Chapter 15
The Man Who Can't Be moved************
nickhun menjatuhkan tubuhnya duduk di sebuah kursi tanpa lengan didepan pintu beranda kamarnya. angin malam yang masuk melalui beranda menerpa tubuh nickhun yang kini termenung menatap terangnya rembulan dengan senyum di bibirnya
nickhun menundukan kepalanya, senyum yang sebelumnya menghiasi wajah nickhun seketika lenyap digantikan dengan tatapan rindu menatap sebuah foto pada layar ponsel nya, foto seorang pria yang memenuhi seluruh isi fikirannya beberapa hari belakangan.
nickhun membuka kotak pesan dalam ponselnya yang berisi percakapan dirinya bersama wooyoung dari saat pertama kali mereka saling berkirim pesan hingga saat ini, lebih tepatnya satu jam yang lalu, dimana wooyoung kembali mengirimkan pesan untuknya.
senyum bersimpul di bibir nickhun di saat nickhun membaca kembali percakapan dirinya dan wooyoung disaat pertama kali mereka saling berkirim pesan, tepatnya di malam setelah nickhun pergi bersama wooyoung ke pesta penyambutannya.
' aku merindukanmu dokter jang...'
' nickhun..? '
' apa ada pria lain yang merindukanmu selain aku dokter jang wooyoung..? '
' berhenti menggodaku khun :) , kau masih dalam perjalanan bukan? tidak baik menggunakan ponselmu di saat kau sedang mengendarai mobil ! '
' aku sungguh sungguh, dan aku tidak sedang mengendarai mobil, aku bahkan belum beranjak dari tempatku '
' aku tak akan tertipu :p '
' mari bertaruh, berikan aku sebuah pelukan, jika kau mendapati ku masih berada di depan pintu apartemenmu saat ini '
' khun, kau tidak sungguh sungguh bukan '
' buktikan saja '
nickhun masih mengingat dengan jelas kejadian yang terjadi setelah nickhun mengirimkan pesan itu pada wooyoung, dalam waktu hanya beberapa detik dirinya segera mendapati wooyoung berdiri di depan pintu apartemennya. dan malam itu sesuai janjinya wooyoung memberikan pelukan untuk pertama kalinya.
nickhun tertawa kecil mengingat kembali raut wajah wooyoung yang nampak sangat terkejut saat mendapati nickhun masih berada di depan pintu apartemenya saat itu
dan warna merah merona yang berpendar di kedua sisi pipi tembam wooyoung sesaat setelah wooyoung melepas pelukannya membuat wooyoung nampak sungguh menggemaskan
jika saja saat itu nickhun sudah mengenal wooyoung jauh lebih lama maka tanpa ragu nickhun mengecup kedua pipi menggemaskan milik wooyoung itu
nickhun merasakan dua buah lengan menjalar melingkar di atas bahunya, meskipun nickhun tak menoleh untuk melihat sosok yang memeluknya kini, harum aroma khas yang memenuhi inda penciuman nickhun menunjukan dengan jelas siapa pemilik lengan yang melingkari tubuhnya ini
sebelum junho sempat melihatnya dengan segera nickhun menyembunyikan ponsel di tangannya. junho mengecup hangat salah satu sisi pipi nickhun
" hyung, boleh aku tidur bersama mu malam ini...?"
" sejak kapan kau meminta izin untuk tidur bersamaku nuneo?"
" sejak aku tau kau sudah memiliki kekasih..." nickhun melepaskan kedua tangan junho yang melingkar di atas bahunya dan menarik junho duduk di atas pangkuannya
" cintaku hanya untukmu..." junho memicingkan kedua matanya menatap nickhun yang masih tersenyum padanya, senyum yang menurut junho menyembunyikan kobohongan
" kau fikir aku akan percaya..."
" harus, karena aku tidak berbohong.."
junho bangkit berdiri dari pangkuan nickhun melangkahkan kakinya menuju tempat tidur kemudian segera merebahkan tubuhnya di balik selimut. nickhun mengikuti langkah junho, membaringkan tubuhnya di balik selimut tepat di samping junho.
" bagaimana kencanmu dengan taecyeon...?" junho hanya menatap nickhun terdiam untuk sesaat sebelum akhirnya junho mengulum senyum kecil di bibirnya
" setelah mengidolainya selama bertahun tahun akhirnya aku dapat bertemu dengannya hyung, dowoon hyung sangat ramah dan baik hati, dia tak hanya memberikanku tanda tangan serta berfoto bersama, dirinya bahkan memberikanku langsung nomor ponselnya dan berjanji jika konser tour dunia mereka sudah selesai, ia akan menghubungiku..." tutur junho
" tampaknya dia menyukaimu nuneo, dia pasti senang jika bisa bermain drum bersama denganmu, aku tau kau sangat berbakat..."
