Chapter 6

Till death do us part
Please Subscribe to read the full chapter

 

Up date cepat, dan moga readers menyukainya. 

Selamat membaca, dan maaf jika typos berhamburan....

 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

 

Setiap langkah kepergianku di iringi dengan tetesan air mata, yang jatuh ke tanah. Lama-kelamaan akhirnya membentuk aliran sungai, dan bermuara ke lautan. Tapi percayalah cintaku padamu lebih besar dari lautan, bahkan melebihi alam semesta. 

 

 

Nichkhun P.O.V

 

 

"Hyung."

"Aish, apalagi Youngie?"

"Bercintalah denganku." Wooyoung berbisik lembut di telingaku.

Saking kagetnya, aku menjatuhkan tubuhnya yang ada di punggungku, ke pasir.

"Yah! Kalau kau tidak mau, kau cukup menolaknya dengan berkata tidak tanpa harus menyakitiku bukan?" Wooyoung berteriak sambil melihatku dengan marah. Dia berdiri sambil menepuk-nepuk pantatnya yang kotor dan pergi meninggalkan aku. Aku masih tercengang dengan perkataannya dan hanya bisa mematung, belum sadar dengan maksud perkataannya.

Tapi detik berikutnya aku mengejarnya dan menarik tangannya menuju pondok. Siapa yang tidak ingin bercinta dengan orang yang begitu dia cintai? Aku akan tunjukkan padanya betapa aku menginginkan tubuhnya dan aku sudah menunggu lama saat-saat seperti ini. 

Aku menyeretnya dan berjalan dengan cepat,  tanganku sedikit gemetar dan basah karena keringat. Aku membuka pintu dengan kasar, dan manarik tangannya masuk ke dalam pondok. Setelah kami di dalam aku mengunci pintu dan menatap matanya lekat. Serentak kami bergerak dan mendekatkan tubuh kami dan aku menciumnya dengan kuat dan menimbulkan suara nyaring yang memenuhi kamar. Aku mendorong tubuhnya ke dinding kamar dan  membuka bajunya satu persatu. Tangannya sibuk membuka jaket dan melepaskan kancing-kancing kemejaku, dan aku merobek kaos yang dipakainya dengan tidak sabar. Lalu kami berjuang melepaskan celana jeans yang kami pakai. Setelah tubuhnya telanjang, dan memperlihatkan kulit putih susunya, aku manariknya dari dinding dan mendorongnya menuju kasur. Aku merebahkan tubuhnya di atas kasur, dan mengangkat tubuhnya agar berbaring ketengah kasur. Wooyoung meraba pundak, dada dan otot perutku, aku menggigil senang dan mengerang ketika lidahnya menjilati kedua putingku bergantian.

Aku mangangkat kepalanya dari dadaku dan kembali mencium bibirnya dengan kuat. Kami mengerang bersamaan ketika aku menggesekkan kedua junior kami yang mulai mengeras, dengan bergerak naik turun di tubuhnya. Ciumanku pindah dari bibir menuju dagu dan rahangnya, lalu turun ke lehernya yang jenjang dan putih susu, aku menghisap kulitnya dan dengan cepat kulit susu itu berubah keunguan. Aku tersenyum dan mengulangi hisapan di tempat lain. Aku ingin tanda cinta ini ada di sekujur tubuhnya, biar dunia tahu jika dia sudah menjadi milikku seutuhnya. Aku mencium, menghisap dan menggigit leher, pundak dan dadanya dan dengan cepat tanda keunguan itu ada di mana-mana.

Aku ingat, aku tidak mempunyai lube atau lotion apapun, dan aku tidak ingin menyakitinya lebih ketika ini pertama kali baginya, Aku meludahkan air liurku ke tanganku untuk melumuri juniorku dan mempersiapkan holenya. Aku menatap wajahnya meminta ijin untuk persiapan, dan setelah aku melihat dia mengangggukkan kepala, aku memasukkan jariku satu-persatu kedalam holenya. Terdengar erangan dari mulutnya yang membuatku tidak sabar untuk berada dalam tubuhnya, lalu aku mengeluarkan jari-jariku dan melebarkan kedua kakinya. Aku memposisikan diri di depan holenya dan memasukkan juniorku perlahan. Wooyoung menjerit kesakitan ketika juniorku sudah masuk setengah bagian. Aku sangat khawatir karena telah menyakitinya, dan menghentikan gerakanku sebentar, untuk memberinya rasa nyaman dengan ukuran juniorku. 

Dan dia menggelengkan kepalanya menandakan dia tidak apa-apa lalu dia menyuruhku untuk melanjutkan gerakanku. Aku bergerak dengan sangat perlahan, takut menyakitinya. Tubuhku naik turun dan aku mengerang ketika juniorku masuk dengan sempurna ke dalam holenya. "Faster!" bisiknya dengan suara yang terdengar begitu seksi di telingaku. Dan dengan senang hati aku menuruti kemauannya karena aku sudah di selimuti oleh nafsu. Aku tersenyum lembut, mempercepat gerakanku, dan semakin menambah kecepatan ketika aku merasakan getaran pada tubuhnya karena klimaxnya sebentar lagi datang.

