Chapter 17

The Man Who Can't Be moved
Please Subscribe to read the full chapter

“ nuneo…”

.

.

Junho mengedarkan pandanganya mencari sosok yang memanggil namanya, junho seketika berlari begitu mendapati sosok tuan hwang yang melambaikan tangan padanya.

“ nuneo, bagaimana bisa…”

“ dimana chansung paman??” sela junho seketika, tuan hwang menatap junho bingung untuk menjawabnya

“ ah, chan…”

Junho tetap mengedarkan pandangannya mencari sosok chansung di sekitarnnya, namun junho tetap tak menemukan sosok chansung. Junho kembali mengalihkan perhatiannya pada tuan hwang

“ paman, aku harus bicara dengannya...”

“ maaf nuneo, tapi...”

“ hwangjae…” seru yerin melambaikan tangannya, terlihat dari kejauhan nyonya hwang berdiri di samping yerin tersenyum pada junho. Yerin berlari kecil menghampiri junho

“ yerinnie, dimana chan oppa...?” Tanya junho seketika yerin sampai di hadapannya, namun tak lama kedua mata yerin nampak berkaca menatap junho

“ pesawat chan oppa sudah terbang jauh hwangjae....”

tubuh junho seketika lemas mendengarnya , junho terduduk berlutut, di hadapan yerin dan tuan hwang, junho menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya. Seketika Airmatanya jatuh dengan deras membasahi wajahnya.

Tuan hwang segera merendahkan tubuhnya mensejajarkan diri dengan junho, tanpa berkata apapun menarik junho dalam pelukannya

“ chansung tak mengatakan apapun padaku di saat kami bertemu tadi…”

“ mengapa ia meninggalkanku tiba tiba seperti ini paman…”

“ mengapa anakmu begitu kejam padaku paman…”

“ nuneo…”

“ bagaimana bisa chansung meninggalkanku setelah melukaiku tanpa menyembuhkannya terlebih dahulu…”

“ maafkan chansung nuneo, paman mohon maafkan dia…”

Junho tak lagi dapat berucap, yang keluar dari bibirnya saat ini hanyalah isakan yang teredam di balik pelukan tuan hwang, melihat junho yang menangis begitu dalam yerin ikut menangis melingkarkan tubuhnya memeluk junho.

**************

Wooyoung membasuh rambutnya yang basah setelah mandi dengan handuk yang melingkari tengkuknya. Wooyoung berjalan perlahan menuju meja makannya untuk memakan sekotak ayam yang ia beli sebelumnya dalam perjalanan pulangnya dari rumah sakit.

Hari ini menjadi salah satu hari tersibuknya setelah ia kembali ke korea, sehingga membuatnya tak sempat melakukan sarapan ataupun makan siang, dan bahkan saat ini ia harus makan malam di saat waktu sudah hampir menunjukan tengah malam

Wooyoung duduk di atas kursi di balik meja makan, menatap sekotak ayamnya dengan senyum. Senyum yang sempat menghilang beberapa hari belakangan. Tapi setelah segala pembicaraanya dengan chansung siang tadi, senyum itu kini kembali.

Wooyoung membuka kotak kemasan ayam gorengnya dengan antusias, tak lupa ia menyiapkan sebuah piring di hadapannya. Baru saja wooyoung akan melahap sepotong paha ayam goreng di tanganya Ketika Bunyi bel yang berasal dari pintu apartemennya berbunyi menggema di dalam  ruangannya menghentikan gerakannya.

Wooyoung mengerutkan kening sesaat sebelum meletakan kembali sepotong paha ayam goreng yang sebelumnya sudah ada di genggamannya ke atas piring kosong yang berada di atas meja makan di hadapannya dan bangkit berdiri dari kursinya

Wooyoung segera berjalan menuju pintu depan apartemennya dengan sedikit penasaran dengan sosok yang bertamu ke apartemennya saat ini karena hari sudah menunjukan pukul 12.30 malam.

Wooyoung membuka pintu apartemennya, tubuhnya terdiam tak bergeming terlalu terkejut menatap pria yang kini berdiri di depan pintu apartemennnya dengan wajah yang pucat pasi dengan kedua mata yang membengkak memerah

“ jun..ho…” seru wooyoung terbata

Junho hanya berdiri di tempatnya menatap wooyoung datar tanpa memberikan berekspresi sedikitpun Junho dan wooyoung hanya saling terdiam menatap untuk beberapa saat hingga tetesan airmata kembali  jatuh dari kedua pelupuk mata junho.

