Chapter 11

Rainbow In Your Eyes
Please Subscribe to read the full chapter

 

Happy reading, and sorry for typos.

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

 

"Udong pembohong! Udong bilang tidak akan meninggalkan Krissie dan daddy, tapi mengapa sekarang Udong pergi?" 

Krissie menangis dengan keras, sambil menarik ujung kemeja yang Udong pakai. Tapi Udong seperti tidak mendengar teriakannya, dia tetap membuka pintu dan melangkah pergi.

Krissie yang merasa tangisannya sia-sia, akhirnya berteriak putus asa. "Udong jahat, Udong tidak sayang Krisse dan daddy. Krissie benci Udong! Krissie benci!"

 

"Aku tidak peduli, kau menyembunyikan nama aslimu padaku. Aku tidak peduli kau menutupi identitasmu yang sebenarnya. Aku juga tidak peduli kau telah berjanji dengan orang lain, jika kau harus pergi ketika aku bisa melihat lagi. Yang aku inginkan  hanya satu, kau harus ada disampingku ketika aku membuka mata untuk pertama kalinya, karena yang aku inginkan hanyalah menatap wajahmu. Dan jika kau tidak ada, akan aku cari kemanapun kau pergi. Aku akan mengobrak-abrik seluruh universitas yang ada di Korea ini! Aku pasti akan menemukanmu!"

 

"Nichkhun pasti akan dipisahkan lagi dengan putrinya jika komisi perlindungan anak, menemukan Krissie di besarkan oleh pasangan tidak normal seperti kalian. Krissie pastti akan di bawa dan tinggal di yayasan lagi!"

 

"Tidaak!"

Udong berteriak dalam tidurnya, dan terbangun. Nafasnya memburu, wajahnya basah oleh keringat bercampur air mata. Dia sempat bingung, dan menatap sekeliling. Setelah mengenal ruangan itu dengan baik, dia bernafas dengan lega. Di sebelahnya seseorang tertidur dengan nyenyak. Dia membaringkan tubuhnya lagi dan bergerak mendekati Nichkhun. Kepalanya berada di atas dada tuannya, sedangkan kedua tangannya merangkul erat tubuh itu.

Udong yang mengira tuannya tidur, merasakan belaian lembut pada rambutnya yang lembab. Dia mengangkat kepalanya dan menatap wajah tuannya.

"Kau bermimpi buruk ya?" Nichkhun menarik tubuh Udong agar lebih merapat ke tubuhnya untuk memberikan rasa aman dan nyaman. Jantung Udong yang menempel di dadanya berdetak dengan cepat, dan tubuhnya basah oleh keringat.

"Ehm. Maaf aku telah membangunkanmu." gumam Udong dengan suara lemah.

"Ada apa? Pasti buruk sekali, hingga kau berteriak seperti itu." 

Beberapa hari terakhir ini, Nichkhun merasa Udong sedikit gelisah. Setelah dia pulang dari rumah sakit waktu itu, Udong jadi pendiam. Udong seperti tidak tertarik, ketika dia mengabarkan jika donor itu cocok untuknya, dan dia akan di operasi secepatnya. Beda sekali, ketika dia menerima telepon untuk pertama kalinya yang mengabarkan jika sudah ada donor untuknya. Udong sangat antusias, sampai dia melompat kegirangan.

"Bukan apa-apa. Hanya mimpi buruk saja, mungkin aku terlalu terkejut hingga berteriak." jawabnya cepat. "Sekarang tidurlah lagi." ujar lagi dengan pelan. Dia menggerakkan kepalanya didada Nichkhun, untuk mencari kenyamanan.

"Kau tahu tidak? Orang buta itu memang tidak bisa melihat, tapi inderanya yang lain menjadi lebih tajam. Dia bisa merasakan jika disekelilingnya terjadi sesuatu yang tidak wajar. Beberapa hari ini aku merasa kau sangat gelisah dan pendiam. Sering melamun dan kalau aku ajak bicara kau tidak menyimak dan mendengar. Apa yang salah Udongie?" Atau kau tidak suka jika aku bisa melihat lagi?" tanya Nichkhun ingin tahu.

