Chapter 14

Rainbow In Your Eyes
Please Subscribe to read the full chapter

Hey there! 

Happy reading and sorry for typos.

Enjoy!^^

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

 

"Apa aku begitu menakutkan bagimu?" 

 

"Ye!" Wooyooung bergumam, kemudian menoleh.

"Jika kau terus bersandar pada pintu mobil seperti itu, nanti kau akan terjatuh." Nichkhun terkekeh.

"Oh, ma.....af."

Wooyoung bergeser, hanya sedikit. Bahunya masih menempel di pintu mobil, tapi Nichkhun tidak lagi meminta Wooyoung untuk menjauhi pintu itu.

Selama perjalanan tadi, Wooyoung tidak pernah menatap ke arahnya atau ke depan. Kepalanya selalu menoleh ke kanan, melihat kota Seoul di malam hari hanya melalui jendela mobil.

Kemudian Wooyoung menoleh, menatap Nichkhun yang sedang tertawa dengan bingung.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa melupakan kejadian beberapa jam yang lalu di Coffe shop. Tidak menyangka artis papan atas dari Jepang bergulat dengan temannya seperti anak kecil memperebutkan mainan di lantai. Jika penggemar dan paparazi menemukanmu seperti itu, kau akan menjadi berita utama di setiap majalah dan tabloid." Nichkhun tertawa kecil sambil menghapus air mata yang sempat mengalir di sudut matanya.

 

Flash back.

 

Wooyoung langsung berdiri dari tubuh Chansung yang berbaring di lantai.  Pakaian dan rambutnya berantakan. Dengan cepat dia merapikan kemejanya, lalu rambutnya. Junho membantu Chansung berdiri dari lantai dan mereka juga memperbaiki penampilan mereka.

Taecyeon menghampiri Minjun, lalu mengecup bibirnya. "Babe, aku lapar." ujarnya setelah bibir mereka terpisah.

"Oh, baiklah aku akan memasak makanan untukmu. Kau ingin makan apa?" tanya Minjun yang langsung berdiri dan berjalan menuju dapur.

"Apapun. Tolong buatkan Nichkhun juga. Kami berdua dari tadi siang hanya sempat makan sedikit."

"Minjun sshi. jangan repot-repot, aku bisa makan di hotel nanti." tolak Nichkhun halus.

"Hei, lebih baik kau makan di sini. Nanti, di hotel kau bisa langsung tidur. Sekalian temani aku." pinta Taecyeon pada sahabatnya itu sambil merangkul pundaknya.

Nichkhun tersenyum dan dengan terpaksa dia mengikuti Taecyeon duduk di counter. 

 

"Hyung, a..ku harus pergi sekarang. Aku tadi sudah memanggil taxi, dan sudah menunggu di luar." kata Wooyoung yang sudah bersiap untuk pergi, dan berpamitan pada Minjun di dapur.

"Tidak! Kau tidak boleh pulang ke hotel menggunakan taxi, itu sangat berbahaya." Teriak Minjun tanpa menoleh, dia sibuk mengeluarkan bahan makanan yang akan dia masak dari lemari es. "Taecyeon akan mengantarkanmu ke hotel, tapi kau harus menunggunya selesai makan."

"Kami juga harus pulang sekarang." ujar Junho. Dia dan Chansung melambaikan tangannya pada Minjun. "Uyongie, kami akan mengantarkanmu ke hotel, Minjun hyung benar, akan sangat berbahaya jika kau pulang menggunakan taxi." Junho menawarkan.

"Bukankah rumah kalian berlawanan arah dengan hotel?" Tanya Minjun yang masih sibuk menyiapkan bahan makanan. 'Wooyoung kau harus menunggu Taecyeon makan, aku akan memasak dengan cepat. Tapi jika kau merasa lelah kau bisa tiduran di sofa, setelah selesai aku akan membangunkanmu. Junho ah, kau pulang saja dulu."

"Baiklah hyung." Junho menjawab. "Bye-bye Uyongie, sampai jumpa lagi." teriaknya pada Wooyoung.

Wooyoung membalas, melambaikan tangannya sambil tersenyum. Kemudian kembali menoleh ke arah Minjun. "A..aku, akan pulang  dengan taxi saja hyung, aku tidak ingin merepotkan Taecyeon hyung." ujar Wooyoung.

"Hei bagaimana jika kau pulang dengan Nichkhun? Nichkhun sshi kau juga harus pulang ke hotel kan? Karena kau tidak mungkin pulang ke rumahmu malam-malam begini." Taecyeon mengusulkan. 

