Decision

When it all crashes (Indonesia Ver)

Junho tidak membangunkan Soeun untuk giliran jaga kedua. Dia terjaga sepanjang malam, dan hanya bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan.

 

Apakah mereka harus diam dan menunggu bantuan menemukan mereka atau mencoba keluar. Dia cukup yakin kalau Wooyoung tidak akan sadar dan berjalan untuk berminggu-minggu atau bulan.

 

Mereka bisa bergantian menggendong dia tapi bagaimana baik itu untuk dia? Jika mereka bergerak menjauh dari pesawat dan kotak hitam, akankan mereka berjalan menjauhi bantuan?

 

Junho merasa sangat bingung, tapi satu hal yang dia yakini, yaitu, mereka harus segera menemukan makanan. Mereka tidak akan bertahan selama 3 hari tanpa itu, dan Wooyoung akan meninggal pertama karena hal itu.

 

Pikiran itu menakutkannya. Dan gambaran orang yang berteriak menuju kematiannya muncul di benaknya.

 

Gambaran tubuh yang terbakar, tubuh yang terbelah dua atau tidak berlengan, tidak berkepala, muncul di benaknya. Dia pun mulai muntah dengan brutal untuk beberapa waktu sebelum ia mengontrol perutnya yang kosong.

 

Dia terengah-engah dan mengelap keringat dari alisnya dan melihat ke bawah ke lima tubuh yang tertidur. Dia satu jam sekali  untuk mengecek Wooyoung yang terlihat stabil untuk saat itu.

 

Junho sangat senang jamnya masih berfungsi, jadi dia masih bisa menentukan waktu. Dia merenggangkan otot nya dan melihat ke langit yang mulai cerah.

 

Pagi mulai menjelang tetapi dia melihat langit dipenuhi awan badai. Dia turun dari pohon dan membangunkan Soeun.

 

“Soeun.. Soeun..”

 

“Hmm? Junho? Ada apa?” Tanya seoun dengan masih mngentuk dan melihat mata gelap Junho. Apa yang dia lihat menakutkannya. Mata junho dipenuhi dengan ketakutan.

 

“Aku akan mencari makanan, kau berjaga-jaga oke?” Kata Junho. Soeun mengangguk dan melihat Junho turun dari pohon, dan masuk ke hutan. Dia menggekengkan kepalanya, tentu saja dia takut, pikirnya, itu semua alami. Dia melihat ke langit.

 

Langit sudah mulai cerah, berarti Junho bergadang semalaman. Dia mendesah dan berdiri, merenggangkan tubuhnya yang kaku, dan pergi untuk melihat Wooyoung.

 

Wooyoung berbalik dalam sentuhannya, matanya mulai terbuka, “Hmm?”

 

“Hey Wooyoung, bagaimana perasaan mu? “ Tanya Soeun.

 

“Lelah, sakit.” Kata Wooyoung, “Kau siapa?”

 

“Dia perempuan yang menyelamatkan mu.” Balas Chansung dengan ngantuk, sambil bergerak bangun.

 

“Aku Soeun. Kau harus istirahat sebanyak mungkin. Tapi saat ini, kau harus memberitahu aku dengan jelas dimana kau sakit, dimana tidak, dan bagaimana rasa sakitnya. Banyak detil. Aku tahu kau lelah, tapi ini harus dilakukan.”

 

“Ok..” Jawab Wooyoung.

 

Setelah beberapa menit, Soeun mendesah dan berkata, “Ok, beristrahatlah..” Dengan Wooyoung yang mulai tidak sadarkan diri.

 

Chansung meihat Soeun dan bertanya, “Bagaimana?”

 

“Sepertinya ada infeksi dan mungkin karena ada serpihan besi di dalam luka, aku menyadarinya ketika aku menjahitnya, aku mencoba mencabut sebanyak mungkin , tapi hanya itu yang dapat kulakukan. Coba usahakan agar dia tidak bergerak terlalu banyak karena serpihan besi bisa merobek organ, dan infeksinya juga akan menyebar jika kita tidak menolong dia secepat mungkin. Itu tidak buruk, namun dengan berjalannya waktu, pasti infeksinya makin memburuk.”

