Chapter 12

Till death do us part
Please Subscribe to read the full chapter

 

Hai readers, maaf telah  lama meninggalkan fic ini, sekarang author persembahkan episode terakhir. Semoga kalian menyukainya, dan mohon maaf banyak salah-salah kata.

 

                                                                                 ----------------------------------------------

 

Tubuh tuanya berjalan gontai, ke pemakaman yang telah menjadi rumah kedua baginya. Dia berhenti di depan batu nisan yang terawat rapi dan indah. Dia membuang bunga yang telah layu yang ada di atas batu nisan itu ke tempat sampah yang tidak begitu jauh. Lalu menggantinya dengan bunga yang dia bawa. Di tepisnya kotoran yang ada di atas nisan, sambil meniupkan nafasnya untuk membersihkan debu yang ada di atas nisan itu. Kemudian dia duduk di depan makam.

"Yeobo, aku merindukanmu." katanya lemah. Air matanya jatuh di pipinya yang keriput. "Sudah 50 tahun kita berpisah, apa kau juga merindukanku?" ujarnya pelan.

Nichkhun mengelus batu nisan itu perlahan, dan tersenyum lembut. "Tapi, mengapa aku merasa sebentar lagi kita akan bertemu yeobo? Beberapa hari ini aku sering bermimpi tentang dirimu."

Nichkhun menarik nafas dalam. Dia menikmati sejuknya udara di pemakaman itu, hampir tiap hari selama satu atau dua jam dia menghabiskan waktunya di tempat ini, dan dia tidak pernah merasa bosan. Dia menghirup udara dengan menarik nafas panjang. Hari ini sebenarnya dia ingin menghabiskan waktu di sana. Tapi sekarang dia harus pulang, mungkin anak-anaknya sedang menunggunya dan sedikit cemas, karena tidak menemukan ayah mereka  di kamarnya. 

Dia berdiri, dan membersihkan celananya, yang kotor dari debu yang menempel. "Yeobo, aku pulang dulu ne, besok aku akan ke sini lagi."

Nichkhun berjalan meninggalkan pemakaman, dia harus segera kembali ke kamarnya, tubuhnya terasa lemah, sudah beberapa hari ini dia merasa tidak enak badan.

 

Nichkhun membuka kamarnya perlahan, dan melihat anaknya di dalam kamar, dia sedang berjalan mondar-mandir dengan raut wajah khawatir.

"Bummie, kapan kau datang?" sapanya lembut.

"Dad, darimana saja? Aku sangat cemas. Aku tadi menelpon Mark dan bertanya padanya apakah kau pulang ke rumah, karena kau menghilang dari rumah sakit ini." Jae bum mendekati ayahnya dan menggandeng tangannya, lalu membantunya berbaring ke tempat tidur.

"Daddy tadi pergi ke makam appamu. Daddy sangat merindukannya."

"Mengapa daddy tidak menelponku, aku bisa menemanimu pergi kesana."

"Daddy, hanya ingin pergi sendirian ke sana, daddy hanya ingin berdua saja dengan appamu." jawab Nichkhun sambil tersenyum lembut.

Jae bum tersenyum mendengar jawaban ayahnya, dia membantu ayahnya berganti baju. Diapun membersihkan tubuh ayahnya dengan kain halus, yang dia basahi dengan  air hangat. 

"Kemana Jin Young? Daddy, tidak melihatnya selama 2 hari." Nichkhun bertanya tentang cucu tersayangnya. Jin young adalah putra bungsu Jae bum, dan dia mirip  sekali dengan kakeknya, Wooyoung.

"Dia tadi ada seminar di kampusnya, jadi dia sedikit sibuk. Apa daddy ingin bertemu dengannya? Aku akan menelponnya untuk mampir, jika dia selesai dengan urusannya?"

"Jangan! Daddy tidak ingin menganggunya."

"Baiklah, sekarang daddy harus istirahat, malam ini aku akan menginap."

"Jika kau menginap di sini, siapa yang menemani istrimu? Daddy sudah ada yang menjaga, kau tidak perlu tidur di sini." kata Nichkhun lemah.