"Saranghae!" Aku berkata dan menatap matanya.

"Saranghae!"

"Saranghae!"

Aku kembali mengatakannya sesuai dengan hentakan tubuhku ke tubuhnya. Karena aku takut jika dia tidak mendengar.

"Saranghae!"

Aku merasakan air mataku menetes. Aku benar-benar mencintainya dan tidak ingin berpisah dengannya.

Tatapan mata kami terkunci, dia menciumi tubuhku, lalu menarik leherku dengan kedua tangannya untuk mencium bibirku dengan keras, sepertinya dia ingin membungkam suaraku.

Aku merasakan holenya mengetat dan menghisap juniorku dan aku akan klimax sebentar lagi. Aku melihatnya menyentuh tubuhnya sendiri dan memerasnya sesuai dengan gerakkanku.

"Aahhhh...!" Aku mendengar teriakannya dan merasakan spermanya tumpah di perutku, akupun menyusulnya dengan klimax di dalam tubuhnya. Aku menjatuhkan tubuhku yang berkeringat ke atas dadanya untuk menata kembali nafasku yang memburu, dan setelah stabil, aku mencium bibirnya kembali. Sambil memindahkan tubuhku dari atas tubuhnya dan membawanya ke dalam pelukanku. Aku mengelus punggung mulusnya dengan lembut. 

Aku teringat sesuatu, lalu meraih sebuah kotak di atas meja di sebelahku. Aku membuka tutupnya dan melihat sepasang cincin yang aku beli dulu di Amerika. Cincin yang semalam aku pandangi, dan sempat berniat untuk membuangnya ke tengah laut.

"Youngie?"

"Ya?"

"Aku ingin memberikanmu sesuatu, dan aku ingin kau memakainya ketika kau jauh dariku." Aku meraih tangannya dan memasangkan cincin yang bertuliskan namaku ke jari manisnya. "Dan aku akan memakai cincin yang bertuliskan namamu di jariku, aku akan memakainya biarpun aku akan bertunangan dengan orang lain. Karena kaulah tunangan dan mempelaiku yang pertama." Aku berkata dengan lembut dan mencium punggung tangannya dengan mesra.

"Hyung, cantik sekali." Wooyoung memandangi cincin yang ada di jarinya. 

"Aku mencintaimu." Aku mencium keningnya dengan lembut. 

Dia hanya menganggukkan kepalanya dan merapatkan tubuhnya ke tubuhku.

"Ayo, sekarang kita mandi?" Aku mengangkat tubuhnya dengan gaya pengantin dan membawanya masuk kekamar mandi. 

Kami mandi di bawah shower dengan air hangat, tapi ketika melihat tubuhnya yang putih mulus dan tanda ke unguan yang menyebar di leher, pundak dan dadanya, juniorku kembali mengeras. Aku mengangkat tubuhnya dan menempelkannya ke dinding kamar mandi dan langsung memasuki tubuhnya lagi. Aku melingkarkan kedua kakinya ke pinggangku dan aku bergerak di dalam tubuhnya cepat dan keras. Dan ketika klimax kami datang bersamaan, dia meneriakkan namaku dengan sangat kencang.

Setelah kami  mandi, aku mengeringkan tubuhnya dan tubuhku sendiri. Lalu aku membawanya ke tempat tidur. Aku melarangnya untuk memakai baju, dan hanya menutupi tubuhnya dan tubuhku dengan selimut. Kami hanya berbaring diam menikmati kebersamaan kami.

Ketika malam tiba, aku meminta tolong pada penjaga pondok umtuk membelikan makan malam untukku dan untuk Youngie. Kami makan di atas tempat tidur, dan setelahnya kami kembali bercinta. Kali ini lebih  lama dan lembut, lalu kami pun tertidur sambil berpelukan.  

 

End of POV.

 

                                                                           ------------------------------------------

 

Wooyoung P.O.V

 

Aku terbangun, dan merasakan sakit di sekujur tubuhku, terutama holeku yang seakan terbakar. Hari masih gelap di luar dan waktu menunjukkan pukul empat pagi pada jam di atas meja. Aku memindahkan tangan Khun hyung yang memeluk tubuhku dengan lembut, agar dia tidak terbangun. Untunglah juniornya sudah keluar dari dalam tubuhku sehingga aku bisa pergi dengan mudah. Aku bangkit dari tempat tidur dengan perlahan, lalu memunguti semua pakaianku dan memakainya. Aku teringat dengan kaos yang robek, dan aku mencari kemeja Khun hyung untuk aku pakai lalu menutupinya dengan jaket.

Setelah aku berpakaian dan memakai sepatuku, aku mendekati Khun hyung yang masih tidur nyenyak. Aku pandangi wajah malaikatnya yang tidur dengan indah berlama-lama agar terpatri di benakku selamanya. Aku mendekatkan bibirku ke wajahnya dan mencium keningnya dengan lembut. 

