a/n: prompt ini dari kembaranku yang kampret. pasti tau littleminseok kan? nah itutuh. ngeselin susah tauk promptnya lol tapi I TRIED YA TWIN I TRIED kalo fail ya... ya itu derita lo :B pokoknya enjoy this chapter aja lah ya u.u

“om, saya pake baju apa? kemeja? apa perlu potong rambut juga ya?” tanya yixing tanpa jeda.

“udah sih kasual aja, rambut kamu juga udah bagus kok,” jawab yifan sambil bertopang dagu menatap pacarnya yang lagi sibuk milih-milih baju di lemari.

“nggak bisa gitu om, saya harus keliatan rapi. nggak bisa kucel begini.”

“ini cuma mau makan malam sama papa-mama loh xing.”

kali ini yixing memutar badannya menghadap yifan. “justru karena ini mau makan malam sama papa-mamanya om jadi nggak boleh sembarangan milih baju! duh om tu ngerti nggak sih? salah-salah milih baju yang ada kita nggak direstui.”

“mana ada hubungannya salah milih baju dengan restu orangtua? ada gitu temen kamu yang tema skripsinya begitu?” tanya yifan seraya mengernyit.

“auk ah om. betein banget jadi orang. heran,” gerutu yixing kesal, kembali menyibukkan diri dengan pakaiannya di lemari.

ya, orangtua yifan secara khusus mengundang yixing untuk makan malam bersama mereka. sebetulnya selama ini yifan belum mengatakan pada kedua orangtuanya bahwa ia sudah memiliki pacar. apalagi pacarnya cowok. tapi emang karena mereka sekeluarga didikan barat, mereka lebih liberal dan nggak keberatan dengan hubungan yifan dan yixing.

jadi, papanya yifan yang memang merupakan atasan yifan di kantor merasa aneh dengan perilaku yifan akhir-akhir ini. setiap pulang kantor, yifan yang biasanya meladeni papanya cuma buat sekedar ngobrol biasa tau-tau menghilang aja gitu. atau seusai rapat, sisa snack atau makan siang diambil oleh yifan. dan itu udah beberapa kali terjadi. gimana nggak curiga. kemudian, beliau iseng mengajak mama yifan untuk mengunjungi apartemen anak mereka itu.

di situlah cerita dimulai.

-

beberapa hari yang lalu.

tok tok tok.

“yaaa sebentaaar,” yifan yang baru bangun tidur segera memakai kaos (iya, dia kalo tidur emang topless) dan berlari sekenanya menuju pintu depan. karena nyawanya belum terkumpul semua, dia sempet nggak sengaja membuka pintu gudang yang terletak di dekat pintu depan, mengira bahwa itu adalah pintu depan. ya maklum ya, orang udah bego, baru aja bangun tidur pula.

“eh papa, mama. silakan masuk,” kata yifan seraya membuka lebar pintunya dan orangtuanya masuk ke apartemen itu.

“wah, kok bersih amat apartemenmu nak?” tanya mama wu heran. “kamu habis nyewa pembantu apa gimana?”

mendengar itu, yifan manyun. yang membereskan apartemennya itu ya dia sendiri. dibantu oleh zhang yixing.

“enggak ma. yifan beresin sendiri.” berdua ding.

“hah? serius? malaikat mana yang nyambet kamu?”

yifan makin manyun. “ma, appreciate usaha yifan dikit aja kenapa sih? perubahan itu kan perlu, ya kan pa?” tanya yifan ke papanya, mencari dukungan sosial(?).

papanya yang punya dugaan sendiri cuma senyam-senyum nggak jelas yang membuat yifan mengernyit.

kemudian, seperti biasa mama wu akan memasak untuk sarapan keluarga. sejak yifan menempati apartemennya sendiri, mereka sekeluarga jadi jarang berkumpul. bahkan walaupun sekantor, yifan dan papa wu jarang bertemu. biasanya cuma kalau ada rapat atau kalau mereka sedang ada proyek. ada proyek pun berangkatnya ke lokasi nggak barengan. makanya papa wu sedikit merasa kehilangan ketika yifan jadi suka pulang cepat setelah jam kerja berakhir.

yifan yang haus berjalan menuju dapur di mana dispenser berada. mama wu yang sedang memotong buah pun menyeletuk, “nak, kok tumben sih kulkas kamu berisi? kapan belanjanya? kata papa kamu sibuk?”

“emang sibuk,” sahut yifan cuek sambil meneguk isi gelasnya.

“terus kok kamu sempet belanja?”

“ya sempet-sempet aja sih.”

dan sebelum yifan melangkah keluar dapur, mama wu berkomentar lagi. “terus itu mama liat ada makanan leftover di kulkas, kamu yang masak?”

itu makanan yang disiapkan yixing kemarin buat sarapanku.

“em… yifan beli.” beli? anggep aja.