Raut kebingungan dan kekhawatiran Nampak jelas tergambar di wajah wooyoung,

“ ho, mengapa kau mena…” ucapan wooyoung terhenti ketika junho secara tiba tiba bergerak perlahan menghampiri wooyoung dan menggelamkan wajahnya di atas bahu kiri wooyoung.

Wooyoung mengangkat kedua tangannya melingkari tubuh junho menarik junho masuk ke dalam pelukannya kemudian membelai bagian belakang kepala junho yang kini menangis semakin dalam di atas bahunya.

“ ho, ada apa…”

“ dia pergi woo…” seru junho pelan

“ pergi? Siapa yang kau maksud ho…”

“ chansung terbang ke inggris sore tadi…”

wooyoung benar benar terkejut mendengarkan apa yang junho katakan, wooyoung sama sakali tak percaya karena siang tadi saat mereka bertemu chansung tak mengatakan apapun tentang kepergiannnya

Namun melihat bagaimana kondisi junho saat ini wooyoung meredam segala keterkejutannya, kembali memfokuskan dirinya pada junho yang menangis semakin dalam di balik pelukannya dan segera membawa junho masuk ke dalam apartemennya.

Wooyoung membawa junho masuk ke ruang tengah dan mereka berdua duduk di atas sofa. Wooyoung menatap junho pilu, melihat junho yang hanya terdiam tak bersuara di tempatnya dengan tatapan kosong serta airmata yang tak berhenti mengalir jatuh dari kedua pelupuk matanya

Dengan jari jarinya Wooyoung menghapus setiap airmata yang  mengalir jatuh di pipi junho, wooyoung hanya duduk disamping junho sepanjang malam  dengan genggaman tangannya yang menggengam erat tangan junho.

Melihat keadaan junho saat ini, wooyoung bahkan tak berniat beranjak sedikitpun dari sisi junho, rasa lapar pun seketika menghilang dari tubuh wooyoung. Meskipun mereka hanya saling berdiam selama berjam jam lamanya namun wooyoung tetap berada disana. Memilih menanti hingga junho siap menceritakannya.

Waktupun berlalu, tak terasa sudah 3 jam lebih mereka duduk disana saling terdiam, airmata tak lagi dapat mengalir dari kedua mata junho, kedua matanya membengkak sempurna. Junho mengerjapkan kedua matanya beberapa kali sebelum akhirnya kedua matanya perlahan terpejam dan tubuhnya jatuh terelap karena tenaganya yang telah habis terkuras oleh airmatanya

Wooyoung tersenyum kecil membelai wajah junho yang kini telah terlelap di atas bahunya setelah menangis selama berjam jam.

Kini wooyoung menyadari betapa rapuhnya junho dibalik setiap senyumnya, kini wooyoung  mengerti mengapa nickhun, chansung, taecyeon dan minjun begitu melindungi junho.

Karena saat ini pun wooyoung meraskannya, perasaan ingin melindungi junho yang begitu besar, lebih besar dari apapun yang ia inginkan saat ini, yang bahkan menghilangkan segala rasa keegoisannya untuk memiliki nickhun.

.

.

Junho mengerjapkan kedua matanya perlahan, menyesuaikan kedua matanya terhadap biasan cahaya lampu yang menerangi ruangan tempatnya berada saat ini.

Junho membangunkan tubuhnya setelah menyadari jika dirinya kini tak lagi berada di atas sofa melainkan berbaring di tempat tidur kamar wooyoung.

Junho menghela nafas sesat setelah beberapa saat terdiam menatap setiap sudut kamar yang meninggalkan jelas gambaran sosok chansung di ingatannya. Terdengar suara Pintu berdecit terbuka dan memunculkan sosok wooyoung di baliknya.

“ kau sudah bangun...” Wooyoung tersenyum kecil pada junho yang junho balas dengan senyuman khas bulan sabitnya

“ selamat pagi woo...”

“ pagi?”

wooyoung tertawa kecil berjalan menghampiri junho, wooyoung menunjuk jam dinding yang tergantung di tengah kamar dengan jarinya, menuntun junho untuk melihatnya, junho tercengang begitu melihat jam menunjukan pukul 16.05

“ berapa lama aku tidur...?”

“ kurang lebih 12 jam...” junho terkejut mendengarnya, ini pertama kalinya seumur hidupnya junho  dapat tidur hingga 12 jam lamanya.

“ kau sudah lebih baik…?”

