Chapter 5

Rainbow In Your Eyes
Please Subscribe to read the full chapter

 

"D...dia hanya terjatuh. Maaf, saya tidak menjaganya dengan baik." Wooyoung berkata gugup.

"Berikan dia padaku." Nichkhun mendekat dan mengulurkan kedua tangannya. Krissie langsung memeluk leher ayahnya, ketika sudah berada dalam dekapan ayahnya. Nichkhunpun memeluk tubuh mungil Krissie dengan kedua tangan, menahannya agar dia tidak terjatuh.

"Katakan pada daddy, bagian mana yang sakit?" tanya Nichkhun lembut. 

"Pantat Krissie sakit dad." jawabnya dengan manja, dan masih terisak pelan.

Nichkhun tersenyum mendengar jawaban anaknya. Dia mengusap pantat Krissie lembut lalu membawanya ke ruang keluarga. "Bagaimana kalau kita nonton film kartun, dan kita tinggalkan Udong untuk membuat makan malam untuk kita?." Krissie mengangguk di leher ayahnya, sedangkan Wooyoung bergegas pergi ke dapur membawa belanjaannya.

Wooyoung meletakkan kantong plastik yang dia bawa di atas meja. Semua barang yang dia beli dia simpan di lemari es, untuk bahan yang mudah rusak. Sedangkan susu Krissie dan bahan yang kering dan tahan lama, dia simpan pada lemari dapur, setelah itu dia menyiapkan bahan-bahan yang untuk membuat makan malam.

 

Nichkhun dan Krissie berbaring di atas karpet tebal di ruang keluarga sambil menonton film kartun. Krissie meletakkan kepalanya diatas dada ayahnya. Nichkhun yang tidak bisa melihat, hanya bisa mendengarkan suara yang di timbulkan film itu sambil mengelus punggung anaknya lembut.

"Daddy?"

"Ya sayang? Apa masih ada yang sakit.?" tanya Nichkhun khawatir.

"Ani. Dad, boleh tidak mommy tinggal bersama kita di sini?" tanya Krissie.

"Kau harus bertanya padanya, apakah dia mau tinggal dirumah kita."

"Tapi mommy bilang, sekarang rumahnya di rumah sakit, dan dia tidak bisa tinggal bersama Krissie dan daddy."

"Mommy membutuhkan dokter dan perawat, karena mommy sedang sakit, dan di rumah kita tidak ada dokter dan perawat untuk menyembuhkannya."

"Daddy, kalau mommy sudah sembuh, boleh tinggal bersama kita?" tanya Krissie lagi.

"Jika mommy mau dia bisa tinggal disini." 

"Tapi dad?"

"Ya sayang?"

"Jika mommy tinggal bersama kita, auntie yang tadi datang, marah tidak?"

Nichkhun diam, dan menarik nafas dalam. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan anaknya, dia teringat kemarahan Tiffanny tadi di kamarnya. Sekarang kamarnya masih berantakan, karena Tiffanny melempar semua barang di dekatnya ke lantai.

 

Flash back.

 

"Siapa dia?" teriak Tiffanny. Dia langsung mengajukan pertanyaan ketika Nichkhun baru saja melangkah masuk kekamar mereka.

Nichkhun tidak menjawab, melainkan berjalan ke arah tempat tidur dan duduk di atasnya.

"Dia putriku." jawab Nichkhun pelan sambil menghela nafas.

"Mwo?" Tiffanny berteriak, kaget mendengar jawaban Nichkhun. "Kau bilang kau tidak pernah menikah, dan kau bilang kau selalu bermain aman."

"Tidak menikah, bukan berarti tidak bisa punya anak. Aku juga baru mengetahuinya kemarin." jawab Nichkhun pelan.

"Wanita itu pasti membohongimu. Dia hanya ingin meminta tanggung jawabmu, atau dia hanya menginginkan uangmu. Mungkin juga anak itu bukan putrimu, wanita itu hanya mengarangnya." omelnya.

"Awalnya aku juga berpikir seperti itu, tapi kita bisa membuktikannya dengan tes darah, atau DNA bila perlu. Tapi jika wanita itu ingin memerasku, mengapa dia tidak meminta uang sepeserpun dariku. Dia hanya memintaku untuk merawatnya dengan baik."

"Tidak! Aku tidak mau ada dia di antara kita. Khun, bagaimana dengan reputasiku, berhubungan dengan orang yang sudah memiliki anak?"

"Oh, jadi kau hanya berpikir tentang reputasimu? Bagaimana dengan aku? Aku mencintaimu Tiff, dan aku ingin kau bisa menjadi ibunya dan merawatnya." kata Nichkhun pelan, lalu berdiri berjalan ke arah Tiffanny. Tangannya menggapai Tiffanny, tapi Tiffanny menepis tangannya.

"No, jangan coba-coba menyentuhku!" Tiffanny kembali berteriak, kemudian dia terduduk dilantai lalu menangis dengan keras.

Nichkhun ikut duduk, lalu di peluknya Tiffanny.

