Chapter 11

Till death do us part
Please Subscribe to read the full chapter

 

Maaf telat update. Selamat membaca...

 

                                                                                                             -------------------------------------

 

Pernikahan itu di langsungkan di dalam gereja kecil di dekat lingkungan rumah mereka. Wooyoung berpegangan pada ayahnya ketika berjalan menuju kekasihnya yang telah menunggunya di depan altar dan di depan Pendeta.  Pernikahan itu hanya di hadiri oleh kedua keluarga mereka, Taecyeon dan Suzy, paman Hyukjin dan Chansung. Wooyoung sangat terkejut, atas kedatangan Chansung, yang di undang oleh Taecyeon. Dia memeluk sahabatnya itu dengan erat sambil menitikkan air mata. Wooyoung berterima kasih pada sahabatnya itu yang telah memberitahukan kondisinya pada keluarganya.

Wooyoung sebenarnya ingin pernikahannya menjadi pernikahan rahasia. Cukup dia dan Nichkhun saja di tambah dengan seorang pendeta dan paman Hyukjin sebagai saksi. Tapi ketika ibunya mendengar, jika dia dan Nichkhun ingin menikah, Ibunya menuntut untuk bisa hadir. Karena menurut ibunya hal ini merupakan kejadian penting yang harus di rayakan walaupun secara sederhana. Wooyoung, hanya bisa mengangguk setuju, dan hanya bisa diam, melihat keluarganya mempersiapkan pernikahannya dengan Nichkhun. 

Bagi Nichkhun semua ini hanyalah untuk memiliki Wooyoung seutuhnya, menyandang nama Horvejkhul di belakang namanya, hingga nanti terukir indah di atas nisan Wooyoung. Biar semua orang tahu jika membaca nisan itu, orang yang berbaring di bawah sana adalah miliknya dan orang yang sangat dia cintai. 

Suzy yang paling antusias. Dia bahkan memesan gaun pengantin untuk Wooyoung, dan bermaksud untuk mendandaninya seperti mereka kecil dulu. Tapi Wooyoung dan Nichkhun menolak dengan tegas ide itu. Nichkhun menolaknya karena tidak ingin Wooyoung memakai pakaian yang berat itu, dengan kondisinya saat ini. Sedangkan Wooyoung menolaknya tanpa mengajukan alasannya. Wooyoung dan Nichkhun hanya memakai setelan jas yang sederhana untuk pernikahan mereka.

Setelah upacara pernikahan itu selesai, mereka merayakannya secara sederhana dengan makan dan berdansa. Wooyoung dan Nichkhun berpamitan pada semua orang, karena Wooyoung merasa lelah dan ingin tidur-tiduran di tempat tidur.

Nichkhun membantu Wooyoung berganti pakaian dengan piyama yang nyaman, lalu membaringkannya di atas tempat tidur. Dia pun mengganti pakaiannya setelah membersihkan diri. Nichkhun menyusul berbaring di sebelah Wooyoung dan memeluk tubuhWooyoung dengan erat.

"Hyung, mengapa kau ikut berganti baju, kau seharusnya menemani mereka merayakan pernikahan kita." kata Wooyoung lemah.

"Untuk apa aku merayakannya sendiri, jika mempelai satunya berada di kamar." Nichkhun terkekeh. 

Wooyoung menatap wajah Nichkhun lekat, seakan ingin dia simpan dalam benaknya selamanya. Dia meraba wajah tampan itu dengan telapak tanganya perlahan, untuk mengingat teksturnya yang begitu sempurna. "Saranghae." bisiknya sambil memejamkan mata.

Nichkhun menarik kepala Wooyoung, dan mendekatkan bibirnya ke bibir Wooyoung. Lalu di lumatnya bibir itu, lembut, perlahan dengan penuh cinta. "Nado, saranghae." balas Nichkhun setelah bibir mereka terpisah.

Ciuman itu adalah ciuman pertama mereka setelah Wooyoung sakit. Wooyoung menarik leher Nichkhun agar mereka bisa kembali berciuman. Mereka tersenyum di antara ciuman-ciuman mereka, dan ciuman itu membangkitkan gairah Nichkhun. Dia bangkit berlutut dan membuka atasan piyamanya, lalu membuka piyama Wooyoung juga. Dia melepaskan selang kecil yang menepel di hidung Wooyoung, lalu kembali melumat bibir Wooyoung dengan bernafsu. Di rabanya tubuh Wooyoung perlahan, leher, pundak dan dada Wooyoung. Wooyoung mendesah dengan nafas yang berat, karena selang yang membantunya bernafas terlepas, tapi dia tidak mengeluh sedikitpun. Dia hanya ingin memberikan malam pengantin untuk Nichkhun yang sudah menjadi suaminya.

