Chapter 1

Rainbow In Your Eyes
Please Subscribe to read the full chapter

 

Selamat membaca, dan maaf typos di mana-mana.

 

                                                                                                *****************************

 

 

Wooyoung berjalan di halaman kampus dengan gontai. Tubuhnya lemas, karena sudah semalaman dia tidak makan. Kemarin, setelah pulang dari kerja part timenya di kedai kopi milik Minjun hyung, dia tidak makan karena makanan di kedai habis. Entah mengapa kedai kopi kemarin sangat ramai, hingga sedikitpun tak menyisakan makanan untuknya dan untuk Junho yang juga bekerja part time di kedai tersebut.

Sedangkan gajinya untuk hari itu sudah di ambilnya minggu lalu untuk membayar biaya kuliahnya. Yah, ayahnya hanyalah seorang guru SMP di kampungnya di Busan. Dan kadang kiriman uang dari ayahnya telat dari jadwal, atau bahkan kurang. Wooyoung tidak ingin terlalu membebankan semua biaya kuliahnya pada ayahnya, karena ayahnya juga harus memikirkan biaya sekolah untuk adik-adiknya juga.

Sebenarnya Wooyoung tidak ingin kuliah. Dia ingin bekerja untuk meringankan beban keluarganya. Tapi karena dia murid yang pintar di SMA nya, dan lulus ketika mengikuti ujian masuk ke Universitas Seoul, Universitas ternama di negaranya, akhirnya dia kuliah di sini. Ayah dan ibunyalah membujuknya untuk mengambil kesempatan itu, karena mereka ingin kelak Wooyoung bisa menjadi orang sukses dan dapat membantu keluarga mereka. Dengan alasan itu, Wooyoung akhirnya pergi ke Seoul dan meninggalkan keluarganya di Busan.

Tapi ternyata biaya hidup di kota besar, sangatlah mahal. Kiriman uang ayahnya selalu saja kurang, untuk biaya kuliah dan untuk makan sehari-hari. Biarpun dia tinggal di asrama kampus, tetap saja dia kekurangan. Beruntung dia bertemu Junho di asrama dan ternyata mereka teman sekampus, lalu mengajaknya bekerja di kedai kopi Minjung hyung.

"Kruukuuuyuuukk!' suara cacing dalam perutnya terdengar nyaring.

Wooyoung cepa-cepat memeluk perutnya sambil menoleh kanan-kiri, takut terdengar oleh teman sekampusnya. Tapi untunglah, semua sedang melakukan urusan mereka masing-masing, sehingga tidak mendengar suara itu. Wooyoung bernafas lega, dan kembali  berjalan ke arah ruang kelasnya. Tangannya dia masukkan ke dalam saku celananya. Berjalan sambil menendang kerikil yang menghalangi jalannya.

"Aissh, sepertinya aku harus mencari pekerjaan lain, yang gajinya lebih besar dari pada di kedai kopi Minjun hyung." Wooyoung berkata pada dirinya sendiri. 

Tapi pekerjaan apa yang bisa di kerjakan oleh mahasiswa sepertinya dikota besar ini? Apakah ada yang akan menerimanya bekerja?

Otaknya masih berpikir dengan keras, tapi sepasang tangan berotot memeluknya dari belakang yang membuatnya tersentak kaget.

"Selamat pagi Youngie!" sapa teman sekampusnya Chansung ramah. 

Wooyoung menoleh dan melihat Chansung dan Junho yang juga teman sekampusnya berdiri di belakangnya.

"Ya, Chansungie, lepaskan tanganmu! Kau mencekikku!" teriak Wooyoung sambil meronta-ronta karena kesakitan.

Chansung tertawa dan melepaskan pelukannya. "Ayo, kita masuk kedalam ruang kelas." kata Chansung riang sambil merangkul Wooyoung di sebelah kanannya dan Junho di sebelah kirinya.

Pada jam istirahat siang, Chansung dan Junho menghampiri Wooyoung.

"Youngie, ayo kita kekantin. Aku sudah sangat kelaparan." 

"Ya, Chansung kapan sih, kau makan dengan kenyang?" kata Junho sambil tersenyum. 

"Eumm guys, kalian duluan saja, aku ingin pergi ruang latihan dance, kemarin aku sudah berjanji pada Jo kwon untuk membantunya melatih anak baru." jawab Wooyoung sambil berlalu dari ruang kelas mereka. 

Wooyoung membuka pintu ruang latihan, dia melihat Jo Kwon sudah melatih beberapa mahasiswa tingkat 1.

Jo Kwon menoleh dan menatap Wooyoung tajam. "Yah Youngie, kau benar-benar terlambat!" teriak Jo Kwon sedikit kesal.

"Akukan sudah memberitahumu, jika aku hari ini ada kelas, dan aku bisa kesininya setelah jam istirahat siang." jawab Wooyoung ketus, mengabaikan junior-junior yang memberi salam dengan membungkukkan badan ke arahnya.

"Aish, baiklah kalau begitu kita mulai saja." tanpa menunggu Wooyoung yang sedang mengganti baju, Jo Kwon kembali mendekati adik-adik kelasnya. Oke guys, kita mulai latihannya!" 

Jo Kwon menyalakan musik dengan keras, lalu dia mulai menunjukkan beberapa gerakan dance pada mahasiswa dan menyuruh mereka mengikuti gerakannya. Wooyoung masuk ke dalam kelompok dan mengikuti gerakan Jo Kwon dengan sangat halus. Dengan sempurna dia menari sesuai hentakan musik yang menggema di dalam ruang latihan tersebut. Beberapa mahasiswa berdecak kagum melihat tariannya, beberapa lagi bahkan membuka mulutnya.

