti berbicara. Pagi yang kupikir akan dilewatkan tanpa percekcokan dengan Baekhyun ternyata salah besar.

Tiba – tiba terdengar suara berisik berasal dari lantai satu sepertinya Chanyeol, Hyemi dan Sehun telah kembali mengingat jarak supermarket yang tidak terlalu jauh.

“Mereka sudah kembali, ayo aku lapar.” Ajakku pada Baekhyun.

Baekhyun sepertinya sepemikiran denganku, ia berdiri dari duduknya menarik dan menggenggam tanganku membuat kami berjalan bergandengan tangan. Agak aneh jika harus bergandengan tangan disini, ini bukanlah tempat yang penuh dengan orang – orang tentu saja aku tidak akan hilang.

“Baek, haruskah kita bergandengan seperti ini?” Aku menunjuk tangan Baekhyun yang menggenggam tanganku.

Baekhyun tersenyum malu – malu, senyumnya berubah menjadi sengiran bodoh “Maaf.” katanya seraya berjalan mendahuluiku menuju ruang makan.

 

Sorry for late update readers, I’m really busy >,<  

Jangan sungkan untuk memberi saran baik tentang jalan ceritan maupun typo yg masih bertebaran *ehehehe

Thankyou for keep waiting and I love you all...... *blowing kiss

And the last, for the song that Baek sings the tittle is My Love you can check it on this link  http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=10ETd5HFoC8

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
autumndoor
Editing is going on. Sorry :(

Comments

You must be logged in to comment
baekness58 #1
Chapter 15: waw.. mengharukan banget. cara ngelamarnya baekhyun dann ternyata anaknya pun ikut2an juga.
tentang percakapan minhyuk dan baekhyun, aku terharu dengernya
bener2 aku pengen nangis bahagia
apalagi yang minhyuk minta dikasih liat peri cahaya sama kata2 terakhir
itu bener2 kena banget di hati /? itu juga kalimat yang bener2 pas buat nutup cerita ini. keep writingg!!
gogigirl #2
Chapter 15: Ceritanya bagus.. Suka
baekness58 #3
Chapter 14: ini bener2 chapter yang aku suka banget.. baekhyun sweet bener dah. trus yang baekhyun nyium min gi itu seneng nya ga main beneran dah. seneng banget mereka uda balik. min gi juga uda bebas dri keterpurukannya itu. yaampun kalimat terakhir bener2 dah. sekarang yang pikirannya bermasalah baekhyun atau min gi ni hahhahahhahha
carikan pasangan buat chanyeol oke.
ggamjjongin
#4
Chapter 14: ini lucuuuu >< sweet bgt sih mereka berdua. heueueueueu
baekness58 #5
Chapter 13: Aduh aku penasaran banget
Cepet next chapter yaaa
jesikamareta10 #6
Chapter 13: aku menunggu kelanjutannya, penasaran deh min gi bisa ngomong gak ke baekhyun
jesikamareta10 #7
Chapter 12: baeki kok kabur gitu aja sih, kan jadi gtw perasaan min gi gimana
xhxrat_ #8
Chapter 13: Next chapt thor~~
kyungie12_ #9
Chapter 12: mudah mudahan min gi bisa sama baekhyun endingnya amin
cepat lanjutkan ya thor
hwaiting
ggamjjongin
#10
huft.... luhan.... huft...