Chapter 12

The Man Who Can't Be moved
Please Subscribe to read the full chapter

********
junho menjatuhkan dirinya terduduk di atas lantai tepat disamping sofa, junho tersenyum kecil menatap chansung yang kini terlelap diatas sofa sesaat setelah ia dan chansung sampai di hotel yang telah taecyeon pesankan untuk junho sebelumnya. tuan choi mengizinkan chansung untuk bermalam di hotel menemani junho malam ini.

nampak kerutan senyum kini terlukis di lekukan bibir chansung yang menandakan jika ia bahagia. namun kondisi chansung beberapa hari ini yang tak baik bahkan hanya tertidur 3 jam setiap harinya menjelaskan raut lelah di balik senyum di wajahnya

junho membelai pelan lekuk wajah chansung dengan jari jarinya, menatapnya dengan seksama dan membuat wajahnya kini menyimpulkan sebuah senyuman

menatap kedua mata chansung yang terpejam mengingatkan junho akan rasa irinya dulu sewaktu mereka kecil dengan kedua mata besar milik chansung yang menurut junho sangat indah yang sekarang menjadi hal yang paling sukai untuk junho tatap dalam waktu lama.

tak hanya mata, junho menginginkan apapun yang chansung miliki, tubuh yang tinggi, badan yang tegap, wajah yang tampan, lesung pipi kecil di kedua sisi wajahnya yang akan muncul ketika chansung tersenyum dan masih banyak lagi hal yang chansung miliki namun tak dapat ia miliki.

junho menatap chansung sesaat dalam diam, ia menghentikan gerakan jari jemarinya, menangkup salah satu sisi wajah chansung sebelum junho menghapus jarak diantara mereka dengan sebuah ciuman kecil di bibir chansung,

junho tersenyum melihat tak sedikitpun chansung bergerak karena ciuman kecil yang ia berikan sebelumnya, junho kembali medekatkan wajahnya dan mempersatukan kembali bibir mereka namun kini disertadi sengan lumatan perlahan dan lembut pada bibir chansung.

meskipun chansung kini tertidur lelap namun junho menikmati sentuhan bibir mereka dan tanpa junho sadari secara perlahan bibir chansung membalas lumatan lembutnya. 

ciuman itu berlangsung semakin dalam, lumatan bibir mereka yang sebelumnya dilakukan perlahan kini menjadi semakin dalam, tak lagi ada kelembutan di dalamnya, chansung dan junho saling membuka kedua mulut mereka dan membiarkan lidah mereka beradu didalamnya. 

semakin dalam dan semakin liarnya ciuman mereka membuat lenguhan kecil terdengar dari bibir chansung, junho yang merasa mulai kehabisan nafas melepaskan tautan bibir mereka dan mengalihkan sentuhan bibirnya pada  bagian belakang telinga chansung. 

junho menciumi bagian sensitif pada tubuh chansung di sekitar rahang bawah, bahu dan tengkuknya, chansung merasakan sengatan listrik menjalari tubuhnya seketika bagian sensitif itu tersentuh oleh bibir hangat junho dan menghasilkan tawa kecil menggema dari bibir chansung. 

junho menghentikan gerakannya seketika mendengar tawa chansung. junho menarik tubuhnya menjauh menatap chansung yang kini juga menatapnya dengan tawa yang tertahan dibalik bibirnya yang ia paksa mengatup.

" kau tidak tertidur... kau berpura pura...?"

 tentu aku tertidur sebelumnya..."

" lalu..?"

" lalu bagaimana aku bisa tetap tertidur jika kau melumat bibirku seperti itu nuneo..." 

" aku tidak m-melumatnya, hanya memberikan sedikit sentuhan sebagai ungkapan kerinduanku..."

" rindu pada bibirku..?"

" p-padamu chan,,,"

" sungguh, bukan hanya pada bibirku...?"

" tentu saja..."

" tapi sepertinya tidak jika melihat kondisi bibirku kini yang nyaris membengkak, dan..." chansung menjuk bercak keunguan pada bahu nya, kemudian mengambil ponsel dan menggunakannya sebagai cermin, kemudian menunjuk bercak lain yang berada di leher serta rahang bawahnya... " apa yang kau lakukan padaku lee junho..."