Jo Kwon yang awalnya hanya membuat gerakan supaya bisa di ikuti oleh yang lain, menyusul kemudian dan menari bersama Wooyoung. Tapi tarian mereka sangat berbeda, Jo Kwon menari dengan gerakan yang sangat lentur dan lembut, seperti penari balet. Sedangkan Wooyoung mengandalkan kekuatan, gerakan tangan dan kakinya seirama dengan tubuhnya yang meliuk-liuk dengan sempurna.

Musik berhenti, dan kedua penari itu menutup tarian mereka dengan indah. Semua mahasiswa yang berada dalam ruangan itu bertepuk tangan sambil berteriak-teriak kagum. Jo Kwon dan Wooyoung tersenyum dan membaringkan tubuh mereka yang lelah di atas lantai. Jo Kwon bangkit pertama dam menghampiri yang lain untuk memberi pengarahan. Mereka mendengarkan Jo Kwon sambil menganguk-anggukkan kepala mereka, lalu mereka membubarkan diri, keluar dari ruang latihan itu. Beberapa masih berbicara dengan Jo Kwon bertanya tantang beberapa gerakan sulit, tapi akhirnya merekapun keluar dari ruangan itu.

Jo Kwon mendekati Wooyoung dan duduk di sebelah Wooyoung yng masih berebaring di lantai.

"Woo, aku pikir kau itu salah masuk jurusan, seharusnya kau masuk ke fakultas seni saja dengan bakat dan kemampuanmu seperti ini."

Wooyoung tertawa mendengar perkataan Jo Kwon. "Yah Kwonnie, ayahku itu membiayai kuliahku untuk masuk ke jurusan hukum, bukan ke jurusan seni. Ayahku bisa mati terkena jika uangnya aku pakai untuk masuk ke jurusan seni"

Jo Kwon tersenyum mendengar jawaban Wooyoung. Dia tahu jika Wooyoung memiliki hobi dan berbakat dalam menari, dan dia juga tahu jika hobi dan bakatnya itu ditentang oleh keluarganya. Jadi dia hanya bisa latihan secara diam-diam sewaktu dia masih duduk di SMA dulu, dan sekarang ketika dia jauh dari keluarganya, dia bisa latihan selama dia inginkan tanpa takut orang tuanya tahu.

Wooyoung bangkit dari lantai dan mengganti bajunya untuk kembali kekelasnya. "Aku pergi ya!" teriak Wooyoung tanpa menoleh ke arah Jo Kwon.

"Hei Youngie, gumawo!" Jo Kwon balas berteriak. Wooyoung hanya menganggukkan kepalanya dan keluar dari ruang latihan.

Sebelum kembali ke ruang kelasnya, Wooyoung berjalan tak tentu arah, dan setelah dia merasa lelah, di duduk di aula kampus sambil melihat-lihat mading yang menempel di sisi dinding aula. Matanya menemukan sesuatu yang menarik di mading tersebut. Wooyoung berdiri dan mencabut kertas itu.

 

 

                                                                "DI CARI SEORANG ASISTEN UNTUK ORANG BUTA"

 

                                     SYARAT : 1. BERSEDIA TINGGAL BERSAMA SELAMA BEKERJA.

                                                     2. MAMPU MENGOPERASIKAN  KOMPUTER DAN MENGETIK DENGAN CEPAT.

                                                     3. SYARAT YANG LAIN, AKAN DI BERITAHUKAN JIKA ANDA DI TERIMA BEKERJA.

                                      GAJI       : MEMUASKAN ATAU BISA NEGOSIASI.                             

                      JIKA BERMINAT, HUBUNGI KIM TAEYEON DI FAKULTAS EKONOMI KAMPUS A. ATAU TELEPON KE NO. 0089.7890.6576.

 

 

 

Wooyung meremas kertas itu dan langsung melesat menuju kampus A. Setelah sampai di Fakultas Ekonomi dia menghampiri sekelompok mahasiswa yang sedang asyik mengobrol di depan ruang kelas.

"Anneyohasseyo, aku sedang mencari Kim Taeyeon? Apakah kalian mengenalnya?" tanya Wooyoung sambil tersenyum.

"Kim Taeyeon, seseorang mencarimu!" teriak salah satu dari mereka ke arah kerumunan mahasiswi yang sedang cekikikan.

Seorang yeoja mungil dan manis menoleh ke arah Wooyoung dan berjalan mendekatinya.

"Hai aku Kim Taeyeon, apakah ada yang bisa aku bantu?" katanya dengan ramah dan mejulurkan tangannya yang mungil.

Wooyoung menerima uluran tangan itu dan menjabatnya dengan erat.

"Aku Jang Wooyoung dari Fakultas Hukum. Aku ingin bertanya tentang pengumuman ini, dan aku berminat untuk mencobanya." Wooyoung menyerahkan kertas yang kusut itu pada Kim Taeyeon.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxjenaaaaya #1
Chapter 15: Lanjut dong?
Khun0430
#2
Chapter 15: Semoga ceritanya dilanjut ya thor, penasaran bnget sama cerita ini, banget bangeet
aisykahernand #3
Chapter 15: Please update. We're waiting for a long time
tcha0304 #4
Chapter 15: pls update author....
oryzae12 #5
Chapter 15: kapan updatenya?
cahyaAngAngel #6
Chapter 15: Finnaly . Khunwoo ?
hwootestjang #7
Chapter 15: Rindu pada ceritanya author... yeeeessa,, ketemukan mereka.. oh yeah
Amaliaambar
#8
Chapter 15: Aahh authornim diriku penasaran lanjutkaaan donggg pleaseee
Deahartika #9
Chapter 15: aahh.. penasaran bangett.. please update lagi ya authornim..
Kalel27
#10
Chapter 15: Waahh penasaran bgt..semoga cpt updatenya..