Chapter 6

Rainbow In Your Eyes
Please Subscribe to read the full chapter

 

Selamat membaca. Maaf jika banyak yang salah-salah kata.

 

                                                                                ****************************************

 

"Hei Kris, bukankah kau berjanji untuk tidak akan memberitahu daddy tentang ini?" Wooyoung menatap Krissie tajam.

"Tapi Krissie tidak mau kau disalahkan. Lihat, daddy akhirnya marah padamu." jawab Krissie.

"Tunggu! Tunggu sebentar. Dimana kalian bertemu dengan Tiffanny?" tanya Nichkhun sambil mengerutkan keningnya.

Nichkhun mendengar Krissie dan Wooyoung diam, mereka masih takut untuk menjawab pertanyaannya."Udong?" seru Nichkhun.

"Kemarin sore kami sudah pulang ke penthouse, tapi Tiffanny sshi mencegat kami di depan pintu dan menyuruh kami pergi lagi, karena dia tidak ingin ada Krissie ketika dia ada di rumah." Akhirnya Wooyoung menjawab dengan jujur.

"Dan kau hanya menurutinya, dan tidak mau memberitahuku? Aku ayahnya Krisse, seharusnya kau minta ijin padaku sebelum kau menuruti kemauannya." 

"Awalnya saya menolak. Tapi dia memaksa dan memberikan kami uang. Katanya dia yang akan memberitahu hal ini pada tuan." jawab Wooyoung gugup.

"Aku akan bicara padanya." kata Nichkhun penuh emosi, dia berdiri, mengangkat Krissie dan di berikannya pada Wooyoung.

Wooyoung tersentak dan cepat-cepat mendudukkan Krissie di atas meja, lalu menarik  tangan Nichkhun untuk menghentikan langkahnya.

"Tidak!" teriak Wooyoung dan membuat Nichkhun terkejut dan berhenti melangkah.

Wooyoung buru-buru melepaskan pegangannya, dia lupa kalau tidak boleh menyentuh tuannya.

"Saya mohon, anda tidak marah pada Tiffanny sshi. Jika anda marah padanya, saya takut dia akan melakukan sesuatu pada Krissie. Sudah cukup Krissie sekarang terluka, saya tidak mau kejadian buruk menimpanya lagi." kata Wooyoung pelan.

"Daddy tidak boleh marahi auntie itu. Nanti Udong juga akan di marahi olehnya." kata Krissie menyadarkan ayahnya.

Nichkhun menarik nafas dalam, kemudian kembali duduk. "Oke, daddy tidak akan marah. Tapi daddy harus bertanya pada auntie Tiff, tentang masalah ini."

"Oke! teriak Krissie kegirangan, sedangkan Wooyoung menarik nafas lega.

"Sekarang saya akan membuat sarapan. Krissie kau mau sarapan apa?" tanya Wooyoung, bangkit dari kursi dan membuka lemari es.

"Udong aku ingin pancake."

"Tuan ingin sarapan apa?" tanya Wooyoung pada Nichkhun.

"Buatkan juga aku pancake. Dan juga segelas kopi." pinta Nichkhun.

"Baiklah."

Wooyoung mulai dengan membuat adonan. Kemudian setelah adonan telah tercampur rata, dia memanaskan teflon dan menuangkan adonan itu sesuai takaran. Sambil memasak, Wooyoung membiarkan ayah dan anak itu bercengkrama, sesekali di dengarkannya Krissie yang terkikik geli karena Nichkhun menggelitik ketiaknya. Wooyoung tersenyum mendengar suara tawa Krissie, tapi senyumannya menghilang ketika dia teringat akan keadaan Victoria. Bagaimana aku harus memberitahukan masalah ini padanya? tanya Wooyoung dalam hati. 

Wooyoung meletakkan pancake yang sudah matang ke piring dan menuangkan madu di atasnya lalu diberikannya pada Nichkhun dan Krissie. Kemudian dia membuat kopi dan susu untuk Krissie.

"Pancakenya sudah siap." kata Wooyoung. 

"Wahh! Terima kasih Udong." teriaknya riang dan langsung melahap sarapannya. Nichkhun tersenyum mendengar anaknya makan dengan lahap, lalu diapun makan sarapannya perlahan. 

Wooyoung duduk di sebelah Krissie dan juga makan. 

Sehabis sarapan, Wooyoung membawa Krissie ke kamarnya kemudian memandikannya. Dibiarkannya Krissie bermain sendirian di kamar, dan menutup kamar itu karena Wooyoung takut Tiffanny melihatnya. 