"Mianhae, Khun hyung. Aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu." Bisikku di telinganya dengan lembut.

Lalu aku keluar dari kamar tersebut. Sebelum aku menutup pintu, aku menoleh kearahnya lagi dan melihatnya masih tertidur dengan nyenyak.

"Selamat tinggal Khun hyung, selamat tinggal untuk selamanya. Semoga kau nanti bahagia dengan tunanganmu. Dan aku berharap dia bisa membuatmu melupakanku. Melupakan seorang Jang Wooyoung, namja yang sangat mencintaimu. Dan aku tidak pernah menyesal mencintaimu walaupun aku menderita, karena mencintaimu adalah kesalahan terindah dalam hidupku."

Aku meneteskan air mataku dan tersenyum kecil, menutup pintu kamar, lalu pergi dari pondok itu selekas mungkin. Aku takut Khun hyung bangun dan mengejarku. Aku sengaja meninggalkannya seperti ini, karena jika aku terbangun di pagi hari dan masih dalam pelukannya, aku takut, aku akan memberitahukan segalanya, tentang sakitku dan tentang aku yang sekarat.

Aku  bergegas kembali ke hotel. Sesampainya aku di kamarku, aku segera berkemas. Aku menelpon resepsionis untuk mencarikan aku taxi. Setelah aku membereskan semua barang-barangku aku menunggu sebentar di lobi hotel, sebelum taxi yang akan membawaku datang. Dan ketika taxi itu datang, aku cepat-cepat masuk.

Aku menyebutkan tujuanku pada sopir taxi, dan segera taxi itu pergi meninggalkan hotel. Aku menangis tersedu-sedu di dalam taxi sambil sesekali menoleh kebalakang, berharap seseorang mengejarku dan menghentikan kepergianku. Tapi setelah hotel dan kota Busan jauh di belakang dan sudah tidak terlihat lagi, aku sadar jika harapanku itu hanya sia-sia. Aku berhenti menoleh dan menghapus air mataku yang membasahi wajahku dengan tissue. 

Aku sadar, mulai sekarang aku akan hidup sendirian.                                                       

 

 

Aku mendengar samar-samar suara sopir taxi yang membangunkan aku dan memberitahuku jika aku sudah sampai di tempat yang aku tuju. Aku segera keluar dari taxi dan membayar, lalu aku masuk ke dalam rumah sakit tersebut. Aku langsung pergi ke meja resepsionis untuk registrasi dan membayar tagihan. Setelah menunggu beberapa waktu di ruang tunggu, seorang perawat pria datang menghampiri dan membawaku ke kamar yang akan aku tempati.  

Sesampainya aku di kamar, perawat itu memberikan sepasang pakaian rumah sakit berwarna biru untuk

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
CNBDania
#1
Chapter 12: Okay, sejujurnya awalnya gak mau baca cerita ini(agak risih dengan main couplenya, i'm not used with that kind of relationship). Tetapi jalan ceritanya benar-benar menghanyutkan, ide ceritanya benar-benar unik dan ditambah dengan gaya penceritaan yang luar biasa. Benar2 paket komplit dan aku puas membaca cerita ini. Dan yang paling utama, cerita ini benar2 berkesan dihati.
aririska #2
Chapter 12: Cerita ini terlalu sayang untuk ditinggalkan bahkan hanya untuk comment di chapter" sebelumnya ... #plaak
Cerita ini bener" sukses membuat air mata terus mengalir ,,, serasa seperti nonton film .... ^_^

saya benar" bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan khunyoung dalam setiap katanya ...
Begitu mudah untuk membayangkan bagaimana perasaan mereka ...

fic ini bener" 'daebak' authornim .... :D Jago banget bikin kata" yg menyayat hati ...
Hwaiting ... buat update cerita" lain yang lebih agst lagi yaa ....

ditunggu Cerita terbaru selanjutnya ... ^__^
ShinPM98
#3
Chapter 12: Love this story so much...you made me cry a lot <33 a sad ending but ended up as beautiful ending... Love KhunYoung...their love is so powerful! No ine can beat it~~~
pipikya #4
Chapter 12: perjuangan yang panjang dan berat buat khunyoung. tapi syukurlah mereka bisa bersatu kembali. keren thor. next fanficnya ditunggu ^^
pipikya #5
Chapter 3: aku udah ngira kalo kalo sheeren bakalan ngomong gitu ke wooyoung. poor wooyoung, sudah jatuh tertimpa tangga pula ;-;
pipikya #6
descriptionnya menarik~
jadi penasaran gimana jalan ceritanya :3
ReLif_53 #7
Chapter 12: Huhuu.. Aku terhura.. #plakk
ini keren thorrr..
Awalnya mau nangis pas bagian jiyoung ngmong ke khun.. Tapi pas baca kebawah eh udah end, gak jadi deh nangisnya.. Hehehehe...
Kerenn thoorr.. Love it..
2pm_4ever #8
Chapter 12: Akhirnya ky bersatu....!!!
Dan akhirnya tamat juga ceritanya....!!!

Thank U banyak buat author!!!