“ ya, sekarang lebih baik…”  wooyoung tersenyum lega mendengarnya, meskipun belum kembali benar benar membaik namun wooyoung sudah kembali dapat melihat senyum junho, bukan lagi airmatanya

“ ada yang ingin kau ceritakan? Aku siap menjadi pendengarmu...” seru wooyoung dengan hati hati pada junho,

Junho mengangkat wajahnya menatap wooyoung, terdiam untuk sesasat, terlihat jelas keraguan di mata junho, namun melihat senyum di wajah wooyoung membuat junho tersenyum kecil. Junho menghembuskan nafas perlahan

“ aku sangat menyesalinya woo...”

“ menyesali apa ho?”

“ seharusnya aku tidak berlalu pergi begitu saja kemarin, saat aku melihat kalian di taman kafe…”

 wooyoung sedikit tercengang mendengarnya, tak menduga sedikitpun jika junho ternyata melihatnya bersama chansung.

“ apakau pergi karena kau melihatku memeluknya…?” junho mengangguk kecil

“ aku berfikir kalian kembali bersama…”

Terdengar hembusan nafas berat dari sela bibir junho, wooyoung menatap junho terdiam, menanti junho kembali berbicara

“ jika saja aku melawan ego dan kecemburuanku setidaknya aku bisa melihat wajah chansung untuk terkahir kalinya kemarin sebelum ia pergi… “

tawa miris terdengar menggema dari bibir junho. Yang seketika membuat wooyoung teggelam dalam perasaan bersalah yang begitu besar

“ m-maafkan aku ho...” seru wooyoung nyaris berbisik, namun junho masih dapat mendengarnya begitu jelas. Junho menggelengkan kepalanya kembali tersenyum, senyum yang hangat kali ini.

“ ini bukan salahmu woo, akulah yang terlalu keras kepala...”  wooyoung menggelengkan kepalanya

“ tapi jika seaindainya saja aku tak datang hari itu mungkin...”

“ aku rasa sesuatu akan terjadi lebih buruk jika kau tidak datang hari itu, aku tidak tau apa tapi firasatku mengatakan demikian....” sela junho menghentikan ucapan wooyoung.

 “ tapi setidaknya kalian bisa bertemu jika saja aku tidak datang kemarin ho...”

“ kami bertemu woo...” Wooyoung mengangkat wajahnya terkejut, menatap junho yang kini tersenyum padanya

“ kau dan chansung?” junho mengangguk kecil

“ ya, beberapa saat sebelum chan meningalkan kafe kami bertemu, namun saat itu kami bertemu tidak dalam waktu yang tepat, karena saa itu taec hyung...”

“ taec hyung...?”

wooyoung menatap junho yang menggantungkan ucapannya dengan ragu, helaan nafas berat berhembus dari bibir junho

“ taecyeon hyung sedang memintaku menjadi kekasihnya...”

Wooyoung tak dapat menyembunyikan keterkejutan nya mendengar ucapan junho, kedua mata wooyoung membulat sempurna menatap junho.

“ chansung memintaku menjawab nya saat itu juga...”

“ lalu jawabanmu...?”

“ aku tidak bisa kehilangan taecyeon hyung juga ketika chan, khun hyung dan minjun hyung tak bisa ada disisiku saat ini woo ...”

junho menghentikan ucapannya, menatap wooyoung untuk sesaat, sebelum akhirnya helaan nafas berat kembali terdengar berhembus dari bibirnya

“ dan mengingat kau yang belum lama berada di pelukannya membuatku memutuskan untuk menerimanya...”

Wooyoung menatap junho sendu, wooyoung kembali merasa sangat bersalah kepada junho saat ini, sepertinya kedatangan wooyoung benar benar memperburuk segalanya, wooyoung kini hanya terdiam tak mampu mengucapkan apapun.

“ yang aku sesali aku hanya berdiam diri disana membelakanginya, aku tak dapat menggerakan tubuhku untuk menghadapnya meskipun aku ingin...dan bodohnya aku menyesali segalanya tepat setelah chansung pergi menjauh dariku...”

“ jadi kau berhasil menghentikan chansung...?” junho menggelengkan kepalanya

“ aku memang memutuskan untuk mengejarnya, jadi aku pergi ke rumah chansung setelah itu, namun saat aku sampai, pekerja rumah tangganya memberitahuku jika chansung akan terbang ke inggris sore itu, dan akupun segera pergi menuju bandara, tapi aku terlambat woo, ia sudah pergi ketika aku sampai...”

