Chapter 2

Till death do us part
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

Author sebenarnya ingin menambahkan angst pada tag di fic ini, tapi karena takut tidak bisa mendapatkan feelnya, jadi author membatalkannya. Biarlah readers sendiri yang memutuskan jika fic ini termasuk angst fic atau tidak, dan termasuk sad fic atau tidak.

Selamat menikmati, dan maaf jika typos berhamburan...

 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Flashback.

 

Wooyoung, empat tahun.

"Hyung.....hyung!" Wooyoung menerobos masuk ke kamar hyungnya dengan membawa pistol air hampir sebesar tubuhnya, yang baru kemarin di belikan ayahnya.

"Ada apaYoungie?" tanya hyungnya yang sedang sibuk belajar tanpa menoleh.

"Hyung ayo kita main, ayah membelikan aku pistol baru. Ayo kita main perang-perangan." ajak Wooyoung.

"Hyung sibuk,  sana main dengan Suzy saja." kata hyungnya masih cuek.

"Tapi hyung aku ingin bermain denganmu, kalau main dengan Suzy, dia pasti tidak mau. Dia pasti mengajakku main rumah-rumahan." rengek Wooyoung.

"Kalau begitu, main dengan Nichkhun saja." kata hyungnya lagi.

Wooyoung diam, dan mematung. Masih memandangi punggung hyungnya, berharap hyungnya berubah pikiran dan mau bermain dengannya. Tapi setelah ditunggunya beberapa saat, hyungnya tetap sibuk belajar dan tidak pernah menoleh ke arahnya. Wooyoung menyerah dan pergi keluar kamar kakaknya sambil menyeret pistol airnya tersebut ke rumah sebelah.

Wooyoung masuk lewat dapur, dia melihat aunti Shereen sedang mengatur makan  siang bersama seorang pelayan. Tidak seperti ummanya yang selalu sibuk bekerja, aunti Shereen selalu ada di rumah. Wooyoung mendekati auntinya dan menarik-narik bajunya.

"Aunti, Khun hyung mana?" tanyanya cutely.

"Oh, Youngie, kau mencari Nichkhun?" tanya balik auntinya sambil berjongkok di hadapan Wooyoung dan tersenyum lembut. "Dia sedang bemain di halaman, sana pergi mencarinya. Wah kau punya mainan baru ya? bagus sekali." 

Wooyoung mengangguk, lalu tanpa berkata-kata dia pergi meninggalkan auntinya dan berlari menuju halaman depan.

Di halaman, Wooyoung melihat Nichkhun sedang bermain sepak bola sendirian. Wooyoing menghampiri Nichkhun.

"Khun hyung!" teriaknya.

"Youngie, ada apa?" Nichkhun menghentikan permainannya.

"Khun hyung ayo kita main perang-perangan!" ajak Wooyoung.

"Aku tidak punya pistol seperti milikmu Youngie. Dan punyaku yang lama sudah rusak." kata Nichkhun. "Kita main bola saja. yuk." ajak Nichkhun dan kembali memainkan bolanya.

Wooyoung yang sedikit kecewa karena tidak bisa bermain dengan pistol air barunya hanya bisa menganggukkan kepala, dan menaruh pistolnya di tanah lalu mengikuti Nichkhun.

Akhirnya mereka bermain bola, sebenarnya Nichkhun yang bermain bola, sedangkan Wooyoung berlari kasana kemari mengejar bola yang di tendang oleh Nichkhun. Nichkhun tertawa-tawa melihat Wooyoung yang berkeringat mengejar bola. Nichkhun mencoba menendang lebih keras, dan bola tersebut hanya melewati Wooyoung, bergulir keluar pagar dan melewati jalan, lalu masuk ke dalam saluran air.

Nichkhun mengejar bola, keluar pagar dan masuk ke dalam saluran air yang sedikit lebih lebar. Tapi ada sesuatu yang menarik di dalam air, sehingga dia melupakan bolanya.

"Hyung..!" Wooyoung berteriak dari balik pagar memanggil Nichkhun, karena di lihatnya Nichkhun begitu asyik memandangi sesuatu.

"Youngie, ayo kesini. Banyak ikan-ikan kecil di dalam air."

Wooyoung berlari menghampiri Nichkhun, dan mengikuti Nichkhun masuk ke dalam air. Tapi karena tidak seimbang atau memang dasarnya licin, Wooyoung terpeleset dan jatuh berdebum dengan dadanya membentur dasar. 

Nichkhun menoleh dan terkejut mendengar tangisan Wooyoung. Diangkatnya Wooyoung dari dalam air dan di bantunya Wooyoung keluar dari saluran air tersebut. Baju bagian depan Wooyoung basah kuyup dan kotor, lututnya sedikit mengeluarkan darah.

"Youngie, gwaenchana?" tanya Nichkhun sedikit panik.

"Kakiku sakit hyung." Wooyoung berkata sambil terisak.