"Dia yang menyuruhku untuk menemanimu, jadi daddy tidak bisa menolaknya. Lagian, aku juga ingin menemani daddy." kata Jae bum lembut. 

Dia telah selesai membersihkan tubuh ayahnya, lalu dia membantu ayahnya memakai pakaian rumah sakit dan membantu ayahnya berbaring.

"Bummie!" panggil Nichkhun lemah.

"Ya, dad?"

"Daddy ingin pulang ke pondok. Daddy ingin menghabiskan sisa hidup daddy di sana." pinta Nichkhun lembut.

"Dad! Tapi daddy sedang sakit, jika daddy ingin tinggal di sana daddy harus sembuh dulu." kata Jae bum tak kalah lembut.

"Daddy sudah lama meninggalkan pondok itu, dan daddy ingin bertemu dengan appamu."

Sudah hampir satu tahun ini dia tinggal bersama Jae bum di rumahnya yang berada di kota Busan. Karena kesehatannya terus menurun, Jae bum tidak ingin ayahnya tinggal sendirian di pondok itu. Rumah Jaebum tidak jauh dari rumah Mark, adiknya yang seorang Dokter, jadi kadang-kadang Mark datang kerumahnya untuk memeriksa kesehatan ayah mereka. Tapi beberapa hari yang lalu, ayah mereka terkena serangan jantung, dan terjatuh di kamar mandi. Jae bum dan Mark sangat panik dan segera melarikan ayahnya ke rumah sakit. Mereka sempat ketakutan mengira ayahnya akan pergi meninggalkan mereka, beruntung beberapa jam kemudian ayahnya itu siuman dan kembali sehat, walaupun tubuhnya masih lemah.

Dan pondok itu menyimpan kenangan ayahnya yang telah lama meninggal sebelum Jae bum di lahirkan, tapi apakah ayahnya masih merasakan kehadiran ayahnya  yang lain di pondok itu?

"Aku akan bertanya pada Mark, apakah daddy bisa pulang atau tidak ke pondok itu. Sekarang daddy harus beristirahat, ok." 

Nichkhun menganggukkan kepalanya dan memejamkan mata. Tapi dia tidak bisa tidur, pikirannya menerawang ke masa dia memeluk dan menggendong Jae bum untuk pertama kalinya.

 

                                                                                            ---------------------------------------------

 

 

Tubuh Jae bum waktu itu, masih sangat kecil, berbaring di dalam kotak incubator, karena kelahirannya yang begitu cepat. Dokter Kim mengatakan padanya bahwa mereka hampir saja kehilangan Jae bum, tapi mereka juga heran dengan semangat hidup yang di miliki Jae bum. Kesehatannya perlahan tapi pasti, membaik dan perkembangan tubuhnyapun sangat pesat. Setelah satu bulan di rawat dan berada di kotak incubator, Jaebum akhirnya sehat dan Nichkhun pun bisa membawanya pulang.

Nichkhun menangis terharu, ketika Dokter Kim menyerahkan tubuh mungil itu padanya, di peluknya Jae bum dengan kasih sayang, lalu segera membawanya pulang. Nichkhun memberi tahu orang tuanya dan kedua mertunya tentang keberadaan Jae bum, dan mereka segera datang untuk melihat cucu mereka. Ibu mertuanya menangis setelah melihat Jae bum, karena dia tidak mengira bisa mendapatkan cucu dari almarhum anaknya, sedangkan ayah mertuanya hanya bisa menitikkan air mata.

Nichkhun merawat Jae bum dengan bantuan istri paman Hyuk jin. Dan setiap minggu, orang tuanya dan mertuanya, bahkan Taecyeon dan Suzy datang berkunjung dengan membawa anak mereka.  