“ apa kau tau alasan akan kepergiannya ho...?” junho kembali menggelengkan kepalanya perlahan

“ aku tidak yakin woo, yang aku tau aku adalah salah satu alasan kepergiannya itu...”

“ maksudmu ho??”

“ paman  jisung bilang, tawaran beasiswa ini chan dapatkan kurang lebih 2 bulan yang lalu saat turnamen berlangsung. awalnya chan sempat ragu untuk pergi mengambil beasiswa ini namun beberapa hari yang lalu tiba tiba ia mantap memutuskan untuk pergi...”

Wooyoung dapat merasakan bagaimana kacaunya perasaan junho saat ini, chansung pergi hanya beberapa hari setelah pertengkaran terakhir chansung dan junho yang mengakibatkan berakhirnya hubungan mereka.

wooyoung mengangkat lengannya membelai punggung junho perlahan. Terdengar kembali hembusan nafas berat dari bibir junho.

“ bukankah seharusnya aku yang mencampakannya…?”

junho mengangkat wajahnya yang sebelumnya tertunduk menatap wooyoung.

“ bukankah seharusnya dia yang menyesalinya karena telah menyakitiku…?”

“ bukankah chan lah yang seharusnya mengemis cintaku dan memintaku kembali kepadanya…?”

“ mengapa aku yang harus kembali menangisinya…”

“ mengapa aku yang menyesal telah melepaskannya….”

“ mengapa akulah yang lagi lagi mengemis cintanya… aku payah sekali...”

Tatapan sendu di wajah wooyoung seketika menghilang digantikan dengan tawa kecil di bibir wooyoung ketika melihat wajah junho yang memberenggut dengan bibir junho  yang kini mengerucut, wooyoung mengacak acak rambut junho gemas

“ biarkan waktu yang menjawabnya ho, jika chansung memang tercipta untukmu, maka kau akan memilikinya, tuhan akan mempertemukan hati kalian kembali dengan caraNya...”

Junho tersenyum kecil mendengar kalimat yang wooyoung ucapkan, junho menganggukan kepalanya perlahan pada wooyoung. Segalanya telah terjadi, hubungannya dengan chansung telah berakhir dan chansung kini sudah pergi.

Junho sadar ia tak bisa hanya menyesali apa yang terjadi dan harus segela kembali bangkit dan menatap masa depan di hadapannya. Memperbaiki secara perlahan segalanya yang telah hancur karena keegoisannya.

Mungkin ini akan menjadi kehidupan tersulit yang junho lalui sepanjang hidupnya, menjalani hari harinya tanpa chansung di sisinya setelah hampir sepanjang hidupnya ia dan chansung selalu bersama. Namun mengingat jika ia tak sendiri junho yakin perlahan ia akan bisa melalui semua ini.

Tak lama junho tersenyum setelah memikirkan segalanya. junho kini mengerti, mengapa tuhan membuat taecyeon serta minjun tidak dapat ia hubungi dan justru membawa langkahnya pergi pada wooyoung malam tadi.

“ syukurlah semalam aku datang kesini... aku mendatangi tempat yang tepat”

“ aku jauh lebih bersyukur saat ini mengetahui bahwa kau tidak membenciku setelah semua yang telah aku lakukan..” junho tertawa kecil mendengarnya.

“ aku akui aku memang cemburu, tapi aku tak pernah membencimu woo... justru aku senang tuhan mempertemukan ku dengan mu woo....”

wooyoung terdiam terpaku mendengarnya, ucapan yang wooyoung tak pernah duga akan keluar dari mulut junho. Seutas senyum kecil bertaut di bibir  wooyoung

“ terimakasih ho, ucapanmu itu sungguh berarti untukku...” Junho menganggukan kepalanya

Junho dan wooyoung tersenyum saling memandang untuk sesaat sebelum akhirnya mereka berdua saling tertawa menertawakan hal yang hanya mereka bedua yang mengetahuinya di dalam fikiran mereka,

**************

Nickhun menjatukan dirinya duduk di atas sofa di dalam kamarnya, nickhun pulang lebih awal dari biasanya karena ia hari ini benar benar kehilangan fokusnya akibat mencemaskan junho.

Junho tidak pulang sejak kemarin dan tak ada satupun dari chansung, minjun atau taecyeon dapat memberikannya informasi tentang keberadaan junho. Nickhun tidak tahu mengapa mereka semua tidak dapat ia hubungi saat ini.

Dan kecemasannya semakin meninggkat karena hari kini telah kembali berganti malam namun junho belum juga kembali ataupun memberinya kabar.