"Bukan begitu. Aku hanya merasa gugup......."

"Gugup karena sebentar lagi aku akan tahu bagaimana jeleknya rupamu?" potong Nichkhun dengan bercanda. Dia mendengar Udong terkekeh pelan.

"Udongie, sudah berapa kali hal ini kita bahas? Dan aku tegaskan sekali lagi, aku tidak peduli. Aku tidak peduli seberapa jelek wajahmu, dan aku juga tidak peduli asal-usulmu. Yang aku inginkan sekarang hanya satu, yaitu namamu yang sebenarnya. Karena akan sangat lucu jika kita menikah, tapi yang tertulis di atas kertas itu adalah nama Udong." Nichkhun juga terkekeh.

Tapi Udong tidak menjawab. Nichkhun merasakan nafasnya yang berhembus teratur. "Udongie, kau tidur?"

Tidak ada jawaban. "Sepertinya dia memang telah tertidur. Aish! Anak ini, disaat-saat penting seperti ini, dia tertidur." gumam Nichkhun sedikit kesal. Tapi dia tidak mencoba membangunkan Udong. Dia membelai punggung Udong lembut agar dia bisa tidur dengan nyenyak. Tidak berapa lama kemudian, rasa kantuk menyerangnya, lalu dia memejamkan mata dan menyusul Udong tidur.

Klip!

Udong membuka matanya, ketika didengarnya suara nafas Nichkhun yang berhembus teratur. Nichkhun telah kembali tertidur . Dia hanya berpura-pura tidur, hanya untuk menghindari pertanyaan Nichkhun. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Jika Nichkhun tahu namanya, dia pasti akan berusaha mencarinya.

Setelah pertemuannya dengan Tiffanny hari itu, dia harus pergi. Karena dia tidak ingin Krissie tinggal di panti asuhan. Tinggal di yayasan saja adalah mimpi buruk baginya, apalagi harus tinggal di panti asuhan. Udong tidak mau. Udong tidak ingin membuat Nichkhun sedih. Dia juga tidak mau memisahkan ayah dan anak itu lagi.

 

Flashback

 

"Bawa aku masuk!" pinta Tiffanny ketus, dan berjalan mendahului Udong masuk kedalam pintu yang menghubungkan tempat parkir dan penthouse. Dia berdiri di depan pintu penthaose denngan angkuh dan tidak sabar.

"Maaf, Khun hyung melarangmu untuk memasuki penthouse lagi." gumam Udong takut-takut.

Tiffanny berjalan mendekatinya lalu sebuah tamparan mendarat kepipinya dengan keras.

"Lancang sekali kau! Siapa yang membawamu kesini pertama kali! Siapa yang mempertemukanmu dengan Nichkhun? Ini balasan yang aku terima! Kau menghianatiku dan dengan begitu berani mencintai majikanmu. Sekarang kau melarangku untuk masuk kedalam rumah tunanganku sendiri?"

"Dia bukan tunanganmu lagi. Dan itu karena ulahmu sendiri." jawab Udong dengan berani. Dia menggosok pipinya dan meringis menahan sakit akibat tamparan yang begitu keras, pasti nanti pipinya akan membengkak dan memerah. Dia juga merasakan sudut bibirnya terluka. 

"Jadi jika kami putus, kau boleh mencintainya? Kau boleh menjadi pacarnya? Jangan membuatku tertawa! Khun hyung? Mesra sekali kau menyebutnya seperti itu." Tifanny tertawa sinis.

Udong hanya diam, dan menundukkan kepalanya.

"Dengar! Pelayan yang tidak tahu diri, aku minta kau pergi sebelum Nichkhun melakukan operasi, seperti persyaratan dan perjanjian kita di awal."

"Kau tidak bisa mengancamku dengan perjanjian itu. Semuanya tidak berlaku lagi karena kau bukan lagi tunangannya." balas Udong dingin.

