Chapter 7

Till death do us part
Please Subscribe to read the full chapter

 

Author mohon maaf yang sebesar-besarnya pada fans Woo baby karena telah membuatnya menderita pada fic ini. Author hanya ingin membuat sesuatu yang berbeda.

Mungkin banyak yang tidak mnyukai fic ini, tapi author akan berusaha untuk memperbaikinya pada fic lain.

Selamat membaca dan maaf jika banyak salah-salah kata.

 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Aku tersenyum jika kaupun tersenyum.

Aku tertawa jika kaupun tertawa.

Kau bahagia, maka aku juga akan bahagia.

Walau kita terpisah oleh jarak dan waktu, aku akan selalu ada di sampingmu.

Karena kau adalah belahan jiwaku.

 

 

 

"Bagaimana dengan baju yang ini?" tanya Tiffany dari ruang ganti.

Nichkhun yang sedang duduk didepan ruang ganti hanya melirik Tiffany. Sudah lebih dari selusin baju yang di coba olehnya.

"Bagus." jawab Nichkhun  masih sama dengan jawaban-jawaban yang sebelumnya, tapi wajahnya sekarang cemberut kesal.

"Tapi, yang ini menurutku masih biasa-biasa saja." kata Tiffany sambil mendecakkan lidahnya dan kembali memilih-milih baju yang ada di toko tersebut.

"Yah! Harus berapa potong baju lagi yang akan kau coba? Kita sudah lebih 2 jam disini dan kau belum juga menentukan baju yang akan kau pilih." teriak Nichkhin yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya. 

"Sampai jawabanmu lebih dari kata 'BAGUS'. Jika kau bosan menungguiku memilih baju, aku juga bosan mendengar jawabanmu, jadi aku hanya mengujimu sampai di mana kesabaranmu." kata Tiffany sambil tersenyum licik.

"Kau bermain saja sendiri, aku akan kembali ke kantor." Nichkhun beranjak dari kursi dan meninggalkan Tiffany.

"Tunggu! Lusa kau harus meluangkan waktumu. Kita akan mengadakan Pers Confrence untuk mengumumkan pertunangan kita." Teriakan Tiffany menghentikan langkah Nichkhun.

Nichkhun membalikkan tubuhnya dan kembali menatap Tiffany bingung. "Mwo? Apa maksudmu?"

"Pers Confrence, aku mengulanginya karena kau memang sudah tuli." Dan aku berharap, jika seorang wartawan bertanya denganmu, jawabanmu harus lebih dari satu suku kata." Jawab Tiffany.

"Mengapa kita harus mengadakan itu? Dan mengapa kau tidak memberitahuku dulu?"

"Kita harus, karena aku ingin memamerkan pertunangan kita dan aku juga ingin memberitahu mereka jika kau sudah menjadi milikku, agar mereka tidak berani mendekatimu lagi. Dan aku sengaja tidak memberitahumu karena kau pasti akan menolaknya." 

"Kau sudah gila!" Nichkhun berseru dan kembali meninggalkan Tiffany.

Nichkhun berjalan ke mobilnya yang terparkir di gedung parkir disebelah toko pakaian itu. Sebenarnya dia tidak ingin melanjutkan pertunangannya dengan Tiffany, tapi ketika ibunya kembali mengancam akan bunuh diri, akhirnya Nichkhun menyetujuinya. Apalagi ketika Wooyoung meninggalkannya pagi itu tanpa sepatah kata, ataupun selembar suratpun, yang membuatnya sangat marah dan benar-benar patah hati. Seharian, dia mengelilingi Busan dan keluar masuk hotel untuk mencarinya, tapi Wooyoung menghilang bagaikan asap yang tertiup angin.

Nichkhun hampir seratus kali mencoba menghubungi Wooyoung, tapi teleponnya tidak aktif, dan tidak pernah di angkat oleh Wooyoung. Mungkin dia masih dalam pesawat, sehingga teleponnya di matikan, pikir Nichkhun. Dia akhirnya kembali ke Seoul dan ibunya menangis memohon padanya untuk melanjutkan pertunangan itu. NIchkhun yang merasa sakit hati ditinggal Wooyoung serta ibunya yang selalu mengancam, dia hanya bisa mengangguk setuju.

Dan sekarang dia terjebak dengan rutinitas yang membosankan bersama Tiffany. Nichkhun harus mengantarkan kemanapun dia pergi untuk mempersiapkan pertunangan mereka. Dia sebenarnya muak dengan kegiatan tersebut, tapi setelah melihat ibunya tersenyum bahagia, akhirnya dia mau melakukan kegiatan tersebut walau dengan wajah cemberut. 

Nichkhun memutuskan untuk langsung pulang saja ke rumah, karena jika dia kembali kekantor sekarangpun percuma. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Biarlah Tiffany pulang menggunakan taxi  saja kata Nichkhun dalam hati. Nichkhun masuk kedalam mobil, dan langsung membawanya pulang kerumah.