"Tidak!" teriak Wooyoung panik.

 

Suasana tiba-tiba menjadi hening. Tiga pasang mata menatapnya dengan bingung. 

"M..maksudku. Nichkhun sshi juga harus makan di sini. Dan aku tadi sudah menjelaskan jika aku tidak bisa menunggu." Wooyoung memberikan alasan. Tapi jantungnya berdegup kencang, tak bisa membayangkan jika dirinya berdua saja di dalam mobil.

"Aku akan makan di hotel saja kalau begitu." Nichkhun berdiri dari kursi dan menghampiri Wooyoung. "Bolehkan aku mengantarmu ke hotel?" Nichkhun meminta ijin,menatap dengan memohon.

Wooyoung akhirnya luluh, dia mengerjapkan mata, menghindari tatapan Nichkhun, tanpa sadar dia mengangguk.

 

End of Flash black.

 

Wooyoung menghela nafas panjang.

"Terkadang karakter yang sebenarnya tanpa saya sadari akan muncul. Dan terkadang juga saya berpikir jika latihan yang selama ini saya lakukan ternyata sia-sia." Wooyoung tersenyum masam.

"Hmm. Jadi kau ingin mengatakan jika selama ini dirimu yang kau pelihatkan itu bukan karaktermu yang sebenrnya?" 

Wooyoung mengangguk.

"Kalau boleh tahu, bagaimana Jang Wooyoung yang sebenarnya? Selama ini aku mengamatimu, kau sangat berbakat."

"Bakat? Apa itu bakat, saya juga tidak tahu, yang saya tahu untuk memperoleh semuanya dan bisa seperti saya sekarang, saya harus berlatih berjam-jam." Jawab Wooyoung.

Nichkhun tidak bertanya lagi. Pada setiap jawaban yang Wooyoung berikan, terselip nada sarkatisme dalam suaranya. Entah siapa yang telah melukai hatinya begitu banyak sehingga Wooyoung menjadi pribadi yang sulit untuk bergaul dengan orang asing seperti dirinya. 

 

Suasana sunyi di antara keduanya bertahan hingga sampai di hotel. Ketika seorang juru parkir membuka pintu mobil, dengan cepat Woyoung keluar, sambil mengucapkan terima kasih pada Nichkhun lalu di masuk ke dalam hotel tanpa menunggu Nichkhun turun dari mobil. Nichkhun menatap kepergian Wooyoung sambil menggelengkan kepalanya, padahal dia ingin mengajak Wooyoung makan di restoran hotel dan berbicara tentang pemotretannya tadi siang, tapi sepertinya Wooyoung tidak ingin bersama dengannya, mungkin memang dia merasa lelah.

Nichkhun memberikan kunci mobil pada juru parkir  yang berdiri didepannya sambil membungkukkan badan, lalu masuk ke hotel. Tapi dia berhenti di depan meja resepsionis untuk memesan makanan dan minta di antar ke kamarnya. Dia kelaparan, jika dia tidak makan, dia pasti takkan bisa tidur.

 

Sedangkan Wooyoung, melemparkan tasnya di atas sofa, ketika dia telah berada dalam kamarnya. Menghempaskan tubuh lelahnya di atas tempat tidur sambil mengatur nafasnya yang memburu. Berduaan dengan Nichkhun di dalam mobil, membuat jantungnya berdetak dengan kencang. Jika seperti ini terus, dia bisa terkena serangan jantung.

Setelah agak tenang, dia memutuskan untuk mandi dan tidur. Besok memang dia libur dari pemotretan, Tapi ada satu acara yang harus dia hadiri.

 

_______________________________________________________________________________________________________________________________________

 

 

Kedatangannya di Korea, tercium oleh keluarganya. Karena Wooyoung bisa melihat ibu dan adik-adiknya duduk di antara para penggemarnya yang datang untuk melihatnya menjadi duta pariwisata yang di adakan di kantor Kementrian Pariwisata. 

Bukannya Wooyoung tidak mau memberitahukan kedatangannya ke Korea pada Ibunya. Dia hanya takut keluarganya itu di ganggu oleh para penggemar dan paparazi yang ingin mengorek kehidupan pribadinya,

Wooyoung sempat melambai dan memberi isyarat agar ibunya mau menunggunya sampai selesai acara. Ada kerinduan dari tatapan mata ibunya yang melihatnya dari jauh. Wooyoung tidak tega mengabaikannya, lagi pula sebenarnya dia juga merindukan ibu dan adik-adiknya itu. Hampir tiga tahun dia tidak bertemu dengan mereka.