 

Chansung mendesah dengan berat dan melihat kebawah ke anak laki-laki yang rapuh di tangannya dan menarik anak tersebut mendekatinya. “Kemana Junho?” Tanyanya sambil melilhat sekeliling.

 

“Pergi mencari makanan.” Balas Soeun. Chansung mengangguk dan menutup matanya, menyenderkan kepalanya ke batang pohon.

 

Soeun berdiri dan mengecek Nichkhun, Taecyeon, dan Jun.K , mereka masih tertidur dan bersender satu sama lain. Mereka tidak terlihat akan jatuh dari pohon, jadi dia membiarkan mereka dan memanjat ke tempat Junho duduk.

 


 

Junho menuruni pohon setelah memberi tahu Soeun dia akan pergi mencari makanan. Itu setengah benar dan setengahnya lagi dia ingin sendirian, menemukan tempat dimana yang lain tidak bisa menemukannya.

 

Dia mencari apa saja yang menurutnya layak. Dan dia menemukan pohon apricot, dan melihat bahwa buahnya sudah matang.

 

Dia merobek bajunya lebih banyak untuk membuat kantung dan ia memasukkan apricot dengan jumlah cukup untuk sehari.

 

Dia akan selalu kembali dan mengambil lebih banyak, meskipun tidak tersisa banyak. Dia mengikatkan kantung tersebut di pinggangnya, dan melanjutkan jalan kedepan.

 

Dia tidak tahu dan tidak peduli sudah berapa lama dia berjalan, akhirnya, dia terduduk dan menangis. Dia berteriak dan menangis meraung-raung, gambaran pesawat yang jatuh terulang kembali di pikirannya seperti pemutar kaset rusak.

 

Dia berpikir mungkin dia akan jadi gila, dia mengigit bibir bawahnya sampai berdarah, dia menjilat luka itu. Akhhirnya dia mulai tenang, terengah-engah, dengan air mata masih membasahi pipinya dengan tidak terkontrol.

 

Dia mengambil napas panjang beberapa kali dan memutuskan untuk kembali ke teman-temannya. Dia mendekati pohon, dengan kantung buahnya, dan melihat Taecyeon turun dari pohon.

 

“Hey Junho, menemukan sesuatu?” Tanya Taecyeon.

 

“Sebenarnya, iya, buah apricot.” Balas Junho.

 

Mereka memanjat pohon bersama dan berjalan ke tempat teman-teman mereka duduk dan mengobrol dengan perlahan agar tidak membangunkan Wooyoung yang berada di lengan Chansung.

 

“Menemukan makanan?” Tanya Soeun pada Junho.

 

“Buah, apricot” Jawab Junho.

 

Soeun tersenyum, “Oh, baguslah, apricot baik untuk perut, jadi kekurangan nutrisi yang kita miliki bisa kita dapatkan, ini akan sangat membantu. Aku membuat air terjun kecil di sana tadi.”

 

Dia menunjuk ke air hujan yang mengalir turun dari daun, di atas ranting dari pohon, dia harus bergerak untuk menangkapnya atau airnya akan masuk ke lubang penuh daun yang sudah digali.

 

“Aku melapisi dasar lubang dengan daun, jadi tanah nya tidak akan tercampur, saat itu sudah beres, kita bisa meminumnya, namun sekarang, kita perlu menangkapnya.” Kata Soeun.

 

Junho terlihat terkagum, “Cerdas.”

 

Lalu dia memberikan buah pada mereka semua yang mereka makan dengan senang. Chansung membangunkan Wooyoung untuk membantunya makan, tetapi dia tidak makan lebih dari beberapa gigit.

 

“Wooyoung, kau harus makan.” Kata Chansung.

 

“Aku tidak bisa.. aku berasa mual.“ Kata Wooyoung.

