The airplane

When it all crashes (Indonesia Ver)

Taecyeon, Jun K, Nichkhun dan Chasung berada di salah satu sudut bandara. Tidak ada satu pun fans yang mengetahui keberadaan mereka disana, sehingga untuk pertama kalinya mereka benar-benar sendirian.

Tidak, faktanya mereka telah meninggalkan tiga teman mereka dan mereka harus masuk kedalam pesawat.

Mereka harus mengunjungi psikiater setiap hari sejak mereka tiba di rumah sakit dan diberikan obat anti-depresi, juga obat tidur.

Sang psikiater mengatakan pada manajer mereka bahwa akan sangat sulit untuk anak-anak naik pesawat lagi dan hal terbaik yang harus dilakukan adalah beristirahat dan tinggal di Cina selama beberapa waktu, mengingat bahwa menyetir bukanlah pilihan berdasarkan fakta bahwa mereka tidak mungkin menyetir sampai Korea Selatan.

Tapi sang manajer menolak saran agar anak-anak tetap berada di Cina, tidak dengan konferensi pers dan wawancara yang harus dilakukan terkait kecelakaan pesawat.

Sang psikiater berargumen dengan manajer mereka bahwa memaksa mereka menaiki pesawat dapat membahayakan mereka terutama setelah trauma yang mereka alami. Namun sang manajer tidak mengindahkan.

Anak-anak mengetahui argumen tersebut, karena Chansung 'tidak sengaja' mendengar seluruh percakapan setelah sesinya dengan psikiater.

Tapi mereka setuju untuk kembali ke Korea karena mereka merasa bertanggung jawab kepada para fans, dan karena mereka tahu mereka akan segera berada di pesawat apapun yang terjadi.

Meskipun mereka tidak senang dengan hal itu, mereka mengerti, karena itu mereka memaksakan diri mereka untuk bergerak maju melewati bandara, mendekati pesawat yang menakutkan.

Chansung mendekatkan dirinya pada Taecyeon, yang merangkulnya untuk meyakinkan. Sebenarnya mereka memiliki pesawat mereka sendiri, yang disewakan JYP Entertainment untuk perjalanan, sehingga mereka bisa bepergian dengan nyaman.

Mereka tiba di gerbang mereka dan melihat kearah terowongan menuju pintu pesawat, dimana ketiganya berhenti, melihat kedalam melalui pintu pesawat.

Manajer mereka berdiri tepat dibelakang mereka, terbatuk memberi isyarat. Namun mereka tidak mengindahkannya. Faktanya Jun K mengambil sedikit langkah mundur. Mereka berempat mencoba menggerakkan kaki mereka untuk maju namun ketakutan menjalari diri mereka.

Sang manajer kembali meyakinkan mereka, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Para staf memberikan masing-masing dari mereka sebotol air mineral.

Nichkhun melihat kearah botol lalu kearah sang manajer, ia tahu apa yang ada di dalamnya. Dan ia sudah membuka segel botol tersebut dan meminum setengah air tersebut.

"Taecyeon, Jun K, Chansung, minumlah airnya." Nichkhun memerintah teman-temannya.

Taecyeon mengangguk dan meminum airnya. Jun K dan Chansung mengikutinya dengan tangan gemetar.

Segera saja keempat dari mereka berada pada keadaan setengah sadar sehingga para staf menarik mereka kedalam pesawat dan menempatkan mereka di tempat duduk masing-masing. Mereka tertidur sebelum pesawat lepas landas.

Seoun duduk disebelah tempat tidur Wooyoung, mengelap keringat di alisnya. Sejak semalam, demam Wooyoung cukup tinggi. Para dokter takut telah terjadi infeksi lainnya namun tidak ditemukan infeksi apapun yang menyebabkan demam tersebut.

Mereka yakin itu adalah reaksi tubuhnya selama proses penyembuhan. Seoun merawatnya dengan sabar semalaman selama ia demam.

Ia berdoa supaya demamnya tidak bertambah buruk dan ia tersenyum saat demamnya turun. Sekarang ia mungkin akan mengelap keringat dari wajahnya untuk terakhir kalinya.

Ia berbalik kearah Junho, yang terbaring pucat diatas tempat tidurnya, dengan rambut coklat disekitar wajahnya. Seoun menyentuh tangannya pelan dan berbicara padanya mengenai demam Wooyoung.

Seorang dokter berjalan masuk saat ia mengatakan pada Junho bahwa demam Wooyoung sudah turun. Ia melihat kearah dokter, yang berbicara dalam bahasa Inggris dengan aksen yang aneh.

"Terapimu dimulai hari ini." Katanya sambil memberikannya tongkat.

Ia mengambil tongkat tersebut dan mengikutinya keluar ruangan.

Ia memasuki sebuah ruangan yang dipenuhi peralatan untuk berlatih, dan dikenalkan kepada dokter terapi fisiknya. Seorang wanita kecil dengan wajah yang ramah.

Seoun mengikuti semua instruksi yang diberikan padanya, dan tidak melakukan apapun selain pemanasan selama satu jam, sebelum akhirnya ia dikirim kembali ke ruangannya.