" itu perbuatan nyamuk..."

" gigitan nyamuk tak akan membuat bekas seperti ini nuneo, kecuali jika nyamuk itu begitu bernafsu padaku dan begitu menginginkan tubuhku..."

" hey aku bukan pria dengan fikiran sekotor itu hwang chansung..."

" jadi kau mengakuinya..." ucap chansung dengan tawa yang masih tertahan di bibirnya, junho mendecak kesal melihat tawa chansung yang nampak jelas dihasilkan karena dirinya.

" apa aku nampak begitu lucu..." 

" dimana kau memperlajarinya..." 

" apa??"

" yang baru saja kau lakukan..." junho terdiam sejenak, junho mengerti dengan jelas pertanyaan yang chansung berikan padanya namun ia terlalu malu untuk berbicara secara terbuka dengan chansung tentang pelajaran singkatnya dengan nickhun

" khun hyung..." ucap junho dengan suara sekecil kecilnya nyaris berbisik " yang mengajariku.." 

chansung bangkit dari atas sofa menatap junho yang kini tertunduk dengan kedua telinga yang merah padam. chansung merendahkan tubuhnya membawa junho duduk di pangkuannya.

" kau meminta khun hyung untuk mengajarimu melakukannya...??" 

" a-aku tak ingin seumur hidup bertahan disampingmu tanpa bisa m-melakukannya, sudah cukup aku menahannya selama ini..." junho mengucapkan kalimat terakhirnya kembali dengan nyaris berbisik, namun masih dapat chansung dengar dengan jelas

chansung tersenyum, meskipun chansung mengetahuinya sejak awal alasan mengapa junho tak pernah menciumnya namun mendengarnya langsung dari bibir junho membuat chansung merasa tersipu

" kau pasti melewati masa masa yang sangat sulit selama ini nuneo..." junho kembali menganggukan kepalanya, junho mengangkat wajahnya menatap chansung dengan bibir yang mengerucut

" sangat sulit chan, dan semakin sulit setelah aku tau jika woo dapat memberikannya padamu, segala hal yang tak pernah kau dapatkan dariku..." chansung terdiam sesaat, chansung tak bisa membantah karena hal yang junho katakan adalah benar,

chansung mengangkat tanganya membelai pipi junho, " maafkan aku..." meski mengetahui dengan jelas kata maaf tak akan cukup menyembuhkan segela sakit yang junho rasakan namun hanya itu yang dapat keluar dari bibir chansung.

" aku mengerti, aku juga pria chan..." junho mencubit kedua sisi pipi chansung. chansung mendaratkan kecupan kecil di bibir junho sebelum ia bangkit berdiri dengan junho dalam rengkuhannya melangkahkan kakinya menuju tempat tidur.

chansung merebahkan tubuh junho perlahan kemudian ia ikut merebahkan diri tepat disamping junho. chansung menarik selimut hingga menutupi sebatas dada mereka, chansung menarik junho mendekat.

" aku rindu nyanyian tidurmu untukku,,,"

" benar juga, sudah lama aku tak melakukannya, bahkan aku tak ingat terakhir kali aku melakukan hal itu..." chansung merenggut kecewa, junho tertawa kecil melihatnya

" aku tidak akan terkejut jika suatu hari nanti kau tak ingat hari ulang tahunku..." chansung memutar tubuhnya membelakangi junho, -merajuk. 

namun dengan segera junho bergerak mendekat melingkarkan kedua lengannya menyelinap dibalik tubuh chansung dan menarik chansung dalam pelukannya.

chansung tersenyum kecil melihat lengan junho yang kini melingkari bagian atas tubuhnya sekitar bahu, chansung dapat merasakan junho menonpangkan kepalanya di atas puncak kepala chansung. posisi yang sama yang selalu mereka lakukan dulu.