"Ssshhtt. Maafkan aku. Kita pasti bisa melewatinya, ok." Kata Nichkhun menenangkan.

Tiffanny menggelengkan kepalanya. "Pulangkan dia ke ibunya, aku tidak ingin dia merusak hubungan kita." 

"Aku tidak bisa Tiff, ibunya sakit. Dan hidupnya tidak lama lagi. Sebenarnya dia tidak ingin memberitahuku tentang Krissie, tapi karena dia sedang sekarat, dia membawanya kepadaku, dan memintaku untuk merawatnya."

"Mwo?" Tiffanny terpaku, untuk kedua kalinya dia terkejut. Kemudian kembali menangis.

Nichkhun berdiri dengan membawa tubuh Tiffanny, lalu memapahnya ke tempat tidur.

"Berbaringlah sebentar, setelah kau tenang, kita akan membahasnya lagi." Nichkhun membaringkan Tiffanny, mencoba membuka mantelnya, dan sepatunya. Lalu dia ikut berbaring dan memeluk tubuh kekasihnya dengan lembut. Untuk sementara Nichkhun bisa membuat Tiffanny tenang.

Tapi, hanya sebentar Tiffanny tenang. Beberapa menit kemudian, dia bangun dan langsung berdiri. Berteriak histeris sambil melempar barang yang ada di kamar itu ke lantai.

Nichkhun terkejut dengan emosi Tiffanny yang tidak stabil, dia bangun dengan susah payah, dan kembali menggapai Tiffanny. Tidak dirasakannya sakit dikakinya, ketika dia meninjak sesuatu yang tajam. Dia terus mencari Tiffanny dan menggapai-gapai.

"Tiff, please. Stop honey! Jika begini terus kau akan melukai dirimu sendiri." 

"Aku tidak peduli! Aku benci kau! Aku benci!" Tiffanny berteriak dan masih melemparkan barang-barang. 

Nichkhun yang tidak bisa mendekat ke Tiffanny, akhirnya hanya bisa berdiri, dan membiarkan Tiffanny melampiaskan kemarahannya. Nichkhun baru menyadari, untuk pertama kalinya Tiffanny memperlihatkan emosinya. Biasanya dia selalu bersikap anggun untuk menjaga imagenya.

Lalu kamar itu kembali tenang, Nichkhun tidak lagi mendengar barang yang terlempar. Dia hanya mendengar nafas Tiffanny yang memburu. Kemudian dengan pelan dan mengikuti suara nafas itu, dia mendekati Tiffanny dan kembali memeluk tubuhnya.

"Aku lapar." Tiffanny bergerak dalam pelukan Nichkhun, mencoba melepaskan diri. "Aku akan membuat sarapan." Tiffanny berkata tenang kemudian keluar kamar, dia meninggalkan Nichkhun yang masih berdiri mematung.

Nichkhun akhirnya ikut kedapur, lalu duduk di kursi, dia mendengarkan Tiffanny yang sedang membuat makanan. Tidak lama kemudian Nichkhun mendengar suara piring yang diletakkan di atas meja, kursi yang ditarik dan suara Tiffanny yang sedang makan didepannya. Tiffanny menyantap makanannya tanpa menawarkan atau menanyakan apakah Nichkhun sudah makan atau belum. Dia hanya membuat makanan untuk dirinya sendiri. Dari baunya Nichkhun menebak Tiffanny membuat roti panggang dan omelet.

"Oke, aku akan menerima kehadiran anakmu, tapi biarkan Udong yang merawatnya. Dan aku tidak ingin mereka dekat dengan kita, ketika aku ada di rumah. Dan ketika dia sudah bersekolah, masukkan dia ke sekolah yang mempunyai asrama." Akhirnya Tiffannya bersuara, memecahkan keheningan diantara mereka.

"Tiff, dia putriku. Aku tidak bisa menjauh darinya. Dia butuh ayahnya." Nichkhun mengajukan kebaratannya, dan sedikit terkejut dengan syarat yang di ajukan Tiffanny.

"Itu penawaran terakhirku, jika kau tidak mau, lebih baik kita putus."

Nichkhun diam, keningnya berkerut memikirkan sesuatu. "Beri aku waktu satu minggu, aku akan memikirkannya." 

"Baiklah. Satu minggu, dan aku tidak akan datang selama satu minggu itu. Pastikan kebutuhanmu terpenuhi, dan aku akan mengijinkan Udong untuk membantumu." Tiffannya berdiri membawa piring dan gelas kotor ke wastafel. 

"Sekarang aku ingin beristirahat, sore nanti aku ada pemotretan." Tiffanny kembali meninggalkan Nichkhun sendirian dan masuk kekamar tamu, dan menguncinya.

Nichkhun kembali menghela nafas dalam dan memijat pelipisnya karena tiba-tiba kepalanya menjadi pusing. Dia berdiri dan berjalan perlahan masuk ke ruang kerjanya. Dia tidak keluar dari ruang kerjanya  sepanjang siang itu.

 

End of flash back.

