Chapter 12

Rainbow In Your Eyes
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

Tubuhnya bergerak liar di bawah himpitan tubuh tuannya. Pinggulnya naik turun seirama dengan gerakan di atasnya, menembus dalam-dalam dan menyentuh titik prostatnya, hingga tubuhnya sekali lagi gemetar dalam kenikmatan. Sebuah suara lembut tertengar di telinganya, menenangkannya dari badai yang sebentar lagi datang. Dia merasakan lehernya dihisap dengan dengan lembut, menandainya jika dia hanya milik orang yang berada di atasnya. 

Dia membuka mata dan menatap orang di atasnya. Nampak kening tuannya berkerut menikmati sensasi yang membara di antara mereka. Tubuh tuannya yang tanpa busana, bersinar oleh keringat. Otot-otot lengannya bergerak indah. Dia mengangkat kepalanya, mencium dada tuannya dengan cinta. Terdengar suara mengeram seperti binatang buas melalui tenggorokan tuannya, lalu dia merasakan cairan panas yang di semprotkan ke dalam dirinya.

 

Wooyoung tersentak bangun. Tubuhnya bergetar oleh sisa-sisa gairah dan klimaks yang melandanyanya. Peluh mengalir dari tubuhnya yang gemetar dan dia mendengar suara nafasnya sendiri yang memburu, kemudian secara perlahan melambat, dan detak jantungnya pun kembali normal.

 

Mimpi....

 

Hanya mimpi.

 

Tapi mimpi itu selalu membuat tubuhnya lemas. Tidak mampu berpikir jernih dan di kuasai rasa panik dan gairah yang tidak terlampiaskan. Pahanya gemetar seakan baru saja bercinta. Dia menyingkap selimut yang menutupi kakinya, terlihat noda besar di atas seprei, dibawah pahanya. Wooyoung merapatkan kakinya rapat-rapat berusaha melawan sensasi bercinta dan menutupi noda itu dengan perasaan malu.

Wooyoung menoleh ke jendela kamarnya, memandangi suasana yang berwarna abu lembut menembus kaca. Tak perlu melihat jam, karena dia tahu, mimpi itu selalu datang ketika fajar menjelang.

Akhir-akhir ini dia selalu bermimpi bercinta dengan tuannya. Tidak sering, tapi mimpi itu selalu mengganggu mentalnya. Dia terbangun dengan tubuh gemetar. Pada hari itu, kehidupannya tidak berjalan dengan baik, pekerjaannya kacau, karena konsentrasinya terusik. Dia sering di tegur oleh sang Fotographer karena tidak fokus dan tatapan matanya kosong, ketika pemotretan. Sewaktu latihan menari, gerakannya sering salah, berkali-kali dia harus mengulang dari awal.

Dia bangkit dari tempat tidur dan menjejakkan kakinya dilantai untuk meredakan getaran pada kakinya sebelum berdiri. Merasa kakinya telah kuat, dia berdiri, menarik seprei untuk di bawanya ke ruang cuci.

Mereka memang tidak memiliki asisten rumah tangga. Jo Kwon yang mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri, jadi dari pada dia di serang dengan pertanyaan Jo Kwon karena sepreinya bernoda, lebih baik dia mencucinya sendiri. 

Setelah mencuci, dan mengantung seprei itu, Wooyoung membuat sarapan.

"Ohayo!" teriak Jo Kwon riang, sambil memasuki dapur yang telah berbau harum oleh masakan Wooyoung. 

"Ohayo!." jawab Wooyoung tersenyum. 

"Kau tidak punya jadwal hari ini?" tanya Jo kwon. Dia duduk di kursi makan dan menerima sepiring nasi goreng yang disodorkan Wooyoung padanya.

"Aku punya rekaman di FUJITV jam 10." 

Jo kwon mengucapkan terima kasih dan dengan cepat dia melahap nasi goreng itu.

"Mana Sung Joon hyung? Pagi ini aku belum melihatnya." tanya Wooyoung.