" aku mengingatnya jelas chan,,, aku memiliki tempat khusus untuk menyimpan segala kenanganku bersamamu dalam ingatanku..."

chansung mengangkat tangannya menggenggam tangan junho, inilah hal yang membuat chansung yakin jika tuhan memang menciptakan junho menjadi bagian penting dalam dirinya, meskipun kata cinta itu tak pernah terucap dari bibir chansung, namun chansung tau dengan jelas jika bahkan rasa yang ia miliki untuk junho ialah sesuatu yang lebih besar dari sebuah kata cinta

" aku sungguh merindukanmu nuneo,,, untuk pertama kalinya aku benar benar takut kau pergi dariku..." chansung memejamkan kedua matanya sesaat, menghela nafas berat seakan ia mengeluarkan beban yang beberapa hari ini mengganggunya

" selama kau tetap menggengamku, aku tak akan pernah melepaskan genggaman tanganmu chan..."

" bahkan jika ada orang lain yang menggengam sisi lain tanganmu dengan lebih erat? apa kau yakin kau akan tetap menggenggamku?"

" tunggu, kau tidak sedang cemburu dengan taecyeon hyung bukan??" junho mengangkat kepalanya mencoba menatap chansung, chansung hanya diam tak mengelak, junho membelalakan kedua matanya

" aku hanya pria biasa yang juga bisa cemburu nuneo..."

" tapi dia taec hyung,"

" justru karena pria itu taec hyung nuneo, taec hyung yang sangat penyayang, tampan, cerdas dan dia sangat mencin,,," chansung tak menyelesaikan kalimatnya karena kini junho mengunci bibir chansung dengan bibirnya.

meski hanya sebuah tautan singkat namun chansung merasa seluruh tubuhnya memanas, junho melepaskan tautan bibirnya, menatap chansung tepat pada manik matanya

" hatiku sudah memutuskan untuk hanya akan bergetar untukmu..."

" tetap saja, yang menjadi rivalku itu ok taecyeon...! aku mungkin tak akan menjadi gelisah seperti ini jika orang lain yang mendekatimu..."

" chan, kau sungguh tidak mempercayaiku??"

" aku mempercayaimu nuneo, tapi aku juga percaya jika dibiarkan suatu saat taec hyung akan merebut mu dari sisiku..." junho menghela nafas sesaat, junho kembali merebahkan kepalanya 

" kemarilah,,," junho memutar tubuh chansung yang membelakanginya, chansung melakukannya tanpa membantah, ditatapnya junho yang juga menatapnya dengan hangat, junho mengangkat kepalanya mendekat

" aku hanya mencintaimu..." bisik junho di sisi telnga chansung

satu buah kalimat yang keluar dari bibir junho yang seketika menguapkan segala kekhawatiran yang selama berhari hari ini menyelimuti fikiran chansung. chansung menarik tubuh junho mendekat, merebahkan kepalanya di atas lengan junho dan menenggelamkan wajahnya di dada junho.

junho tersenyum kecil melihat senyum chansung dibalik pelukannya, junho membelai punggung chansung seiring dengan nyanyian merdu yang mengalur dari bibir junho yang membawa chansung seketika jatuh terlelap dalam dunia mimipi dengan senyum indah terukir di bibirnya.

 *********

Chansung membungkukan tubuhnya memberi salam, ia segera mengambil langkah dan memasang kuda kuda seketika mendengar bunyi pluit yang menggema, chansung bergerak maju mundur sambil terus berkonsentrasi mencari celah untuk mendapatkan poin. 

Seketika ia menemukan kelengahan pada lawannya chansung segera maju menganyunkan kaki kanannya tepat di sisi kanan kepala lawan, tak berhenti sampai disana chansung mencari celah lain dengan sedikit berputar chansung kembali melayangan kakinya pada sisi kanan tubuh lawannya membuat lawannya limbung. 

Chansung tak memberikan sedikit celah pada lawannya untuk menyerang dengan melakukan serangan bertubi tubi menendang kepala sang lawan di kedua sisi dilanjutkan tendangan bertubi tubi dengan kedua kakinya pada sisi perut sang lawan hingga membuat lawannya jatuh tersungkur.

Ketika lawannya kembali bangkit berdiri chansung dengan gencar kembali melakukan serangan bertubi tubi benar benar tak memberikan sedikitpun kesempatan lawannya untuk balik menyerangnya. Point demi poin chansung dapatkan dari setiap pukulan dan tendangan yang ia lakukan. 