Karena hari ini hari Sabtu, dan dia tidak ada kuliah, Wooyoung dengan tenang mengerjakan tugas-tugasnya. Mencuci baju, menyetrika dan membersihkan semua ruangan. Sesekali dia akan membuka pintu kamar Krissie, dan terenyum lega ketika dia melihat Krissie sedang asyik bermain dengan bonekanya. Pukul 10 pagi Wooyoung melihat Tiffanny meninggalkan penthouse. Wooyoung membawa Krissie ke ruang keluarga dan menyalakan tv untuk menonton film kartun. Sambil menonton tv, Krissie belajar mewarnai di buku gambarnya. Tidak lama kemudian, Nichkhun keluar dari kamar dan bergabung dengan anaknya. 

Mereka menghabiskan hari libur itu di rumah dengan tenang, setelah makan siang, Nichkhun berenang, sedangakan dia dan Krissie, hanya bermain di sekitar kolam. Krissie sebenarnya ingin berenang juga, tapi Wooyoung melarangnya, karena tangannya yang sakit, akan lebih sakit lagi jika dia mencoba berenang. 

Senin pagi kembali Wooyoung sibuk, tapi entah mengapa Krissie susah sekali dibangunkan, hampir setengah jam Wooyoung mencoba membangunkannya tapi dia hanya mengerang dan kembali tidur. Wooyoung meninggalkannya dan membangunkan Nichkhun. Akhirnya Nichkhun yang membangunkan anaknya dan membawanya ke ruang makan. 

Wooyoung meraba kening Krissie dengan lembut, takut dia kerkena demam, tapi semuanya baik-baik saja. Mungkin efek dari hari libur, dan Krissie menjadi malas keluar rumah. Wooyoung membujuknya dengan keras untuk mandi. Krissie tidak mau lepas dari pelukan ayahnya. Tangannya erat mengunci leher Nichkhun dan akhirnya dia merengek dan menangis.

"Ada apa denganmu Krissie, mengapa kau nakal sekali hari ini. Hari sudah siang, aku harus mengantarmu ke penitipan. karena aku harus pergi kuliah." bujuk Wooyoung lagi.

"Krisssie tidak nakal! Daddy, Krissie tidak nakal bukan? Krissie hanya ingin bersama daddy di rumah saja.  Krissie tidak mau pergi kesana." Krissie merengek.

"Daddy yakin Krissie bukan anak nakal. Tapi kau harus pergi kesana, karena daddy belum bisa menjagamu sendiri. Ingat, daddy tidak bisa melihatkan, bagaimana jika kau menginginkan sesuatu dan daddy tidak bisa mengerjakannya." Nichkhun ikut membujuk.

"Krissie tidak ingin apa-apa. Krissie hanya ingin bersama daddy." teriaknya kesal.

"Nanti juga kau bisa bersama daddy, tidak lama kok, kau hanya bermain bersama temanmu, kemudian aku menjemputmu lalu kita pulang dan kau bisa bersama daddy lagi." paksa Wooyoung lembut.

"Ayo Krissie, apa kau tidak ingin bermain bersama temanmu? Bukankah kau tidak bertemu dengan mereka selama dua hari, mungkin mereka rindu padamu dan ingin bermain bersamamu juga?" bujuk Nichkhun lagi.

Krissie berpikir sejenak, kemudian melepaskan tangannya dari leher ayahnya. Wooyoung buru-buru memandikannya dan memakaikan baju kemudian mendandaninya. Lalu  membawanya keluar dari rumah. 

Nah, di tempat penitipan anak, Krissie kembali berulah. Kali ini dia tidak mau melepaskan tangannya dari leher Wooyoung. Wooyoung terpaksa meminta bantuan pada Suzy, pengajar yang bekerja disana untuk melepaskan diri. Krissie menangis kencang, ketika dia melihat Wooyoung pergi meninggalkannya tanpa menoleh lagi.

Wooyoung berlari secepat kilat menuju kelasnya, dan mengetuk pintu. Dia sudah hampir satu jam terlambat, dan mungkin Dosen sudah memberikan kuliah di kelasnya. Wooyoung membuka pintu dengan pelan dan masuk, sumua mata yang ada dalam ruangan itu menatapnya tajam.

"Wooyoung sshi, apa kau tidak bisa melihat jam berapa sekarang? Kau hampir satu jam terlambat." kata Mr. Lee dengan kasar.

"Maafkan saya Mr. Lee, saya tidak akan mengulanginya lagi" jawabnya.

"Kau boleh duduk, tapi kau harus bertemu denganku setelah kuliah nanti." Mr. Lee berkata dengan tegas.

"Baik." kata Wooyoung sambil berjalan ke kursinya. Wooyoung melihat Junho dan Chansung yang tersenyum kecil padanya, Wooyoung membalas senyuman mereka dan mulai mengikuti mata kuliah yang di ajarkan oleh Mr. Lee.