"Ayo kita pulang, naiklah ke punggungku, aku akan menggendongmu." ajak Nichkhun dan menyodorkan punggungnya pada Wooyoung.

Wooyoung menaiki punggung Nichkhun dan melingkarkan tangannya pada Nichkhun. Lalu Nichkhun membawanya pulang. "Youngie, mianhae." bisik Nichkhun lembut. Menyesal karena dia telah menyebabkan Wooyoung terluka.

Ibunya yang mendengar tangisan Wooyoung berlari ke halaman dan mendekati mereka.

"Khun, apa yang kau lakukan pada Youngie?" tanyanya setelah melihat Wooyoung basah kuyup dan terluka.

"Kami ingin mengambil bola yang jatuh ke dalam air mom, dan Youngie jatuh ke dalam air," Nichkhun mencoba menjelaskan pada ibunnya.

Ibunya mengambil tubuh Wooyoung yang masih dalam gendongan Nichkhun, lalu di gendongnya tubuh Wooyoung lalu masuk kedalam rumah. 

"Cup sayang, aunti akan membersihkan tubuhmu, lalu setelah itu kita makan, ne." kata auntinya dengan sayang karena Wooyoung masih menangis dalam pelukannya. Wooyoung hanya bisa mengangguk dan memeluk leher auntinya erat. Aunti Shereen memang menyayangi Wooyoung, karena sejak dari kecil auntinyalah yang banyak merawatnya seperti anaknya sendiri.

Setelah Wooyoung dimandikan dan lukanya di obati, Wooyoung di beri makan bersama Nichkhun dan Suzy. Lalu aunti Shereen membawa Wooyoung ke kamar Nichkhun untuk menidurkannya. Nichkhun menyusul dan membaringkan tubuhnya di sebelah Wooyoung dan dia pun ikut tertidur.

 

End of Flashback.

 

                                                                                   ----------------------------------------

 

Wooyoung mengerjapkan matanya, bingung dengan keadaan dirinya yang terbangun di ruang klinik kampusnya. Ruangan yang sekarang menjadi begitu familiar baginya.

"Akhirnya, kau bangun juga." Dokter Lee menyapanya dengan senyum lembut.

"Dokter, sudah berapa lama aku pingsan?" tanya Wooyoung sanbil memegang kepalanya karena sedikit pusing.

"Hampir empat jam. Dan kau telah menunda kepulanganku lagi."

"Mian." kata Wooyoung dan mencoba untuk bangkit.

"Kau masih tidak mendengarkan omonganku. Bukankah aku menyuruhmu untuk pergi ke rumah sakit untuk menanyakan penyakitmu. Sudah berapa kali kau pingsan semenjak kau masuk kuliah, dan itu hanya enam bulan yang lalu." kata Dokter Lee

"Dokter tidak usah khawatir, paling aku sedang anemia." kata Wooyoung sambil memakai sepatunya.

"Kau tidak boleh menyepelekan penyakitmu. Kau tahukan klinik kampus tidak memiliki lap dan obat-obatannya terbatas, jika di rumah sakit kau pasti akan di periksa dengan teliti dan akan tahu apa penyakitmu." 

"Aish, dokter cerewet sekali sih, ibuku sendiri saja tidak cerewet seperti dokter." jawab Wooyoung cuek.

"Karena ibumu tidak tahu tentang keadaannyamu, coba saja kalau dia tahu." kata dokter Lee lirih.

"Andwae, ibuku tidak boleh tahu, Dok. Dia sudah cukup sibuk dengang pekerjaannnya. Aku tidak mau merepotkannya lagi. Dokter harus berjanji tidak boleh memberitahukan keadaanku ini dengan siapapun juga." ancam Wooyoung.

"Baiklah, tapi kau juga harus berjanji untuk pergi kerumah sakit, arasseo!"

"Ara, tapi nanti setelah hyungku menikah. Sekarang aku sibuk membantu persiapan pernikahannya." kata Wooyoung sambil berjalan melintasi ruangan menuju pintu. Tapi sebelum dia keluar dari ruangan klinik tersebut, dia menoleh. "Dokter, terima kasih." katanya sambil tersenyum lalu meninggalkan Dokter Lee yang masih memandangi kepergiannya.

Wooyoung membuka tasnya dan mengambil ponselnya. Ada beberapa panggilan pada ponselnya dan itu semua dari Khun hyung. Mungkin dia ingin menjemputnya. 

"Yeoboseyo. Hyung kau di mana? Aku sudah pulang sekarang kau bisa menjemputku. Ne, hyung." jawab Wooyoung setelah Nichkhun menyuruhnya menunggunya.

Wooyoung berjalan ke halte depan kampusnya menunggu Nichkhun. Wooyoung merasakan cairan yang mengalir dari hidungnya lalu menyeka dengan tissue. Wooyoung melihat sedikit darah pada tissue tersebut, lalu cepat-cepat dibuangnya tissue tersebut ke dalam tempat sampah yang ada di halte tersebut. 