 

                                                                                 ---------------------------------------------

 

Hidup Wooyoung sekarang hanya terdiri dengan tiga warna. Warna putih untuk seragam dokter dan dinding-dinding rumah sakit. Warna hijau untuk para perawat yang selalu berseliweran di koridor-koridor rumah sakit, dan warna pepohonan yang tumbuh di halaman dan di bukit belakang rumah sakit. Lalu warna biru untuk baju yang dia pakai atau pasien yang di rawat, dan juga warna langit, yang selalu cerah di atas sana. Dia juga hanya mempunyai dua rasa, yaitu rasa pahit obat yang harus dia minum 3 kali dalam satu hari dan rasa sakit ketika dia harus melakukan kemotherapi dan jarum suntik yang selalu menenbus kulitnya. 

Selebihnya Wooyoung hanya merasakan lemah  dan mati rasa pada tubuhnya. Rambutnya mulai rontok dan dia selalu menggunakan penutup kepala. Kulitnya menghitam karena efek radiasi yang di terimanya. Karena itu dia sering berjalan tertatih-tatih hanya untuk pergi ke rumah kaca dan bertemu dengan Chansung dan melihat tanaman yang tumbuh berwarna warni di dalamnya, setelah melakukan rutinitas yang menyakitinya tersebut.

Chansung temannya sekarang, jadi dia sering menemani Chansung bekerja di rumah kaca itu. Terkadang Chansung bekerja sendiri, tapi juga sering membawa beberapa temannya untuk membantunya bekerja. Ketika Chansung sendirian, dia jarang menemani Wooyoung mengobrol, dan Wooyoungpun hanya bisa melihatnya bekerja sambil mendengarkan musik lewat earphone. Terkadang dia tertidur di bangku, dan selalu di bangunkan oleh Chansung, karena dia hendak pulang. Tapi ketika Chansung membawa teman-temannya, dia selalu mengobrol dengan Wooyoung dan Chansung juga sering mengantarkan Wooyoung pulang ke kamarnya.

Seperti saat ini, Chansung menemani Wooyoung yang sedang asyik memperhatikan bunga tulip yang tumbuh cantik berwarna merah, kuning, putih dan jingga yang ada di dalam rumah kaca tersebut.

"Channie ah."

"Ehmm?"

"Jika aku meninggal, maukah kau menaruh bunga-bunga cantik ini di atas makamku?" pinta Wooyoung lembut. 

"Kau tidak akan meninggal Woo, akan ada pendonor untukmu." jawab Chansung sama lembutnya.

"Tapi, jika tidak ada, dan aku meninggal, maukah kau melakukannya?" 

"Tidak, tapi aku akan memberi tahu orang tuamu dan menyampaikan keinginanmu tersebut." 

"Ah, kau ini, katanya kau temanku. Bukankah sesama teman itu harus saling tolong menolong?"

"Kalau begitu, kau harus menolongku dulu Youngie?" 

"Memangnya kau mau minta tolong apa padaku?" jawab Woyoung balas bertanya.

"Tolong untuk sembuh dan tetap hidup. Aku ingin kau bisa melanjutkan hidupmu dan bersatu dengan orang yang kau cintai selama sisa hidupmu kemudian." pinta Chansung.

"Aku mungkin bisa sembuh Channie, tapi jika harus bersatu dengannya mungkin itu sangat sulit." kata Wooyoung sambil tersenyum sedih.

"Youngie, boleh aku bertanya?"

"Ne?"

"Seperti apa orang yang sangat kau cintai itu, sampai-sampai kau pergi meninggalkannya dan bersembunyi di sini?"

"Dia adalah seorang melaikat, aku tidak pantas untuknya. Dia harus bersama dengan seorang bidadari yang akan memberikannya kebahagiaan dan anak-anak." jawab Wooyoung sambil menghapus air matanya yang sempat jatuh ke pipinya.

"Tapi apakah dia bahagia dengan itu semua? Mungkin hanya bersama denganmu, dia bisa lebih bahagia." 

"Jika kami bersama, hanya kami yang merasakan kebahagian itu. Tapi jika dia menikah dan memiliki anak, semua keluarganya dan keluargaku juga ikut bahagia. Dan ketika keluarganya bahagia, akan menular padanya dan akhirnya diapun ikut menjadi bahagia." jawab Wooyoung.

Chansung menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan perkataan Wooyoung. "Kau ini aneh sekali Youngie." 

Wooyoung hanya tersenyum mendengar perkataan Chansung, lalu dia memetik beberapa bunga untuk di taruh di kamarnya.

Wooyoung berjalan kembali ke kamarnya, melewati ruang tunggu dan melihat berita itu di televisi yang ada di ruangan tersebut. Berita tentang pertunangan Nichkhun dan Tiffany yang akan dilaksanakan minggu depan. Pertunangan mewah dan ditunggu-tunggu oleh para teman bisnis keluarga mereka. Tiffany berkata dengan senyum bahagia di wajahnya ketika dia di interview oleh seorang host, jika dia sudah menunggu saat ini dan betapa bahagianya dia ketika Nichkhun melamarnya sebulan yang lalu. Dan dia juga berharap pesta pernikahannya akan diadakan dalam waktu dekat ini.