Nichkhun membaringkan tubuh Wooyoung di atas kasur, dengan bibir yang masih menempel di bibir Wooyoung. tangannya berusaha membuka celana Wooyoung dan langsung meraba juniornya. Wooyoung mendesis, antara sakit dan nikmat menjadi satu. Nafasnya tersengal-sengal, dan pendek-pendek. Tubuhnya bergetar dengan keras, kenyataan kondisinya yang sedang sakit dan keinginananya untuk menyenangkan suaminya tidak bisa selaras. Dia mengalami kesulitan bernafas, tapi dia tidak ingin menghentikan pebuatan Nichkhun. Dia benar-benar tidak peduli jika dia bisa mati, asalkan dia bisa membahagiakan Nichkhun.

Nichkhun akhirnya menyadari tubuh Wooyoung yang bergetar, di lepaskannya ciuman dan tangannya yang meraba junior Wooyoung, dan langsung menatap wajah pucat di bawahnya dengan khawatir. Cepat-cepat di pasangkan kembali selang di hidung Wooyoung dan langsung mendudukkan Wooyoung.

"Baby, kau tidak apa-apa? Bernafaslah pelan-pelan.." Nichkhun sekarang sangat panik, melihat Wooyoung yang kesulitan bernafas, dia mendudukkan tubuh Wooyoung dan dielusnya punggung Wooyoung perlahan untuk memudahkannya bernafas. 

Wooyoung bergerak- gerak gelisah, wajahnya sekarang sudah membiru, seakan semua cairan dalam tubuhnya menghilang. 

"Mianhae, mianhae." kata Nichkhun tanpa berhenti, memeluk Wooyoung dan menyesali perbuatannya. Dia lupa dengan kesehatan Wooyoung, dan terlalu mementingkan gairahnya. 

Setelah beberapa saat, Wooyoung berhenti bergerak-gerak, tapi nafasnya masih tersengal-sengal. Dia membaringkan tubuhnya ke tempat tidur, menatap mata Nichkhun dengan pandangan menyesal. Lalu tanpa sadar diapun menangis.

"Sssht. Sssht. Tidak apa-apa, kau baik-baik saja. Kau pasti bisa.....kau pasti bisa......mianhae.....mianhae. Aku lupa dengan kondisimu." Nichkhun benar-benar menyesal,  menarik selimut untuk menutupi tubuh Wooyoung dan tubuhnya sendiri. 

"Padahal ini adalah malam pengantin kita, tapi aku merusaknya." kata Wooyoung pelan terbata-bata sambil terisak.

"Shstt. Nanti setelah kau sembuh kita akan melakukannya, ok?"

"Hyung, kau pasti tahu, jika aku tidak bisa sembuh. Seandainya kau menikah dengan orang lain, kau pasti bisa menjalani malam pengantinmu dengan baik dan sempurna." katanya masih dengan isakan kecil.

"Aku tidak ingin menikah dengan orang lain Youngie. Bagiku malam pengantin kita sudah kita lakukan sewaktu di pondok dulu." kata Nichkhun lembut sambil mengelus punggung Wooyoung.

Wooyoung sudah berhenti menangis, nafasnya pun sudah berhembus normal. Elusan tangan Nichkhun di punggungnya begitu menenangkan, dan membuatnya tertidur. 

Nichkhun bangkit dari tempat tidur dan langsung pergi kekamar mandi. Dia ingin mandi dengan air dingin untuk meredam gairahnya yang tadi sempat membumbung tinggi. Dibawah shower yang di atur kencang, Nichkhun menangis keras. Dia menyesal telah membahayakan nyawa Wooyoung, hanya karena tidak bisa menahan libidonya.

 

                                                                                                 -------------------------------------------

 

Mereka akhirnya kembali ke pondok, Wooyoung yang menginginkannya. Wooyoung sangat suka dengan laut, jadi dia ingin menghabiskan waktunya dengan memandangi lautan. Wooyoung pernah mengajukan keinginannya pada Nichkhun, jika dia meninggal nanti, dia ingin abunya di taburkan di laut. Tapi dengan tegas Nichkhun menolak ide itu. Nichkhun ingin Wooyoung di kubur di tempat yang indah, yang sewaktu-waktu bisa dia kunjungi, dan jika dia meninggal dunia nanti, dia juga ingin dikuburkan dalam satu lubang dengan Wooyoung.