" aku juga tak sabar menunggunya hyung, aku bahkan tak pernah bermimpi untuk berbicara seperti malam ini dengannya hyung.."
" kau harus bererimakasih pada taecyeon karena sudah mendapatkan tiket serta akses vip itu nuneo, aku tau pasti tidak mudah mendapatkannya..."
tiba tiba terlihat senyum junho mengendur, nickhun mendapati perubahan itu dengan jelas
" ada apa nuneo...?"
" tiket itu, chansung lah yang mendapatkannya hyung..."
" chan? lalu mengapa taec yang?"
" chan memberikannya pada taec hyung, dan karena taec hyung tak ingin tiket yang sudah chansung dapatkan dengan susah payah itu menjadi sia sia, dia bersedia menemaniku pergi "
sebuah senyum kecil kembali bertaut di bibir junho, namun setetes airmata berhasil meloloskan diri dan jatuh mengalir di sudut mata junho. melihat itu nickhun segera menghapus jejak airmata di wajah junho, nickhun menarik junho mendekat mendekap junho dalam pelukannya.
" kau merindukannya..?"
nickhun dapat merasakan anggukan kecil kepala junho dari balik pelukannya, nickhun mengusap perlahan punggung junho,
" apa kau baik baik saja? dengan semua ini nuneo?"
" tentu, aku akan baik baik saja karena aku memiliki mu hyung..."
nickhun merasakan junho merapatkan tubuhnya membalas pelukannya dengan erat dan seiring dengan itu nickhun merasakan palu tajam menghujam hatinya, merasakan perasaan bersalah yang begitu besar pada junho
beberapa saat yang lalu nickhun masih berfikir untuk mempertahankan wooyoung di sisinya dengan mengabaikan kenyataan jika pria yang ia cintai itu ialah salah satu penyebab utama airmata junho beberapa waktu ini.
setelah dulu dirinya dengan bodohnya menuruti keinginan sang ibu yang membawanya pergi meninggalkan junho menghilang begitu saja membuat junho tak tersenyum untuk waktu yang lama sebelum akhirnya chansung datang menggantikan nickhun dan membawa kembali senyum junho.
nickhun tak ingin mengulangi kesalahan yang sama, nickhun tak ingin lagi kehilangan senyuman itu, meskipun hal itu berarti dirinya harus mengorbankan seluruh cinta yang ia miliki pada wooyoung.
****************
wooyoung duduk dengan gelisah di atas kursinya, tak sedikitpun mendengarkan sepatah kata yang sedang di ucapkan sang moderator di ruang rapat saat ini karena matanya terpaku pada sosok nickhun yang membelakanginya, duduk sejauh 4 kursi di depannya.
dapat terlihat dari kejauhan nickhun dengan jubah putihnya duduk dikelillingi oleh para petinggi rumah sakit serta dokter dokter senior yang mengapitnya di sisi kanan dan kiri nickhun.
sudah 2 minggu lamanya wooyoung menunggu saat saat ini, menunggu untuk kembali bertemu dengan nickhun, hanya melihat bagian belakang tubuh nickhun sudah membuat wooyoung tidak sabar untuk segera memeluknya.
wooyoung dapat melihat nickhun bangkit berdiri dari kursinya kemudian melangkahkan kakinya menuju mimbar kecil yang berada di tengah ruang rapat. wooyoung tak sedikitpun melepaskan tatapannya dari nickhun, sangat berharap nickhun dapat melihatnya saat ini
nickhun bangkit dari kursi diiringi dengan helaan nafas kecil berhembus di bibirnya, nickhun memantapkan diri berjalan menuju mimbar untuk memberikan sambutan kepada para dokter baru yang akan bergabung dengan rumah sakitnya mulai dari hari ini, yang itu berarti sudah saatnya bagi nickhun untuk berhadapan dengan wooyoung.
nickhun mengedarkan pandangannya kepada para peserta rapat yang berada di dalam ruangan nickhun dapat merasakan dua buah manik mata milik wooyoung kini menatapnya, namun sebisa mungkin nickhun menghindari dirinya untuk beradu tatap dengan wooyoung
jantung wooyoung secara perlahan berderap semakin kencang menanti kedua mata indah yang sudah memikat nya dan membuatnya jatuh hati itu menatapnya. wooyoung menanti dengan sabar, namun nickhun tak kunjung menatapnya hingga akhirnya nickhun mengakhiri pidatonya dan kembali berjalan menuju kursinya
setelah 30 menit berlalu akhirnya rapat penyambutan para dokter baru telah selesai, acara itu di akhiri dengan penyematan nametag pada ke 15 dokter baru dan sebagai kepala rumah sakit, nickhun lah yang akan menyematkannya
wooyoung berdiri di ujung barisan, menanti dengan tenang nickhun yang berjalan perlahan menyematkan satu persatu nametag pada dokter dokter baru yang berdiri di sisi kirinya. satu persatu orang berlalu hingga akhirnya kini nickhun berdiri di hadapan wooyoung.