"Pagi-pagi sekali dia sudah pergi kekantor." Jawab Jo kwon enggan sambil menghela nafas berat. Kemudian dia menundudukkan kepalanya.

"Ada apa?" tanya Wooyoung penasaran. Tidak biasanya Jo kwon bersikap sendu seperti ini. 

"Tidak apa-apa?" Jo kwon mengangkat kepalanya dan tersenyum. Tapi senyum itu tidak sampai ke matanya. Di mata itu masih terlihat kesedihan dan juga kebingungan yang berusaha Jo Kwon sembunyikan. 

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

Wooyoung masih penasaran dengan sikap Jo kwon pagi ini. Ada sesuatu yang dia sembunyikan, tapi sepertinya di tidak ingin membicarakan masalah itu padanya. Wooyoung menghela nafas, hampir setengah jam dia menunggu asistennya di ruang tunggu khusus untuknya di Fujitv. Tidak biasanya asisten pribadinya telat seperti ini. Setengah jam lagi rekaman di mulai dan dia belum di make over. Semua baju yang harus dia pakai di bawa oleh asistennya tersebut, jika dia tidak datang, terpaksa Woyoung memakai pakaian yang sedang dipakainya saat ini, dan dia juga harus berdandan sendiri.

Kemudian, seseorang membuka pintu, Wooyong menoleh dan tersenyum. dia ingin menggoda asistennya itu karena datang terlambat. Tapi senyum di wajahnya langsung menghilang ketika melihat orang asing berjalan cepat menghampirinya dengan membawa beberapa bungkus pakaian yang dia tebak itu pasti miliknya.

"Maaf saya terlambat Wooyoung san." serunya lalu membungkukkan badan.

"Siapa kau?" tanya Wooyoung sedikit kesal.

"Dimana Tsubaki chan?" tanyanya lagi.

"Saya tidak tahu, saya hanya di kirim oleh kantor untuk menggantikannya." 

Masih banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan, tapi waktunya tinggal sedikit, dia hanya diam ketika asisiten barunya memberikan pakaian untuknya dan menata rambutnya.

 

"Yak selesai!"

Teriak PD pada semua artis yang mengisi acara reality show itu. Semua artis bernafas lega, hampir 5 jam mereka melakukan rekaman, hanya untuk tayangan setengah jam di layar televisi. Sang PD seorang perfecsionis, ada saja yang salah menurutnya dan mereka harus mengulang dari awal. 

Wooyoung membungkukkan tubuhnya, memberi hormat pada artis-artis senior yang ada dan mengucapkan terima kasih pada semua kru dan PD sambil tersenyum. Kemudian dia langsung pergi ke ruang tunggu. Dia ingin secepatnya pulang, dan bertanya pada Sung Joon, mengapa dia mengganti asistennya dengan asisten baru.

 

"Hyung!" serunya di depan pintu ruang makan di apartement mereka. Wooyoung melihat Sung Joon dan Jo Kwon sedang berbicara di ruang makan.

"Hei Woo! Kau baru pulang? Bagaimana rekamanmu hari ini?" sambut Jo Kwon dengan senyum kecil.

"Hyung, kemana asistenku? Mengapa dia tidak datang menemaiku rekaman di Fujitv." Dia tidak menjawab pertanyaan Jo Kwon, malah balik bertanya pada Sung Joon yang sedang asyik membaca beberapa file yang berserakan di atas meja.

"Mengapa? Apa asisten baru itu kerjanya tidak bagus?" Sung Joon balik bertanya.

"Hyung, bukan itu masalahnya. Aku sudah menghubunginya, tapi nomornya tidak aktif. Tidak biasanya dia seperti ini. Sudah tiga tahun dia menemaniku, aneh saja jika dia tiba-tiba menghilang, dan kau begitu saja menggantinya dengan yang baru."