"Tapi aku masih punya tanda tanganmu di atas kertas perjanjian itu, aku bisa saja melaporkanmu ke pihak kepolisian dengan tuduhan penipuan." Tiffanny sekarang berteriak marah. "Atau aku harus melaporkanmu ke komisi perlindungan anak jika seorang anak perempuan di besarkan oleh pasangan tidak normal seperti kalian?" Tifanny tersenyum sinis. 

"Kau tidak ingin anak itu dibawa ke panti asuhan lagikan?" tanya Tiffanny lagi.

Udong terbelalak mendengar perkataan Tiffanny. "Tiffanny sshi, kau tidak boleh berbuat begitu, kau tidak boleh memisahkan mereka lagi." Udong berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mimik ketakutan. "Krissie akan menderita, dan dia......dia.."

"Aku tidak peduli dengan anak itu." potong Tiffanny cepat. "Yang penting, aku harus kembali bersama Nichkhun dan kau harus segera pergi."

"T..Tiffanny sshi, tolong! Jangan pisahkan saya dengan mereka. Saya begitu mencintai mereka. Saya akan melakukan apa saja agar tetap bisa tinggal bersama mereka." Udong berlutut dan memohon dengan terisak.

"Aku takkan pernah memaafkanmu! Jadi percuma kau mengemis seperti ini. Sekarang pergilah, aku tidak ingin kau tinggal dengannya lagi. Aku akan menunggumu disini, jika kau tidak membiarkan aku masuk. Kemasi barang-barangmu dengan cepat, dan pergilah sejauh mungkin dari kehidupan Nichkhun. Aku akan terus mengawasimu, dan mengawasi Nichkhun. Jika kau berani mendekati dia lagi, aku tidak segan-segan melaksanakan ancamanku barusan. Arraso!" 

"Tiffanny sshi!" Udong berlutut di hadapan Tiffanny. "Beri saya waktu, saya tidak bisa pergi begitu saja. Saya tidak bisa meninggalkan Krissie begitu saja, dia akan manangis mencari saya." Udong memohon, sambil menangis.

"Tidak! Hapus airmata buayamu. Aku sudah tidak percaya lagi denganmu."

"Saya berjanji, saya berjanji. Saya akan pergi. Tapi setelah Nichkhun pulang dari rumah sakit, dan donor itu cocok untuknya. Setelah itu saya harus mencari orang untuk merawat Krissie." 

"Ck, bodoh! Donor itu aku yang mencarinya. Cocok atau tidak, itu tergantung padamu." ujar Tiffanny.

"M..mmmaksudmu?"

 

 

End of Flahsback.

 

Udong, bergerak perlahan, memindahkan lengan Nichkhun yang memeluknya. Dia harus kembali ke kamarnya sendiri. Dia tidak ingin tangisannya membangunkan Nichkhun lagi.

 

Sarapan pagi itu berlangsung dengan hening. Hari ini adalah hari dimana Nichkhun akan di operasi. Udong sangat gugup. Krissie sudah mandi dan rapi, sebentar lagi dia harus mengantar anak itu kesekolahnya, setelah itu dia harus mengantar Nichkhun ke rumah sakit. 

"Krissie cepatlah habiskan sarapanmu, kita akan terlambat, jika kau makan sepelan itu." seru Udong sambil membereskan sisa sarapannya dan sarapan Nichkhun.

"Aku juga harus mandi dan bersiap-siap. Aku ingin ketika kau pulang setelah mengantar Krissie kita langsung bisa pergi." kata Nichkhun kemudian dia bangkit dan berjalan kekamarnya.

"Udongie, setelah mengantar daddy, kau harus segera menjemput Krissie. Krissie tidak mau menunggu Udong seperti kemarin."