 

“Kau harus mencobanya, kau akan merasa lebih buruk jika kau tidak makan. Satu saja.” Kata Soeun. Wooyoung mencibir dengan sakit tapi dia memakan buah tersebut, terlihat lebih sakit dari sebelumnya.

 

Junho juga memainkan buahnya, merasa sedikit sakit pada perutnya juga.

 

“Nuneo?” Tanya Nichkhun. 

 

“Hmm?” Balasnya.

 

“Tidak,, tidak apa-apa.” Balas Nichkhun.

 

Jun.K berkata, “Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang? Diam? Atau pergi?”

 

“Kita sudah aman sekarang, kita punya tempat beteduh, kita menemukan makanan, juga air.” Kata Taecyeon.

 

“Tapi untuk berapa lama? Tidak akan selamanya hujan, dan juga aku hanya menemukan satu pohon apricot.” Kata Junho.

 

“Sekarang Wooyoung tidak boleh kita gerakkan, tapi jika dia tidak dibawa ke rumah sakit..” Balas Soeun sambil mengangkat bahunya.

 

“Aku akan baik –baik saja.” Balas Wooyoung dengan suara yang pecah.

 

“Kurasa kita sebaiknya tinggal dulu untuk beberapa saat, dan jika tidak ada yang menemukan kita, kita pergi.” Balas Nichkhun.

 

Soeun mengangguk, “Tidak terdengar buruk, kita bisa beristirahat, mengumpulkan makanan, juga mencari cara untuk menyimpan air. Tapi kita tidak bisa terlalu lama berada di sini. Kita tidak tahu dimana kotak hitam nya, itu bisa ada ber mil-mil dari sini, siapa yang tahu ketinggian kita saat pesawatnya meledak.”

 

“Pesawatnya meledak?” Tanya Jun.K, “Kupikir itu jatuh.”

 

“Beberapa pecahannya jatuh, tetapi petir menyambar pesawat , itu yang benar-benar menyebabkan pesawatnya hancur.”

 

“Apa?” Tanya Nichkhun.

 

“Aku pikir tu terjadi saat yang lain pingsan dan mengira kita jatuh.“ Kata Soeun.

 

“Kau tidak pingsan?” Tanya Junho, terkejut karena bukan hanya dia yang tidak pingsan.

 

Soeun menggeleng dan memucat, “Tidak.. Ayo, jangan bicarakan hal ini. Pokoknya, kotak hitamnya bisa ada dimana saja, kita tidak tahu. Kita harus berasumsi, bahwa bantuan ada diluar sana, sedang mencari.”

 

“Tapi dimana kita?” Tanya Wooyoung.

 

“China.” Jawab Soeun.

 

“Apa??” Kata 6 suara.

 

“Kalian tidak dengar pengumuman kapten? Katanya, ada badai di Jepang, jadi kita terbang melewati China.”

 

“Kita pasti sedang tidur.” Kata Chansung, yang lain mengangguk.

 

“Menurutku ide Nichkhun yang terbaik.” Kata Taecyeon.

 

Yang lain setuju dan mulai membicarakan siapa yang harus mengerjakan apa.

___________________________________________________________________________________________________

Yayyy! Chap 5!

Enjoy!

Xoxo

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Acgoo1999
Hei~~ Arthur acgoo disini.. Update author yang pertama di 2014 dalam proses nee.. Sabar semua!!

Comments

You must be logged in to comment
Uyounggie
#1
Chapter 14: Lanjuttt... di ff nie. G ada kisah cintax yaa ??
LUCIVER #2
Chapter 14: Lanjutttttttt
LUCIVER #3
Chapter 12: Ditunggu apdatannya ya thorr
soalnya ceritanya kerennn
TikaChan
#4
Chapter 8: Menegangkan, apa yang akan terjadi sama mereka selanjutnya? Nuneo akhirnya tumbang juga
LenkaChakhi
#5
Chapter 7: Aku takut hiks ;-( woo oppa bertahanlah .
LenkaChakhi
#6
Chapter 6: Aku deg degan bcanya ;-(
LenkaChakhi
#7
Chapter 5: Kasian ;-( apakah nuneo trauma ?