 

                                                                                     *****************************************

 Tiffanny pasti tidak akan mau tinggal bersama Victoria.

Nichkhun membisu tidak bisa menjawab pertanyaan anaknya. Tapi sepertinya dia tidak harus menjawab pertanyaan anaknya itu sekarang, karena dia merasakan Krissie sudah tertidur di atas dadanya. Suara nafas anaknya yang teratur dan berhembus didadanya dengan lembut, membuatnya tenang dan merasakan kantuk, lalu diapun memejamkan matanya.

 

Wooyoung menata meja dan meletakkan makanan yang dia masak di atas meja di ruang makan. Lalu pergi ke ruang tv untuk memanggil ayah dan anak tersebut. Dia menebak jika tuannya itu belum makan sejak dia meninggalkan penthouse, dan sekarang dia mungkin kelaparan.

Alangkah kagetnya Wooyoung ketika dia melihat bercak merah yang ada dilantai. Wooyoung mengikuti titik merah itu, dari ruang kerja Nichkhun, kemudian mengarah kekamar tidur Nichkhun. Wooyoung membuka kamar itu, dan dia kembali terkejut ketika melihat kamar itu berantakan. Dia menutup kamar itu dan memutuskan untuk membersihkannya setelah mereka makan malam. Kemudian dia kembali mengikuti jejak merah itu, kali ini mengarah ke ruang tv. 

Wooyoung menghampiri Nichkhun dan melihat sandal tuannya sudah berubah menjadi warna merah karena berlumur darah. Wooyoung lalu melihat telapak kaki Nichkhun dan dari sanalah warna merah itu berasal. Kedua telapak kakinya berdarah, mungkin Nichkhun menjinjak sesuatu di kamarnya yang berantakan.

"Tuan!"...... 

"Nichkhun sshi!" panggilnya dengan halus, sambil menggoyangkan tubuh tuannya yang sedang tidur.

Nichkhun bergerak dalam tidurnya dan duduk, Krissie yang tertidur diatas dadanyapun ikut terbangun.

"Udongie, aku lapar." katanya sambil mengucek matanya.

"Apa kau sudah menyiapkan makan malam untuk kami?" tanya Nichkhun.

"Sudah, tapi jika anda mengijinkan, saya akan mengobati kaki tuan dulu, sepertinya anda menginjak  pecahan kaca di kamar anda, dan sekarang kaki anda berdarah."

"Dad, kaki daddy banyak darahnya!" Krissie berteriak panik.

"Benarkah?" tanya Nichkhun. Sekarang baru dia merasakan sakit pada telapak kakinya, dan baru menyadari jika sandalnya yang dia kira basah, ternyata itu berasal dari darahnya. Dia mengusap telapak kakinya dan membawa tangannya ke hidung. Tercium aroma berkarat pada tangannya.

"Saya akan membawa obat dan kain basah untuk membersihkan dan mengobati luka anda." 

"Cepat! Cepat Udong, sembuhkan daddy!" Krissie berteriak sambil melompat-lompat di atas karpet. Sepertinya dia juga mengkhawatirkan ayahnya.

Wooyoung kembali dengan membawa kotak P3K dan baskom berisi air hangat. 

"M..maaf saya terpaksa menyentuh anda." Wooyoung tidak menunggu jawaban dari Nichkhun, lalu di angkatnya tubuh Nichkhun dari lantai kesofa. Wooyoung merasakan getaran kecil pada tubuh Nichkhun ketika tangannya berada di bawah ketiak Nichkhun. Tapi Nichkhun tidak meneriakkan keberatannya. Wooyoung duduk di lantai, di hadapan Nichkhun, dan meletakkan kakinya di atas pahanya.

Dia mencelupkan kain bersih ke dalam baskom dan memerasnya lalu dia membasuh kaki Nichkhun dengan lembut. Nichkhun mendesis, merasakan sakit, reflek dia menarik kakinya. Tapi pegangan tangan Wooyoung mengencang dan menarik kaki itu kembali ke pahanya.

"Anda harus menahan rasa sakitnya, saya harus me

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxjenaaaaya #1
Chapter 15: Lanjut dong?
Khun0430
#2
Chapter 15: Semoga ceritanya dilanjut ya thor, penasaran bnget sama cerita ini, banget bangeet
aisykahernand #3
Chapter 15: Please update. We're waiting for a long time
tcha0304 #4
Chapter 15: pls update author....
oryzae12 #5
Chapter 15: kapan updatenya?
cahyaAngAngel #6
Chapter 15: Finnaly . Khunwoo ?
hwootestjang #7
Chapter 15: Rindu pada ceritanya author... yeeeessa,, ketemukan mereka.. oh yeah
Amaliaambar
#8
Chapter 15: Aahh authornim diriku penasaran lanjutkaaan donggg pleaseee
Deahartika #9
Chapter 15: aahh.. penasaran bangett.. please update lagi ya authornim..
Kalel27
#10
Chapter 15: Waahh penasaran bgt..semoga cpt updatenya..