wooyoung tak mempu mengeluarkan sepatah katapun ketika mendapati nickhun menatapnya seakan mereka tak saling mengenal sebelumnya. nafas wooyoung terasa tercekat saat itu juga menyadari perubahan yang terjadi pada nickhun
" selamat datang dokter jang..." ucap nickhun mengulurkan tangannya menyalami wooyoung, wooyoung hanya tersenyum mengangguk menyambut uluran tangan nickhun dengan canggung.
nickhun menyematkan nametag di dada wooyoung dengan singkat di saksikan oleh puluhan pasang mata yang kini menatap terfokus pada dirinya dan wooyoung. nickhun dapat merasakan kini tubuh wooyoung begetar di tempatnya. namun nickhun kembali melawan kekhawatiran hatinya dan berjalan menjauh dari wooyoung kembali menuju kursinya
setelah acara di akhiri, nickhun dan para dokter senior lainnya keluar lebih dulu dari ruangan di susul oleh perserta rapat yang lain, wooyoung tetap terduduk di tempatnya tak beranjak, menatap kepergian nickhun dengan hati yang begitu terluka
wooyoung ingin sekali berteriak saat ini, menyuarakan rasa sakit yang untuk pertama kalinya membuatnya seakan tenggelam di lautan tak mampu bernafas. wooyoung mengatur kembali nafasnya, mencoba menahan airmatanya yang mencoba menembus pertahanannya.
wooyoung sedikit terkejut, mengangkat wajahnya yang sebelumnya terntunduk ketika mendengar bunyi kenop pintu yang ditekan dan seketika pintu terbuka kedua mata wooyoung membulat sempurna mendapati sosok nickhun muncul dari balik pintu
dan seiring kedua mata mereka yang saling bertemu, setetes airmata wooyoung meluncur jatuh dari sudut matanya. wooyoung bangkit berdiri dari kursinya berlari kecil ke arah nickhun, tanpa keraguan menarik nickhun ke dalam pelukannya
" aku rindu padamu khun..."
nickhun dapat mendengar isak tangis tertahan dari balik pelukannya, tubuh wooyung bergetar hebat menunjukan seberapa dalam tangisannya
seluruh pertahanan yang nickhun telah ia bangun untuk menahan segala rasa yang ia miliki untuk wooyoung serta kerinduannya pada wooyoung seketika runtuh, nickhun melingkarkan kedua lengannya pada tubuh wooyoung membawa wooyoung masuk semakin erat dalam pelukannya.
" aku juga merindukanmu wooyoung..."
****************
junho menghentikan langkahnya ketika dirinya merasakan ponsel di saku celana kirinya bergetar yang menandakan adanya sebuah panggilan masuk untukknya. junho tersenyum kecil ketika melihat nama wooyoung tertera di layar ponselnya, dan tanpa membuang waktu segera mengangkat panggilan teleponnya
" halo woo..."
" aku sudah hampir dekat kampusmu ho, kita bertemu dimana??"
" aku akan menunggumu di lahan parkir dekat taman woo "
" baiklah tunggu aku..."
wooyoung tersenyum kecil menutup sambungan teleponya dengan junho, wooyoung sangat tidak sabar untuk segera menceritakan pertemuannya kembali dengan nickhun pagi ini pada junho.
junho baru saja sampai di lahan parkir tempat dimana ia akan bertemu wooyoung namun sebuah tangan memutar tubuh junho dan melayangkan sebuah tamparan keras pada salah satu sisi pipinya hingga menyisakan bekas kemerahan yang nampak kontras dengan kulit putih junho.
junho menatap fei yang kini berdiri di hadapannya dengan terkejut dan bingung. terlihat jelas raut wajah fei yang menatap junho penuh kebencian
" fei noona? ada apa denganmu..."
" tak bisakah kau membiarkan aku dan minjun berbahagia?"
" aku tidak mengerti...?"
" kau tau jelas minjun mencintaimu bukan, dan menurutmu minjun bisa melupakanmu jika kau terus saja bergantung pada, berada di dekatnya..."
" aku rasa minjun hyung tak perlu menjauhiku hanya untuk melupakanku noona, kaulah yang harus membuatnya mencintainya..."
" bagaimana bisa dia mencintaiku jika kau masih ada di sekelilingnya!"
" fei noona, kau pasti bisa merebut hati minjun hyung jika kau memang tulus mencintainya, kau harus melakukannya secara perlahan dan menyentuh hati minjun hyung secara bertahap hingga akhirnya cinta itu akan muncul noona..."
" kau ingin sok mengajariku karena kau berhasil membuat 2 orang yang aku cintai mencintaimu?"
Please Subscribe to read the full chapter
Comments