“mama baru tau ada yang melayani delivery nasi goreng… pake sayur pula? ini nasi goreng kimchi ya?” mamanya sedikit tersentak ketika beliau mendapati ada potongan sawi di situ. selama ini yifan susah sekali disuruh makan sayur. tapi ini? “sejak kapan kamu suka makan sayur? mama yakin kalo kamu beli makanan nggak akan beli yang bersayur. apalagi ini kimchi yang rasanya nggak normal.”

yixing memang sudah berjuang keras agar yifan mau makan sayur dan nggak merepotkan orang lain dengan sikap picky-eater yang dimilikinya itu. yixing masih memaafkan yifan yang masih anti seafood tapi setidaknya yifan mau makan sayur lah. dan demi yixing, yifan sedikit-sedikit mau makan sayur. sedikit. dan kebetulan yixing sedang senang bereksperimen dengan masakan korea, dan jadilah nasi goreng kimchi itu. ala yixing sih. yixing juga menambahkan potongan keju di situ agar rasa kimchi yang kuat bisa sedikit tereduksi dan yifan tetap mau makan.

“ya udah sih ma, kalau mama mau makan nasi goreng kimchinya, mendingan dipanasin deh lalu kita makan bareng,” kata yifan.

“makan bareng gimana, orang ini porsinya cuma cukup buat satu orang. ya udah, mama panasin nasi gorengnya buat kamu makan, nanti mama cicipin.”

“boleh deh,” dan yifan segera kembali ke ruang tengah di mana papanya lagi asik baca koran. dia malas kalau harus berdebat dengan mamanya, karena mau gimana pun dia nggak bisa ngalahin beliau. salah-salah nanti dibilang anak durhaka terus masuk neraka. kan serem.

tapi gabung sama papa wu di ruang tengah juga bukan pilihan yang tepat. terlebih ketika handphone-nya yang terletak di meja berbunyi. siapa lagi yang telepon yifan pagi-pagi buat nanyain sarapannya udah dimakan apa belum kalau bukan zhang yixing. bukan karena alasan perhatian, tapi dia butuh tempat makannya segera dibalikin. emang dasar pacar kurang ajar.

yifan pun segera permisi ke balkon untuk menerima telepon. pacaran backstreet emang susah.

“udah sarapan? saya butuh tempat makannya nih om.” tuhkan.

“anu xing… em…” yifan jadi salah tingkah begini. “belum om makan. om baru aja bangun.”

“kebo amat om jadi orang? ini udah jam sepuluh.”

“bawel kamu. iya iya om balikin tapi nggak dalam waktu dekat. kamu pinjem tempat makannya siapa kek. emang buat apa sih, segitu butuhnya?”

“buat masak lah, apa lagi? emang om kenapa nggak bisa balikin sekarang?”

yifan garuk-garuk kepala. ketombean, lima hari belum keramas. “om juga lagi… butuh tempat makannya. b-besok om lembur jadi em… om mau bawa bekal! nah,” ujar yifan memberi alasan yang lumayan logis.

“hah? bukannya biasanya om bakal dapet makan siang di kantor?”

pake alesan apalagi ini, batin yifan. “em… om… lagi pingin aja gitu. hehe.”

dan yifan seakan bisa melihat raut muka yixing yang merasa heran, dengan kening berkerut dan alis terangkat. jelas yixing tahu kalau yifan sedang berbohong.

“auk ah. om aneh banget,” dan teleponnya dimatikan.

mampus. yixing marah. cuma karena tempat makan.

dengan langkah gontai, yifan kembali ke ruang tengah dan papanya masih asik membaca koran. ada dua cangkir kopi di hadapan papa wu; satu untuk papa wu dan satu lagi untuknya. dan sekali lagi, gabung dengan papanya di ruang tengah bukan pilihan yang tepat.

“wallpaper handphone kamu bagus, nak,” kata beliau.

seketika yifan menyemburkan kopinya yang memang masih panas. ia menatap papanya dengan mata melebar—bukan karena marah, tetapi terkejut.

“papa ngapain kepoin hape yifan?!” tanyanya.

“yeee salahnya ninggal-ninggal hape di meja. ketauan deh,” papa wu ngikik. oke mungkin papa wu bisa menyandang predikat papa paling usil se-tiongkok 2014. “siapa tuh? pacar kamu?”

yifan diam. mau bilang iya, takutnya digebukin papa-mamanya. bilang bukan, nanti digebukin yixing. yang terakhir itu sebenernya lebih bahaya loh, pada nggak tau kan?

“em… anu…”

“apa? yifan punya pacar?” seru mamanya dari dapur. beliau sedang membawa hasil masakannya ke meja makan. “ada yang mau sama kamu nak?”

yifan langsung bermuka datar.

“sini sini jelasin ke kami berdua,” ujar mamanya, sekaligus memanggil kedua pria dalam hidupnya itu (duile bahasanya) untuk sarapan bersama di meja makan.

secara