Acara itu banyak di hadiri oleh pihak pemerintah, dan para artis Korea. Wooyoung hampir saja menjatuhkan karangan bunga yang di berikan oleh Mr. Park seorang staff Kementrian. Ketika dia melihat Tiffany duduk dengan anggun di antara tamu undangan.

Tampaknya Tiffanny tidak mengenalinya, karena dia sibuk berbicara dengan seorang pria yang duduk di sebelahnya. Yang mengherankan adalah bahwa Nichkhun tidak terlihat di acara itu, padahal dia seharusnya menemani istrinya di acara ini.

Wooyoung berusaha untuk menghindari Tiffanny agar mereka tidak berhadapan langsung. Dia masih tidak percaya diri, walaupun sekarang posisi mereka bisa di bilang sama. 

Setelah mengucapkan terima kasih, dan berfoto bersama dengan para tamu undangan, yang ternyata banyak yang menjadi penggemarnya, Wooyoung menyelinap ke belakang panggung untuk bertemu dengan keluarganya.

Ibunya memeluk tubuhnya dengan erat dan menangis, dia sampai kewalahan dan membawa keluarganya itu kembali ke hotel. Sekarang mereka berada di dalam kamarnya, dan ibunya tidak pernah melepaskan genggaman tangannya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya ibunya lembut sambil membelai kepalanya dengan sayang.

"Aku baik ibu. Jo Kwon dan Sung Joon hyung merawatku dengan sangat baik." Jawab Wooyoung sambil tersenyum kecil.

"Baguslah. Tapi menurut ibu kau agak kurusan, jika kau sempat, pulanglah ke rumah sebelum kau kembali ke Jepang. Ibu akan memasak makanan kesukaanmu."

Wooyoung hanya bisa mengangguk.

"Ayahmu tidak bisa ikut. Dia sedang sibuk menyiapkan ujian untuk murid-muridnya." ujar ibunya.

"Tidak apa ibu. Aku mengerti jika ayah masih belum menerima anaknya menjadi seorang artis, bukan menjadi seorang pengacara seperti yang dia harapkan." balas Wooyoung sambil tersenyum.

"Biarpun begitu dia sangat merindukanmu. Ibu sering melihatnya membaca koran atau majalah yang memuat beritamu. Dan dia suka berlama-lama menatap fotomu di majalah itu."

Wooyoung terdiam. Walaupun begitu, dalam hati dia mengucap syukur, karena kedua orang tua dan adik-adiknya dalam keadaan baik-baik saja.

Sisa hari itu dia habiskan bersama keluarganya hanya di dalam kamar hotel. Wooyoung memesan makanan yang banyak yang dia habiskan bersama adik-adik dan ibunya. Pukul 7 malam keluarganya pulang ke Busan dengan menggunakan kereta.  Wooyoung hanya bisa mengantarkan mereka di depan hotel, setelah memanggil taxi untuk mengantarkan keluarganya ke stasiun.

Ibunya sempat menolak uang pemberiannya, tetapi setelah di paksa akhirnya ibunya menerima uang pemberiannya dengan alasan jika uang tersebut akan di gunakan untuk keperluan adik-adiknya.

Setelah kepergian keluarganya, Wooyoung menelpon Jo Kwon. Hanya untuk memberitahu temanny

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxjenaaaaya #1
Chapter 15: Lanjut dong?
Khun0430
#2
Chapter 15: Semoga ceritanya dilanjut ya thor, penasaran bnget sama cerita ini, banget bangeet
aisykahernand #3
Chapter 15: Please update. We're waiting for a long time
tcha0304 #4
Chapter 15: pls update author....
oryzae12 #5
Chapter 15: kapan updatenya?
cahyaAngAngel #6
Chapter 15: Finnaly . Khunwoo ?
hwootestjang #7
Chapter 15: Rindu pada ceritanya author... yeeeessa,, ketemukan mereka.. oh yeah
Amaliaambar
#8
Chapter 15: Aahh authornim diriku penasaran lanjutkaaan donggg pleaseee
Deahartika #9
Chapter 15: aahh.. penasaran bangett.. please update lagi ya authornim..
Kalel27
#10
Chapter 15: Waahh penasaran bgt..semoga cpt updatenya..