Chansung tak tau besarnya point yang sudah ia dapatkan, yang ia lakukan hanyalah tetap menyerang mencari poin sebanyak banyaknya hingga gerakan chansung pun terhenti oleh bunyi pluit yang menandakan waktu telah habis.

Seiring dengan bunyi pluit yang menggema rekan satu tim serta guru chansung segera bersorak, sorakan kemanangan telak yang telihat selama pertandingan. Wasit berdiri di antara chansung dan lawan bertandingnya. Wasit pertandingan mengangkat tangan chansung yang menandakan pertandingan final ini dimenangkan olehnya.

Seketika rekan rekan serta pelatih berlari menghampiri chansung memberikan pelukan kebanggaan serta ucapan selamat karena perjuangannya dan latihannya selama ini tak sia sia.

chansung melambaikan tangannya pada junho yang menontonnya dari kursi penonton, junho membalas lambaian tangan chansung dan mengacungkan kedua ibu jarinya. perhatian chansung kembali teralihkan kepada rekan rekannya dan para peserta lain yang juga ikut mengucapkan selamat atas kemenangannya.

junho merasakan ponselnya berdering dari saku celananya, junho tersenyum kecil melihat sebuah nama yang tertera pada display ponselnya. junho menggeser tombol berwarna hijau dan mendekatkan ponsel di telinganya.

" lee junho, kau dimana?"

" kau sudah sampai woo?" junho mengedarkan pandangannya menuju ke sekeliling arena olah raga mencari sosok wooyoung yang sepertinya juga sudah berada disana, dan dugaan junho tepat ia mendapati wooyoung berdiri di anak tangga yang tak jauh dari tempatnya duduk sekarang. " menoleh lah ke sisi kananmu woo..."

wooyoung mendengarkan instruksi junho dan menolehkan kepalanya ke arah kanan, ia mendapati seseorang kini melambaikan tangannya disertai senyum bulan sabit di bibirnya yang wooyoung sudah sangat tau siapa pemilik senyum itu. wooyoung menutup panggilan ponselnya dan segera berjalan menghampiri junho

" hoo.... aku merindukanmu..." wooyoung menghempaskan tubuhnya memeluk junho sesampainya ia di hadapan junho, junho tersenyum dari balik pelukan wooyoung

" aku juga merindukanmu woo, bagaimana kabarmu..."

" aku sangat baik, bagaimana pertandingan chansung?"

" tentu dia menang,,," junho dan wooyoung mengalihkan perhatian mereka ketika nama chansung di sebutkan sebagai pemenang, chansung kini mengalungkan medali emas di lehernya dan para peserta serta seluruh penonton yang berada di dalam arena bersama sama menyanyikan lagu kebangsaan mereka. 

setelah keseluruhan acara selesai chansung tak bisa segera kembali karena dengan segera para pencari berita dari media cetak media televisi serta media online kini berkerumun mengelilinginya dan secara bergantian ingin melakukan wawancara. 

junho dan wooyoung menatap chansung dari bangku penonton dengan tatapan bangga. arena pertandingan perlahan mulai menyepi seiring dengan berakhirnya pertandingan hari ini. wooyoung dan junho pun memutuskan untuk keluar arena dan pergi menuju ruang tunggu tim judo chansung dan menemui chansung disana.

********************

junho merasa tubuhnya mulai tidak baik, ia tak tidur semalaman, kebiasaanya yang tak pernah bisa jatuh terlelap jika ia bermalam bersama chansung tak berubah, dan kondisi kesehatan junho yang tidak baik membuat kini kesehatannya semakin memburuk. 

suhu tubuh junho meningkat dan keringat mengalir di sudut pelipisnya. langkah kaki junho pelahan melambat, wooyoung yang menyadari junho kini tak lagi berjalan di sisinya menghentikan langkahnya. wooyoung memutar tubuhnya menatap junho yang kini berdiri dengan kedua tangan yang bertumpu pada lututnya.

" ho, kau baik baik saja..." wooyoung segera berjalan kembali menghampiri junho, junho menggelengkan kepalanya menatap wooyoung dengan kekehan menggema di bibirnya

" sepertinya tidak..." wooyoung segera memenyentuh tubuh junho dan ia sangat terkejut mendapati suhu tubuh junho yang tiba tiba sudah meninggi.