"Shhhtt, kita sudah sepakat jika hal itu tidak boleh daddy tahu. Kalau suaramu sekeras ini, bisa-bisa daddy mendengarnya." ujar Udong gugup. Udong mendekati Krissie dan berjangkok di samping kursi tempat Krissie duduk. Dia terlambat menjemput Krissie waktu itu, karena sibuk mengompres pipinya yang bengkak akibat di tampar Tiffanny. Dia tidak mau Krissie melihatnya dan bertanya-tanya. Walaupun Nichkhun tidak bisa melihat pipinya yang merah, dia takut Krissie akan memberitahu daddynya.

"Ups." Krissie terkikik. "Maaf."

"Hei, akukan sudah minta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya, jadi kau tidak perlu cemas, oke?"

"Oke!"

Udong tersenyum kecil. "Sekarang ayo kita pergi. Mana tasmu?" 

"Dikamar. Aku akan mengambilnya." Krissie berlari kekamarnya dengan cepat. Sedangkan Udong menunggunya di ruang tamu.

 

Di rumah sakit, Udong membantu Nichkhun memakai baju operasi, dia sedang mengikat tali-tali yang ada di punggung tuannya. Setelah selesai dia memeluk tubuh Nichkhun dari belakang.

Nichkhun terkekeh, dan membalikkan tubuhnya untuk membalas pelukan itu, dan dia merasa tubuh Udong sedikit gemetar. "Sayang, kita berpisah hanya sekitar delapan jam, tapi mengapa pelukanmu ini seolah-olah kita akan berpisah selamanya."

"Jangan berkata seperti itu! Walaupun hanya matamu yang di operasi, kemungkinan gagal juga pasti ada, aku hanya sedikit khawatir." ujar Udong sambil mengangkat kepalanya menatap wajah Nichkhun. 

"Aku sudah tidak sabar untuk melihatmu, setelah delapan jam, kemudian kita harus menunggu dua hari lagi untuk pemulihanku. Setelah itu aku bisa menatap wajahmu yang katanya jelek ini," Nichkhun meraba wajah Udong dengan jari-jemarinya.

 

"Nichkhun sshi, sudah waktunya anda masuk ruangan operasi." 

Seorang perawat masuk ke kamar Nichkhun dan merusak moment indah mereka. Udong memisahkan tubuhnya dan menjauh.

"Aku akan mengantarmu ke ruang operasi, setelah itu aku akan pulang untuk menjemput Krissie." Udong membantu Nichkhun berbaring di atas tempat tidur dorong.

"Kau akan kembali setelah menjemput Krissie?" Nichkhun memohon dan menggenggam tangan Udong dengan lembut.

'Pasti, aku dan Krissie akan menginap di sini, tapi aku harus membawa baju dan barang-barang kita dulu." 

"Baiklah. Pergilah dan kembalilah secepat mungkin.Tapi sebelum itu, kau harus memberikanku ciuman keberuntungan." pinta Nichkhun manja.

Udong tersenyum sedih dan mendekatkan wajahnya ke wajah Nichkhun kemudian menempelkan bibirnya ke bibir tuannya. Dengan cepat, Nichkhun menyambut bibir itu dan mengulumnya dengan mesra. 

Udong mendesah, air telah menggenang di matanya, tapi dia merapatkan matanya dengan kuat agar tidak jatuh ke wajah Nichkhun. Mungkin ini adalah ciuman terakhir mereka. Udong menikmati ciuman itu, menghisap jiwa Nichkhun untuk membuatnya bertahan, dan menghembuskan jiwanya sendiri ke dalam mulut tuannya. Karena setelah dia pergi meninggalkan orang ini, jiwanya tidak akan pernah utuh lagi.

"Saranghae." desah Nichkhun lembut sambil tersenyum kecil. Dia sebenarnya enggan meninggalkan bibir penuh madu itu, tapi dia mengerti, setelah semua, ini bibir itu akan menjadi miliknya, dan kapanpun bisa dia cium selama hidupnya.

"Nado, saranghae." balas Udong sama lembutnya, airmata telah membasahi pipinya. 