Pada hari-hari tertentu, Nichkhun melihat Wooyoung. Duduk di sudut ruangan dan memperhatikannya dirinya yang sedang merawat Jae bum. Dia mengenakan kemeja putih, seperti waktu itu, Awalnya Nichkhun sempat ketakutan, tapi ketika Wooyoung tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan, agar dia tidak perlu takut dengan kemunculannya. Nichkhunpun jadi terbiasa. Tapi Nichkhun tidak ingin memberitahu siapapun, tentang kemunculan Wooyoung, dia tidak ingin membuat orang lain menjadi takut. Mungkin dia ingin menepati janji, bahwa sebagian dirinya akan hidup, walaupun setengahnya sudah meninggal.

"Yeobo, kau datang untuk melihat anak kita?" tanya Nichkhun. Lalu di bawanya Jae bum mendekati Wooyoung. Nichkhun melihat tangan Wooyoung yang transparan itu membelai pipi anaknya dengan lembut. Nichkhun mendengar Wooyoung menyanyikan sebuah lagu, hanya sebentar, dan itupun sayup-sayup menyatu bersama angin.

"Kau mau menggendongnya?" tanya Nichkhun untuk menguji Wooyoung apakah tubuh itu nyata atau tidak.

Wooyoung mengangguk, tapi sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya. Nichkhun tersenyum melihat reaksi Wooyoung, dan Wooyoungpun membalas senyumannya.

Wooyoung akan muncul pada hari-hari tertentu. Jika keluarganya datang, dia tidak akan muncul. Setelah mereka pulang dia akan kembali muncul duduk di sudut yang sama, tanpa mengatakan apapun. Hanya mimik wajahnya saja yang dapat Nichkhun baca. Jika anaknya menangis atau sakit, dia akan menitikkan air mata seperti kristal yang mengalir kepipinya, tapi jika anaknya sehat, dia akan tersenyum. Hal itu juga akan berlaku untuk Nichkhun, Wooyoung akan bersedih, jika Nichkhun bersedih, dan akan tersenyum jika Nichkhun juga tersenyum.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
CNBDania
#1
Chapter 12: Okay, sejujurnya awalnya gak mau baca cerita ini(agak risih dengan main couplenya, i'm not used with that kind of relationship). Tetapi jalan ceritanya benar-benar menghanyutkan, ide ceritanya benar-benar unik dan ditambah dengan gaya penceritaan yang luar biasa. Benar2 paket komplit dan aku puas membaca cerita ini. Dan yang paling utama, cerita ini benar2 berkesan dihati.
aririska #2
Chapter 12: Cerita ini terlalu sayang untuk ditinggalkan bahkan hanya untuk comment di chapter" sebelumnya ... #plaak
Cerita ini bener" sukses membuat air mata terus mengalir ,,, serasa seperti nonton film .... ^_^

saya benar" bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan khunyoung dalam setiap katanya ...
Begitu mudah untuk membayangkan bagaimana perasaan mereka ...

fic ini bener" 'daebak' authornim .... :D Jago banget bikin kata" yg menyayat hati ...
Hwaiting ... buat update cerita" lain yang lebih agst lagi yaa ....

ditunggu Cerita terbaru selanjutnya ... ^__^
ShinPM98
#3
Chapter 12: Love this story so much...you made me cry a lot <33 a sad ending but ended up as beautiful ending... Love KhunYoung...their love is so powerful! No ine can beat it~~~
pipikya #4
Chapter 12: perjuangan yang panjang dan berat buat khunyoung. tapi syukurlah mereka bisa bersatu kembali. keren thor. next fanficnya ditunggu ^^
pipikya #5
Chapter 3: aku udah ngira kalo kalo sheeren bakalan ngomong gitu ke wooyoung. poor wooyoung, sudah jatuh tertimpa tangga pula ;-;
pipikya #6
descriptionnya menarik~
jadi penasaran gimana jalan ceritanya :3
ReLif_53 #7
Chapter 12: Huhuu.. Aku terhura.. #plakk
ini keren thorrr..
Awalnya mau nangis pas bagian jiyoung ngmong ke khun.. Tapi pas baca kebawah eh udah end, gak jadi deh nangisnya.. Hehehehe...
Kerenn thoorr.. Love it..
2pm_4ever #8
Chapter 12: Akhirnya ky bersatu....!!!
Dan akhirnya tamat juga ceritanya....!!!

Thank U banyak buat author!!!