Kondisi Wooyoung sudah begitu parah, di hanya bisa berbaring di atas tempat tidur. Orang tuanya sudah beberapa hari menginap di pondok. Nichkhun tak pernah sedetikpun meninggalkan Wooyoung. Dia berbaring dan membawa Wooyoung bersandar ke dadanya. Ketika dia butuh kekamar mandi, ibu mertuanyalah yang menjaga Wooyoung sambil menggenggam tangan Wooyoung. Seorang perawat di sewa untuk memantau kesehatannya, dan selalu siap siaga dalam kamar itu ketika siang hari. Tapi jika malam Nichkhun hanya ingin dia sendiri yang menjaga Wooyoung. 

Malam itu dengan berbisik di telinga NIchkhun, dia meminta Nichkhun agar membawanya ke luar untuk melihat pemandangan laut malam. Bulan sedang bulat sempurna malam itu dan langitpun bersih tanpa awan. Cuaca yang benar-benar bagus untuk menghabiskan malam di luar ruangan. Nichkhun membawa sebuah kursi dan membawanya di tepi pantai. Dia duduk di kursi tersebut sedangkan Wooyoung duduk di atas pangkuannya. Nichkhun memeluk tubuh Wooyoung erat. Entah mengapa, malam ini dia merasakan sakit didadanya, seakan ada sesuatu yang akan terjadi dan membuatnya sedih.

"Hyung, boleh aku bertanya sesuatu?" kata Wooyoung lemah.

"Ya?"

"Aku ingin tahu, jika aku meninggal, apa yang akan kau lakukan pertama kali?" 

"Ehmm, mungkin aku akan meminta pada ayahmu untuk menguburkanku bersama jasadmu." jawab Nichkhun yang membuat Wooyoung terkejut.

"Hyung, kau tidak boleh berkata seperti itu, bukankah kau sudah berjanji padaku untuk melanjutkan hidupmu?" 

Nichkhun tersenyum, melihat reaksi Wooyoung yang dia harapkan. "Aku hanya bercanda." jawab Nichkhun dan mengetatkan pelukannya. 

Wooyoung tersenyum mendengar jawaban Nichkhun. "Hyung, gumawo." bisiknya.

"Untuk apa?"

"Terima kasih kau telah hadir di kehidupanku yang singkat ini, terima kasih kau telah mencintai aku, terima kasih kau telah memberiku kebahagiaan. Aku minta maaf, jika aku membuatmu menderita, maafkan aku karena aku begitu mencintaimu, dan cinta itu membuatmu menderita." lanjut Wooyoung dengan nafas tersengal-sengal.

"Sssht. Kau tidak boleh berkata seperti itu. Kata siapa aku menderita menci

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
CNBDania
#1
Chapter 12: Okay, sejujurnya awalnya gak mau baca cerita ini(agak risih dengan main couplenya, i'm not used with that kind of relationship). Tetapi jalan ceritanya benar-benar menghanyutkan, ide ceritanya benar-benar unik dan ditambah dengan gaya penceritaan yang luar biasa. Benar2 paket komplit dan aku puas membaca cerita ini. Dan yang paling utama, cerita ini benar2 berkesan dihati.
aririska #2
Chapter 12: Cerita ini terlalu sayang untuk ditinggalkan bahkan hanya untuk comment di chapter" sebelumnya ... #plaak
Cerita ini bener" sukses membuat air mata terus mengalir ,,, serasa seperti nonton film .... ^_^

saya benar" bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan khunyoung dalam setiap katanya ...
Begitu mudah untuk membayangkan bagaimana perasaan mereka ...

fic ini bener" 'daebak' authornim .... :D Jago banget bikin kata" yg menyayat hati ...
Hwaiting ... buat update cerita" lain yang lebih agst lagi yaa ....

ditunggu Cerita terbaru selanjutnya ... ^__^
ShinPM98
#3
Chapter 12: Love this story so much...you made me cry a lot <33 a sad ending but ended up as beautiful ending... Love KhunYoung...their love is so powerful! No ine can beat it~~~
pipikya #4
Chapter 12: perjuangan yang panjang dan berat buat khunyoung. tapi syukurlah mereka bisa bersatu kembali. keren thor. next fanficnya ditunggu ^^
pipikya #5
Chapter 3: aku udah ngira kalo kalo sheeren bakalan ngomong gitu ke wooyoung. poor wooyoung, sudah jatuh tertimpa tangga pula ;-;
pipikya #6
descriptionnya menarik~
jadi penasaran gimana jalan ceritanya :3
ReLif_53 #7
Chapter 12: Huhuu.. Aku terhura.. #plakk
ini keren thorrr..
Awalnya mau nangis pas bagian jiyoung ngmong ke khun.. Tapi pas baca kebawah eh udah end, gak jadi deh nangisnya.. Hehehehe...
Kerenn thoorr.. Love it..
2pm_4ever #8
Chapter 12: Akhirnya ky bersatu....!!!
Dan akhirnya tamat juga ceritanya....!!!

Thank U banyak buat author!!!