Kemudian Udong membantu mendorong tempat tidur tuannya ke ruang operasi yang memang agak jauh dari kamar itu. Selama perjalanan menuju ke ruang itu, tatapan Udong tidak pernah lepas dari wajah Nichkhun walaupun pandangannya telah mengabur. Dengan erat tangannya meremas tangan Nichkhun. Dari sudut matanya, dia bisa melihat Tiffanny yang sedang berdiri tak jauh dari lorong rumah sakit. Dia berdiri di pinggir koridor. Dari raut wajahnya Udong mengira jika Tiffanny mengkhawatirkan Nichkhun juga.

Setelah di depan pintu ruang operasi, dengan enggan Udong melepaskan genggaman tangannya.

"Saranghae!" kembali Nichkhun berseru sebelum pintu yang memisahkan mereka tertutup.

"Sarangahae....Saranghae, nado saranghae." Udong menempelkan kedua tangannya di pintu, sekarang dia menangis dengan keras, hingga dia terduduk di lantai.

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

"Harusnya Krissie tidak usah sekolah hari ini." kata Nichkhun sambil menikmati sarapan mereka di kantin rumah sakit.

Operasi yang di jalaninya berhasil dengan baik. Dokter terus memantau perkembangan kondisinya, apakah tubuhnya cocok dengan donor itu atau terjadi infeksi. Setelah dua hari, Dokter baru bisa meutuskan bahwa mata itu memang cocok untuknya,  asal Nichkhun meminum obatnya dengan teratur, infeksi itu bisa di cegah,

"Tak ada alasan baginya untuk tidak bersekolah, kan perbanmu siang nanti di bukanya, aku tidak ingin dia menghabiskan waktunya di rumah sakit ini dengan bermain-main."

"Terserah padamu saja. Kau kan ibunya." Nichkhun terkekeh setelah mengatakan itu. Udong juga tersenyum.

"Ayo Krissie, kita pergi." seru Udong.

Krissie mengangguk dan menghampiri Nichkhun. "I love you, daddy. Krissie sudah tidak sabar mnunggu daddy bisa melihat lagi. Biar daddy bisa melihat betapa cantiknya Krissie." ujar anak itu bercanda dan mencium pipi ayahnya dengan sayang.

"I love you too. Daddy juga tidak sabar untuk melihatmu dan Udong. Segeralah kembali, ok?"

"Oke." 

Setelah mengantar Nichkhun kekamarnya, Udong memeluk Nichkhun dan mencium pipinya dengan  cepat. 

"Setelah mengantar Krissie, aku akan kembali ke penthouse sebentar untuk bersih-bersih."

"Baiklah, hati-hati di jalan."

"Sampai jumpa. Nichkhun sshi."

 

Didepan sekolah Krissie, Udong memeluk tubuh itu dengan ketat.

"Udongie, jika kau tidak melepaskan pelukanmu, Krissie akan terlambat."

"Oh, maaf." Udong tersenyum. "Jadilah anak yang baik, oke?"

"Oke."

"Jaga daddymu dan rawatlah dia dengan baik, oke?"

"Oke. Tapi bukankah kau yang akan menjaga daddy dan merawatnya?" tanya Krissie bingung.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxjenaaaaya #1
Chapter 15: Lanjut dong?
Khun0430
#2
Chapter 15: Semoga ceritanya dilanjut ya thor, penasaran bnget sama cerita ini, banget bangeet
aisykahernand #3
Chapter 15: Please update. We're waiting for a long time
tcha0304 #4
Chapter 15: pls update author....
oryzae12 #5
Chapter 15: kapan updatenya?
cahyaAngAngel #6
Chapter 15: Finnaly . Khunwoo ?
hwootestjang #7
Chapter 15: Rindu pada ceritanya author... yeeeessa,, ketemukan mereka.. oh yeah
Amaliaambar
#8
Chapter 15: Aahh authornim diriku penasaran lanjutkaaan donggg pleaseee
Deahartika #9
Chapter 15: aahh.. penasaran bangett.. please update lagi ya authornim..
Kalel27
#10
Chapter 15: Waahh penasaran bgt..semoga cpt updatenya..