" ho, suhu tubuhmu sangat tinggi, ayo aku bantu berjalan..." wooyung melingkarkan lengan junho di atas bahunya dan melingkarkan lengan miliknya di sekitar pinggul junho kemudian berjalan bersama menuju ruang tunggu tim judo yang tak jauh di depan mereka.

sesampainya di depan pintu ruangan tim judo, keramaian yang sedang terjadi di dalam sana seketika menjadi hening dengan tatapan kini teralih pada sosok wooyoung dan junho yang berdiri di depan pintu.

tuan choi dan changmin yang segera menyadari kondisi junho yang memburuk segera membantu wooyoung membawa junho masuk dan mendudukannya di atas sofa.

" wooyoung ada apa dengan junho..."

" sepertinya ia deman tinggi, kita harus segera membawanya kerumah sakit..." junho menggam lengan wooyoung kemudian menggelengkan kepalanya menolak penyataan wooyoung untuk membawanya kerumah sakit.

" aku tidak apa apa woo,,,"

" kau tidak bisa membantah perintah seorang dokter..." ucap wooyoung tegas, wooyoung dengan segera meminta salah satu anggota klub untuk menyiapkan mobil untuk membawa junho kerumah sakit.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
okbananacarrot
#1
Chapter 20: this story is good! keep writing, thankyou for the happy ending
channelca #2
Chapter 20: Waaahhh Akhirnya ending juga. Lama nungguin ini fanfic update heheh...
saya kirain ini akan berakhir dengan taecho tapi dugaan saya salah.. akhir ceritanya ditutp dengan CNN hihihi...
Suka banget ini sama jalan ceritanya,, Suksess buat saya baperr!!!...
Thanks buat kak dehana udh up ff ini
Semangat buat cerita selanjutnya
Ditunggu loch cerita yg lain... Fighting!!!
Tapi kak bleh kan minta buatin epilogenya :)
ayudaantariksa #3
Kak ceritanya bagus ^_^ . Awalnya aku ngira kalo ceritanya sad ending , eh ternyata happy ending . Kasih mau di kasih epiloge apa enggak ^_^
Nunneo74
#4
Chapter 20: Omg !! Aaaghhrr...!! Sarat macam apa itu yg no 2 , siapa yg ngeracuni otak polos nuneo hhh tp sukaaa akhir nya cnn nyatu juga , kini aku percaya bahwa tulang rusuk itu ga akan ketuker pemilik nya hhhh
dhe_dorayaki
#5
Chapter 20: Akhir nyaa up juga ff ini huhuhuhuhu,, junho udah ahli cium".n nih , aku sempet was" pas adegan ciuman nya takut junho tiba" bengek lagi kaya dulu hhhhh,,

Ini serius end??, udah tamat?? , berakhir ??
ovygaara
#6
Chapter 20: Banzai~ akhirnya kelar ini story dgn happy ending buat channuneo. #yeay
Tapi taec kasian juga. Akhirya hrs ngerelain junho. Gmn kalo sama aku ajah? *kedip2 genit* #plak xD
Beautifull ending author-shi. Great job! Ditunggu karya2 berikitnya. Fighthing! (ง'̀-'́)ง
channelca #7
Kak lanjut donk ceritanya...
Penasaran sama endingnya
Cayyoo kak
Semangat
☺☺
ayudaantariksa #8
Chapter 18: Kak di lanjut ya . Penasaran ,ceritanya bagus
ovygaara
#9
Chapter 18: Fix buat chapter ini aku jd sebel sama chansung. Kesannya dia egois bgt disini. Dia udh pergi lama, ninggalin junho, trus disaat taec sama junho udh bs dapet sedikit kebahagiaan, chan balik lagi dan dengan seenak udelnya ngomong sama taec klo dia mau ngambil junho kembali dr taec. Heelllaaawww!! Emang junho piala bergilir! *sory thornim, malah marah2 dsini* xD
And poor my baby taec~ huhu~ sini sama aku ajah sini~ xD *i can't see him suffer alone*
Semangat buat chap terakhirnya~ ^^
hwootestjang #10
Chapter 18: Keliru nih... Aku ingin chanuneo namun taecho juga berhak.. Penasaran deh ending nye