Wooyoung tahu, jika semua perkataan yeoja itu semuanya bohong. Dan dia memang merelakan Nichkhun bersama dengan orang lain, tapi ketika dia melihat dan mendengarnya melalui berita yang di siarkan ke seluruh penjuru Korea, dia benar-benar tidak siap.

Dia menjatuhkan seikat bunga yang dia petik dari rumah kaca, lalu memegang dadanya yang tiba-tiba sakit. Tubuhnya lemas, visinya mengabur, pandangannya menghitam. Dan akhirnya tubuhnya pun terhempas di antara bunga yang jatuh berserakan di lantai.

 

                                                                                     ----------------------------------------

 

Mungkin sudah sepuluh kali Chansung melihat pintu rumah kaca tersebut, berharap  Wooyoung membukanya untuk datang menemaninya. Tapi harapannya sia-sia. Dia medesah, sudah empat hari dia tidak melihat Wooyoung, dan dia terlalu sibuk untuk berkunjung ke kamarnya. Tapi sore ini, Chansung berniat pergi kekamar Wooyoung, dan membawakan beberapa tangkai bunga untuknya.

Chansung membuka pintu kamar Wooyoung sambil tersenyum.

"Youngie, kemana saja kau? Aku sangat merindukanmu." Teriaknya riang.

Tapi tidak di temukannya Wooyoung dikamar itu. Kamar itu kosong, tempat tidurnya sangat rapi. Chansung mencari keberadaan barang-barang Wooyoung di lemari dan di kamar mandi, tapi semuanya sudah kosong. Chansung buru-buru keluar dan pergi ke meja penjaga.

"Maaf, apakah Wooyoung yang ada di kamar 204 sudah pergi dari rumah sakit ini? Karena aku lihat kamarnya sudah kosong." tanya Chansung pada perawat yang sedang berjaga di sana.

"Maksudmu Jang Wooyoung?"

"Ne."

"Oh, dua hari yang lalu dia masuk ruang isolasi." jawab perawat tersebut.

"Mwo?" Mengapa dia masuk ke ruang itu?" tanya Chansung sangat kaget mendengar jawaban itu. Karena yang Chansung tahu, jika pasien sudah masuk kesana, tidak ada yang keluar hidup-hidup.

"Beberapa hari yang lalu dia pingsan di ruang tunggu, dan keadaannya terus menurun drastis. Karena dia tidak mempunyai keluarga, akhirnya dokter memutuskan untuk memasukkannya ke ruang isolasi."  jawab perawat itu. "Tapi apakah kau keluarganya?" tanya perawat itu pada Chansung.

"Aku temannya."

"Semua barang-barangnya sudah di bawa ke gudang, jika kau ingin menyimpannya, kau bisa mengambilnya kesana."

"Baiklah, terima kasih." Chansung berlari ke gudang untuk mengambil semua barang-barang Wooyoung.

 

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
CNBDania
#1
Chapter 12: Okay, sejujurnya awalnya gak mau baca cerita ini(agak risih dengan main couplenya, i'm not used with that kind of relationship). Tetapi jalan ceritanya benar-benar menghanyutkan, ide ceritanya benar-benar unik dan ditambah dengan gaya penceritaan yang luar biasa. Benar2 paket komplit dan aku puas membaca cerita ini. Dan yang paling utama, cerita ini benar2 berkesan dihati.
aririska #2
Chapter 12: Cerita ini terlalu sayang untuk ditinggalkan bahkan hanya untuk comment di chapter" sebelumnya ... #plaak
Cerita ini bener" sukses membuat air mata terus mengalir ,,, serasa seperti nonton film .... ^_^

saya benar" bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan khunyoung dalam setiap katanya ...
Begitu mudah untuk membayangkan bagaimana perasaan mereka ...

fic ini bener" 'daebak' authornim .... :D Jago banget bikin kata" yg menyayat hati ...
Hwaiting ... buat update cerita" lain yang lebih agst lagi yaa ....

ditunggu Cerita terbaru selanjutnya ... ^__^
ShinPM98
#3
Chapter 12: Love this story so much...you made me cry a lot <33 a sad ending but ended up as beautiful ending... Love KhunYoung...their love is so powerful! No ine can beat it~~~
pipikya #4
Chapter 12: perjuangan yang panjang dan berat buat khunyoung. tapi syukurlah mereka bisa bersatu kembali. keren thor. next fanficnya ditunggu ^^
pipikya #5
Chapter 3: aku udah ngira kalo kalo sheeren bakalan ngomong gitu ke wooyoung. poor wooyoung, sudah jatuh tertimpa tangga pula ;-;
pipikya #6
descriptionnya menarik~
jadi penasaran gimana jalan ceritanya :3
ReLif_53 #7
Chapter 12: Huhuu.. Aku terhura.. #plakk
ini keren thorrr..
Awalnya mau nangis pas bagian jiyoung ngmong ke khun.. Tapi pas baca kebawah eh udah end, gak jadi deh nangisnya.. Hehehehe...
Kerenn thoorr.. Love it..
2pm_4ever #8
Chapter 12: Akhirnya ky bersatu....!!!
Dan akhirnya tamat juga ceritanya....!!!

Thank U banyak buat author!!!