Tidak lama berselang dia melihat sebuah mobil berhenti di depan halte dan kaca pintu mobil tersebut terbuka.

"Youngie, ayo cepat masuk." kata Nichkhun sambil menjulurkan kepalanya keluar jendela. 

Wooyoung berjalan memutar lalu masuk ke dalam mobil.

"Kau kemana saja, aku tadi sudah datang ke kampusmu dan menelponmu, tapi kau tidak menjawabnya. Lalu aku kembali lagi." kata Nichkhun sedikit cemberut, setelah Wooyoung duduk dengan sempurna dan sudah memakai sabuk pengamannya.

"Aku tadi di perpustakaan hyung, lalu aku tertidur karena sangat mengantuk." jawab Wooyoung berbohong.

"Padahal aku ingin mengajakmu pergi kesuatu tempat, tapi aku mendapat panggilan dari ibuku. Kita harus secepatnya pulang untuk makan malam." 

"Ne hyung, mianhae." kata Wooyoung lembut.

  

 

                                                                               --------------------------------------------

 

Mereka sampai ke rumah dam melihat keluarga mereka sedang sibuk menyiapkan makan malam. Makan malam kali ini di adakan di rumah Nichkhun. 

"Akhirnya kalian pulang juga." kata Suzy cemberut.

"Mian, aku tadi tertidur di perpustakaan." kata Wooyoung meredam kemarahan Suzy.

"Ayo, sekarang cuci tangan kalian, kita akan makan sekarang." kata aunti Shereen

Mereka makan bersama dengan canda tawa, sambil merencanaka acara pernikahan Taecyeon dan Suzy yang akan di laksanakan besok. Suzy terlihat begitu bahagia dan pandangannya tidak lepas pada Taecyeon. Taecyeonpun sangat bahagia, terkadang di genggamnya tangan Suzy dengan mesra yang membuat Nichkhun sedikit iri. 

"Taecyeon, Suzy, apakah kalian sudah memutuskan untuk berbulan madu  ke mana?" tanya paman Jang pada pasangan yang sangat berbahagia tersebut.

Taecyeon dan Suzy tersenyum bersama sebelum mereka menjawab.

"Kami memutuskan untuk berbulan madu ke Jepang saja, appa. Kami tidak ingin pergi terlalu jauh dan terlalu lama. Suzy kan juga masih harus kuliah dan aku masih harus bekerja. 

"Hyung, kau ini ter

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
CNBDania
#1
Chapter 12: Okay, sejujurnya awalnya gak mau baca cerita ini(agak risih dengan main couplenya, i'm not used with that kind of relationship). Tetapi jalan ceritanya benar-benar menghanyutkan, ide ceritanya benar-benar unik dan ditambah dengan gaya penceritaan yang luar biasa. Benar2 paket komplit dan aku puas membaca cerita ini. Dan yang paling utama, cerita ini benar2 berkesan dihati.
aririska #2
Chapter 12: Cerita ini terlalu sayang untuk ditinggalkan bahkan hanya untuk comment di chapter" sebelumnya ... #plaak
Cerita ini bener" sukses membuat air mata terus mengalir ,,, serasa seperti nonton film .... ^_^

saya benar" bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan khunyoung dalam setiap katanya ...
Begitu mudah untuk membayangkan bagaimana perasaan mereka ...

fic ini bener" 'daebak' authornim .... :D Jago banget bikin kata" yg menyayat hati ...
Hwaiting ... buat update cerita" lain yang lebih agst lagi yaa ....

ditunggu Cerita terbaru selanjutnya ... ^__^
ShinPM98
#3
Chapter 12: Love this story so much...you made me cry a lot <33 a sad ending but ended up as beautiful ending... Love KhunYoung...their love is so powerful! No ine can beat it~~~
pipikya #4
Chapter 12: perjuangan yang panjang dan berat buat khunyoung. tapi syukurlah mereka bisa bersatu kembali. keren thor. next fanficnya ditunggu ^^
pipikya #5
Chapter 3: aku udah ngira kalo kalo sheeren bakalan ngomong gitu ke wooyoung. poor wooyoung, sudah jatuh tertimpa tangga pula ;-;
pipikya #6
descriptionnya menarik~
jadi penasaran gimana jalan ceritanya :3
ReLif_53 #7
Chapter 12: Huhuu.. Aku terhura.. #plakk
ini keren thorrr..
Awalnya mau nangis pas bagian jiyoung ngmong ke khun.. Tapi pas baca kebawah eh udah end, gak jadi deh nangisnya.. Hehehehe...
Kerenn thoorr.. Love it..
2pm_4ever #8
Chapter 12: Akhirnya ky bersatu....!!!
Dan akhirnya tamat juga ceritanya....!!!

Thank U banyak buat author!!!