"Dia tidak bisa menemanimu lagi. Jangan tanya alasannya karena aku tidak akan memberitahumu. Aku hanya berharap kau bisa menerima asisiten barumu dengan baik. Kau sudah berkenalannya dengannya?" tanya Sung Joon lagi.

"Belum." jawab Wooyoung singkat.

"Namanya Kim Jung Woon. Dia dari Korea."

"Hyung aku tidak peduli dia dari mana. Eh! mengapa harus orang Korea?" Wooyoung tersadar.

"Begitu bencikah kau dengan orang Korea, hingga kau tidak mau menerima asistenmu dari negara itu?

"Bu..bukan begitu hyung. Aku hanya ingin Tsubaki chan yang jadi asisitenku. Kau sendiri tahukan, jika aku  tidak bisa langsung akrab dengan orang asing." 

"Maaf, untuk sementara kau harus bisa menerimanya. Kalau kalian tidak cocok, baru aku akan menggantinya dengan yang lain."

Sung Joon kembali berkutat dengan file-filenya. Wooyoung mengerti, jika Sung Joon sudah memutuskan sesuatu, dia tidak akan bisa dibujuk. Padahal Wooyoung hanya ingin tahu, kemana asisitennya itu pergi.

"Woo, kau sudah makan?" 

Pertanyaan Jo Kwon itu mampu mengalihkannya dari pikiran buruk tentang asistennya. "Belum. Aku tadi buru-buru pulang karena ingin bertemu dengan Sung Joon hyung."

"Aku ingin memasak makan malam. Kau beristirahat saja di kamarmu dulu, setelah selesai aku akan memanggilmu."

"Baikalah, aku akan membantumu. Tapi setelah aku mandi, badanku lengket dan bau." ujarnya, dan beranjak dari tempat duduknya.

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

"Kemarilah!"

 

"Ayo, kemarilah!" seru tuannya yang sedang berdiri di balkon. Dia tersenyum, dengan sangat lambat karena sisa-sisa percintaan mereka membuat kakinya gemetar, dia menghampiri tuannya. Tangan tuannya langsung menggapainya dan memeluknya dengan erat, hingga tubuhnya yang masih lemas bersandar pada tubuh tuannya itu dengan kehangatan yang memancar mengusir dinginnya malam. Dia meletakkan kedua tangannya di depan dada tuannya yang berotot dan membuat nafasnya tersengal.

Kemeja tipis berwarna putih, melambai-lambai tertiup angin, menyentuh pahanya yang telanjang. Tapi tidak sedikitpun dia merasa kedinginan, karena pelukan tuannya membuat tubuhnya hangat, walaupun tuannya hanya mengenakan boxer. "Aku suka jika kau memakai kemejaku. Apalagi jika dibaliknya kau tidak mengenakan sesuatu." Tuannya terkekeh. Tangannya menyusup ke pantatnya yang telanjang dan membelainya lembut. Bibirnya menyentuh lembut rambutnya yang lembab, kemudian bergulir di keningnya, matanya, hidungnya dan terakhir dibibir . Dia melumat dengan rakus. Tidak berhenti sampai di situ,

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxjenaaaaya #1
Chapter 15: Lanjut dong?
Khun0430
#2
Chapter 15: Semoga ceritanya dilanjut ya thor, penasaran bnget sama cerita ini, banget bangeet
aisykahernand #3
Chapter 15: Please update. We're waiting for a long time
tcha0304 #4
Chapter 15: pls update author....
oryzae12 #5
Chapter 15: kapan updatenya?
cahyaAngAngel #6
Chapter 15: Finnaly . Khunwoo ?
hwootestjang #7
Chapter 15: Rindu pada ceritanya author... yeeeessa,, ketemukan mereka.. oh yeah
Amaliaambar
#8
Chapter 15: Aahh authornim diriku penasaran lanjutkaaan donggg pleaseee
Deahartika #9
Chapter 15: aahh.. penasaran bangett.. please update lagi ya authornim..
Kalel27
#10
Chapter 15: Waahh penasaran bgt..semoga cpt updatenya..