Nickhun mengambil ponselnya, kembali mencoba menghubungi junho. Namun yang nickhun dapatkan hanya suara operator yang menyatakan jika ponsel junho sedang tidak aktif saat ini.

Sama halnya dengan minjun, taecyeon dan chansung, nickhun pun hanya mendapatkan jawaban operator ketika mencoba kembali menghubungi mereka.

Nickhun memijat kedua pilipisnya dengan jari jarinya. nickhun benar benar merasa putus asa saat ini. ia hanya bisa berdoa agar junho baik baik saja saat ini dan berharap junho segera menghubunginya.

Nickhun menatap ponselnya dalam diam, tak menyerah, kembali mencoba menghubungi junho, hingga bunyi ketukan dari pintu kamarnya membuat nickhun mengalihkan perhatiannya.

“ yaa masuk...”

pintu pun terbuka perlahan dan memunculkan sosok junho dibaliknya, junho terdiam di tempatnya untuk sesaat, menatap nickhun dengan tatapan menyesal.

Nickhun seketika bangkit berdiri dari kursinya dan segera melangkah cepat berjalan menghampiri junho. Menarik adik kecilnya itu ke dalam pelukannya.

“ nuneo, dari mana saja kau...” seru nickhun melepaskan pelukannya, meneliti tubuh junho dari ujungkepala hingga ujung kaki, memeriksa kondisi junho.

Bukannya menjawab pertanyaan nickhun, junho justru melingkarkan lengannya pada tubuh nickhun, memeluknya.

Nickhun sedikit terkejut dengan pelukan junho yang tiba tiba, mengingat bagaimana sikap dingin junho beberapa hari ini padanya, masih dengan sejuta pertanyaan di kepalanya nickhun pun melingkarkan kedua lengannya pada tubuh junho membalas pelukan junho.

“ ada apa nuneo...” nickhun kembali merasa cemas ketika kini  junho mulai menangis di dalam pelukannya. nickhun membelai bagian belakang  kepala junho.

“ maafkan aku hyung...”

“ maaf untuk apa nuneo...”

“ maafkan aku karena sikap egoisku beberapa hari ini...” junho menarik nafas dalam sesaat, sebelum kembali berbicara

“ jujur aku sangat takut jika woo merebut seluruh cintamu dari ku hyung, mengingat bagaimana wooyoung berhasil mengambil hati chansung, aku begitu takut... aku tak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya hyung...”

Nickhun tersenyum kecil mendengarnya, senyum dengan penuh rasa lega, perkataan yang baru saja junho ucapkan menyatakan dengan jelas jika junho tak membencinya dan ternyata sangat menyayanginya.

“ awalnya aku berfikir sudah cukup bagi  hyung dengan memilikiku, hyung tidak membutuhkan orang lain untuk mencintai mu karena tak akan ada orang lain yang bisa mencintaimu melebihi cintaku padamu hyung... namun setelah chansung pergi...”

terdengar jelas suara junho yang bergetar ketika mengucapkannya, nickhun mengeratkan pelukannya pada junho seraya memberikan junho kekuatan, junho mengatur  nafasnya untuk sesaat sebelum kembali berbicara.

“ setelah chansung pergi, aku sadar, meskipun aku begitu berlimpahkan cinta dari ayah dan kau, tetaplah tak membuatku menjadi sempurna karena tak cinta dari chansung di dalamnya.... dan hal itu membuatku sadar jika yang aku lakukan saat ini hanyalah membuat kebahagiaanmu tak sempurna hyung...”

Junho kembali menghentikan ucapannya, Junho tersenyum kecil mengangkat wajahnya yang dipenuhi airmata menatap nickhun,

“ sebesar apapun cintaku pada hyung, hidup mu tak akan pernah sempurna tanpa cinta dari wooyoung...”

“ nuneo, aku sudah cukup bahagia bersamamu, sungguh....” nickhun tersenyum kecil menghapus airmata di kedua pipi junho dengan jarinya, junho kembali menggelengkan kepalanya perlahan

“ jika aku harus kehilangan chansung kali ini, maka aku tak ingin hyung merasakan hal yang sama, aku tak ingin hyung kehilangan wooyoung dan merasakan sakit yang sama seperti yang aku rasakan saat ini...”

