Ini terjadi sekitar 4 tahun yang lalu...

Ketika aku masih duduk di bangku kelas 8 junior high school. Semuanya terasa begitu mudah untuk ku jalani. Tak ada yang tak bisa untuk ku lakukan. mulai dari olahraga, study, hingga pergaulan.. aku bisa melakukan semuanya dengan perfect hingga membuatku memiliki banyak teman dan selalu di sanjung dimana pun dan kapan pun. Namun, hal itu tidak membuatku senang sedikitpun. Apa Kau tahu kenapa? itu karena aku hanya berada di peringkat kedua. Maksudku... selalu... selalu... dan selalu.. diperingkat ke 2.

Meskipun, bagi orang lain itu adalah peringkat yang memuaskan. Namun, bagiku itu belumlah cukup dan membuatku selalu berambisi untuk mencapai peringkat pertama dan mengalahkan si Mr. Perfect SEHUN.

Sehun... ya... itulah nama Namja yang selama ini menduduki peringkat pertama dalam segala hal. Tidak sekalipun aku bisa mengalahkannya meskipun aku berjuang sekuat tenaga. Dia terlihat tidak terlalu memperdulikan lingkungan sekitarnya. Tapi.. meskipun begitu, dia selalu terlihat populer di antara siswa-siswa yang lainnya. Sikap acuh tak acuh dan pendiamnya membuat dia tenar di kalangan Yeoja-Yeoja di sekolahku.

Dan untuk beberapa hal yang tidak ku mengerti, aku mulai membencinya... lebih...lebih... dan lebih lagi. Tiap kali ku lihat dia, aku mulai terganggu atas kehadirannya. Dan karena itu tanpa ku sadari aku mulai memperhatikan keberadaannya. Sedang dimana dan apa yang sedang di lakukannya. Itulah hal yang selalu terfikirkan olehku tiap kali aku tidak melihat kehadirannya di sekitarku.

Namun, karena hal itu... seketika aku tersadar. Dan bertanya-tanya... apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa aku mulai memperhatikannya? Apa aku sudah gila?. Semua pemikiran itu selalu saja menghantuiku. Terlebih lagi ketika aku mulai menyadari ternyata Sehun juga selalu memperhatikanku dari tempat duduknya, yang berada di pojok kanan ruang kelas. ia juga selalu melirikku saat kami berpapasan di luar kelas, dan bahkan disaat festival kebudayaan di sekolahku dimulai, Sehun selalu datang membantuku untuk mempersiapkan perlengkapan festival. Meskipun aku dan dia hanya berbicara untuk hal-hal yang penting, seperti berbicara mengenai tugas dan sejenisnya.