 

"Hei Woo, bagaimana kalau sore nanti kita jalan-jalan? Chansung bilang dia ingin mentraktir kita makan." ajak Junho. Dia berjalan di sebelah Wooyoung, keluar dari ruang kelas mereka.

"Maaf aku tidak bisa Nuneo, aku harus menghadap Mr. Lee dan aku mungkin akan di hukum."

"Kami akan menunggumu dikantin. Mungkin kau hanya di suruh membersihkan toilet." 

Wooyoung tertawa mendengar perkataan Junho. Mungkin lebih baik jika dia di hukum membersihkan WC, karena hanya memerlukan beberapa menit untuk mengerjakannya. tapi Wooyoung takut jika dia di hukum mengerjakan yang lainnya dan membutuhkan banyak waktu. Dia harus segera pulang dan menjemput Krissie. Wooyoung sangat mengkhawatirkan dirinya. Tidak biasanya dia cengeng seperti tadi pagi. Bahkan ketika ibunya pergi dan meninggalkannya bersama ayahnya, dia tidak secengeng itu. Dia menangis, tapi hanya sebentar.

Wooyoung tersentak. Mungkinkah dia bisa merasakan jika ibunya telah pergi untuk selamanya? tanya Wooyoung dalam hati.

"Nuneo, boleh aku pinjam handphonemu?" Wooyoung menatap dengan pandangan memohon pada Junho.

"Ini." Junho menyerahkan handphonenya pada Wooyoung."Memangnya kau ingin menelpon siapa?" tanya Junho penasaran.

"Seseorang yang sedang di rawat di rumah sakit." jawab Wooyoung. Dia sibuk mengaduk isi tasnya mencari catatan. Dia mendapatkan nomor telepon rumah sakit tempat Victoria dirawat dan langsung menghubunginya.

"Yeobosseyo, bisakah saya mengetahui keadaan Victoria sshi?" tanya Wooyoung pada resepsionis rumah sakit itu.

"Victoria Song. Dan saya Wooyoung, yang sering datang bersama anaknya untuk menjenguknya." jawab Wooyoung setelah resepsionis itu menanyakan nama lengkap Victoria.

Kemudian Wooyoung terdiam. Dia hampir saja menjatuhkan handphone milik Junho,  ketika resepsionis itu mengabarkan jika Victoria meninggal semalam, dan sore ini mayatnya akan di kremasi.

Wooyoung menyerahkan handphone pada Junho dan berlari kencang keluar dari kampusnya menuju tempat penitipan anak yang tidak jauh dari kampusnya.

"Yach, mau kemana kau Jang Wooyoung!?" Teriak Junho kencang.

Tapi Wooyoung tidak menjawab teriakan Junho, dia melesat pergi. Sesampai di tempat penitipan anak, Wooyoung berhenti berlari, biasanya Krissie akan menunggunya di depan gerbang bersama Suzi, yeoja cantik yang bekerja sebagai pengajar di tempat penitipan itu. Tapi sekarang Wooyoung hanya melihat Suzi sendirian. Tampaknya dia sedang menunggu dirinya.

"Udong  sshi, untunglah kau sudah datang." katanya dengan cemas.

"Ada apa Suzi sshi? Mana Krissie? tanya Wooyoung dengang nafas tersengal.

"Lebih baik kau masuk kekantor dan bertemu dengan Mrs. Kim. Dia yang akan menjelaskannya padamu."

Jantung wooyoung berdegup dengan kencang, bukan hanya karena habis berlari, tapi dia merasakan terjadi sesuatu pada Krissie.

Wooyoung masuk mengikuti Suzy dan membawanya kesebuah ruangan, didalam ruangan itu duduk di balik meja seorang wanita paruh baya yang cantik. Mungkin dia ketua atau pimpinan di tempat ini.

"Anneyo haseyo." Wooyoung memberi salam.

"Oh, halo Udong. Silahkan duduk dulu." kata

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxjenaaaaya #1
Chapter 15: Lanjut dong?
Khun0430
#2
Chapter 15: Semoga ceritanya dilanjut ya thor, penasaran bnget sama cerita ini, banget bangeet
aisykahernand #3
Chapter 15: Please update. We're waiting for a long time
tcha0304 #4
Chapter 15: pls update author....
oryzae12 #5
Chapter 15: kapan updatenya?
cahyaAngAngel #6
Chapter 15: Finnaly . Khunwoo ?
hwootestjang #7
Chapter 15: Rindu pada ceritanya author... yeeeessa,, ketemukan mereka.. oh yeah
Amaliaambar
#8
Chapter 15: Aahh authornim diriku penasaran lanjutkaaan donggg pleaseee
Deahartika #9
Chapter 15: aahh.. penasaran bangett.. please update lagi ya authornim..
Kalel27
#10
Chapter 15: Waahh penasaran bgt..semoga cpt updatenya..