“ nuneo...” nickhun menatap junho sendu,

“ aku tak ingin hubungan hyung memiliki akhir yang sama seperti hubunganku...” 

junho kembali menenggelamkan wajahnya di balik pelukan nickhun

“ dan aku tak ingin menyesal untuk yang kedua kalinya karena keegoisanku membuatku kehilangan orang yang aku cintai, aku tak ingin  kehilangan hyung , seperti aku kehilangan chansung saat ini...”

“ aku akan selalu disisimu nuneo, hyung tidak akan meninggalkanmu...”

“ berjanjilah hyung...”

Nickhun menarik dagu junho, mengangkat wajah junho yang tenggelam di dalam pelukannya kini menatapnya.

“ aku berjanji...” nickhun kembali menghapus airmata yang masih mengalir dari kedua mata junho dengan ibu jarinya, seutas senyum di bibir nickhun membuat junho pun akhirnya ikut tersenyum

“ sekarang berhentilah menangis, kedua matamu sudah sangat membengkak nuneo...” junho mengangguk kecil, segera menahan isakannya dan menghapus airmata yang masih jatuh membasahi kedua pipinya.

****************************

Wooyoung menjatuhkan dirinya duduk di atas kursi dibalik meja kerjanya, hari ini ia merasa sangat lelah, karena unit gawat darurat sedang dipenuhi pasien korban kecelakaan beruntun. wooyoung baru saja selesai melakukan operasi pasien ke 5 nya hari ini.

Wooyoung mengecek kertas kertas yang berisikan data data perkembangan kondisi pasien rawat inap yang ia tangani di hari sebelumnya. Wooyoung tersenyum melihat seluruh pasien yang ia tangani memiliki peningkatan kesehatan.<

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
okbananacarrot
#1
Chapter 20: this story is good! keep writing, thankyou for the happy ending
channelca #2
Chapter 20: Waaahhh Akhirnya ending juga. Lama nungguin ini fanfic update heheh...
saya kirain ini akan berakhir dengan taecho tapi dugaan saya salah.. akhir ceritanya ditutp dengan CNN hihihi...
Suka banget ini sama jalan ceritanya,, Suksess buat saya baperr!!!...
Thanks buat kak dehana udh up ff ini
Semangat buat cerita selanjutnya
Ditunggu loch cerita yg lain... Fighting!!!
Tapi kak bleh kan minta buatin epilogenya :)
ayudaantariksa #3
Kak ceritanya bagus ^_^ . Awalnya aku ngira kalo ceritanya sad ending , eh ternyata happy ending . Kasih mau di kasih epiloge apa enggak ^_^
Nunneo74
#4
Chapter 20: Omg !! Aaaghhrr...!! Sarat macam apa itu yg no 2 , siapa yg ngeracuni otak polos nuneo hhh tp sukaaa akhir nya cnn nyatu juga , kini aku percaya bahwa tulang rusuk itu ga akan ketuker pemilik nya hhhh
dhe_dorayaki
#5
Chapter 20: Akhir nyaa up juga ff ini huhuhuhuhu,, junho udah ahli cium".n nih , aku sempet was" pas adegan ciuman nya takut junho tiba" bengek lagi kaya dulu hhhhh,,

Ini serius end??, udah tamat?? , berakhir ??
ovygaara
#6
Chapter 20: Banzai~ akhirnya kelar ini story dgn happy ending buat channuneo. #yeay
Tapi taec kasian juga. Akhirya hrs ngerelain junho. Gmn kalo sama aku ajah? *kedip2 genit* #plak xD
Beautifull ending author-shi. Great job! Ditunggu karya2 berikitnya. Fighthing! (ง'̀-'́)ง
channelca #7
Kak lanjut donk ceritanya...
Penasaran sama endingnya
Cayyoo kak
Semangat
☺☺
ayudaantariksa #8
Chapter 18: Kak di lanjut ya . Penasaran ,ceritanya bagus
ovygaara
#9
Chapter 18: Fix buat chapter ini aku jd sebel sama chansung. Kesannya dia egois bgt disini. Dia udh pergi lama, ninggalin junho, trus disaat taec sama junho udh bs dapet sedikit kebahagiaan, chan balik lagi dan dengan seenak udelnya ngomong sama taec klo dia mau ngambil junho kembali dr taec. Heelllaaawww!! Emang junho piala bergilir! *sory thornim, malah marah2 dsini* xD
And poor my baby taec~ huhu~ sini sama aku ajah sini~ xD *i can't see him suffer alone*
Semangat buat chap terakhirnya~ ^^
hwootestjang #10
Chapter 18: Keliru nih... Aku ingin chanuneo namun taecho juga berhak.. Penasaran deh ending nye