Kakinya terasa sakit meskipun hanya melakukan pemanasan, tapi sakitnya menghilang saat ia melihat Wooyoung terbangun di tempat tidurnya.

"Wooyoung, kau baik-baik saja?" Tanyanya sambil berjalan kearahnya, duduk dan menyenderkan tongkatnya pada dinding.

"Maaf sudah berteriak padamu." Kata Wooyoung.

"Huh?" Seoun mengerjap.

"Sebelum aku tidak sadarkan diri. Kau dan aku berkelahi. Aku berteriak padamu. Maafkan aku. Aku ingin memberitahumu hal itu. Aku mencoba untuk tetap terjaga sehingga saat kau kembali aku bisa mengatakan betapa aku menyesal, tapi aku malah tidak sadarkan diri. Dan aku tidak bisa mengingatmu tapi sekarang bisa. Dan aku ingat saat aku membencimu dan menyukaimu. Aku membencimu karena kau bertanggung jawab untuk merawatku, padahal kau tidak mengenalku. Aku takut jika aku meninggal, anak-anak akan menyalahkanmu. Kau tidak pantas mendapatkannya. Tapi aku menyukaimu karena kau merawatku, kau menyelamatkan hidupku meskipun kau tidak mengenalku. Aku berhutang banyak padamu. Terima kasih. Terima kasih." Wooyoung menangis di akhir-akhir kalimatnya.

Seoun memeluknya dengan lembut, menenangkannya dan mengelus rambutnya.

"Tidak apa-apa. Aku memaafkanmu. Semuanya baik-baik saja sekarang. Kau selamat, kita semua selamat. Ayo kita lihat teman-temanmu di TV. Konferensi pers akan segera dimulai."

Seoun mengambil remote TV dari meja kecil diantara tempat tidur. Ia sudah berbicara dengan salah satu perawat, yang membantunya menyetel TV, and perawat itu akan merekam konferensi pers di rumahnya dan membawakan DVD untuknya nanti.

Seoun menyalakan TV yang channel-nya sudah di set. Pengumuman konferensi pers mengatakan bahwa konferensi akan dimulai setengah jam lagi.

"Sepertinya kita masih punya banyak waktu. Kau baik-baik saja?"

Wooyoung mengangguk, "Ya, hanya saja cukup sulit untuk tetap terjaga."

Seoun tertawa pahit, "Itu pasti karena obat, aku bertengkar dengan para dokter agar mereka mengurangi sedikit obatku. Mereka memberiku morphine, begitu juga denganmu tapi kupikir mereka memberi dosis lebih sedikit padamu setelah apa yang kukatakan pada mereka. Aku bilang aku lebih baik merasakan sakit, daripada efek obat itu. Tapi kau tetap bertahan dengan obat. Kurasa tanpa obat itu kau akan gila karena rasa sakit."

Wooyoung terkekeh, "Itu juga tidak terdengar menyenangkan. Tidakkah seharusnya kau membiarkan para dokter melakukan pekerjaan mereka?"

Seoung mengangkat bahunya, "Aku keras kepala, apa yang bisa aku katakan? Lagipula aku tidak bisa terlalu merasakan rasa sakitnya."

"Itulah yang terjadi pada kita berdua. Aku merasakan sakit di perutku, seakan aku akan muntah padahal aku tidak makan apapun selain cairan dan tidur."

"Ya, itulah efek morphine terhadapmu, dan semua hal menyusahkan itu."

"Terima kasih banyak."

"Jangan tertidur sebelum konferensi selesai, atau kau bisa menonton salinan rekamannya, itu pilihanmu. Jika kau terlalu lelah, tidurlah."

"Itulah yang akan kulakukan. Aku lebih baik menonton konferensi daripada tidur."

"Baiklah, tapi jangan melawan efek obat terlalu berlebihan, atau mereka mungkin akan menaikkan dosisnya. Kau tidak terlalu merasakan sakit bukan?"

"Cukup."

"Wooyoung kau harus bilang pada dokter jika kau merasakan sakit!"

"Aku baik-baik saja."

"Ya, baiklah." Ucap Seoun tak percaya.

Mereka berdua menghidupkan TV begitu konferensi dimulai.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Acgoo1999
Hei~~ Arthur acgoo disini.. Update author yang pertama di 2014 dalam proses nee.. Sabar semua!!

Comments

You must be logged in to comment
Uyounggie
#1
Chapter 14: Lanjuttt... di ff nie. G ada kisah cintax yaa ??
LUCIVER #2
Chapter 14: Lanjutttttttt
LUCIVER #3
Chapter 12: Ditunggu apdatannya ya thorr
soalnya ceritanya kerennn
TikaChan
#4
Chapter 8: Menegangkan, apa yang akan terjadi sama mereka selanjutnya? Nuneo akhirnya tumbang juga
LenkaChakhi
#5
Chapter 7: Aku takut hiks ;-( woo oppa bertahanlah .
LenkaChakhi
#6
Chapter 6: Aku deg degan bcanya ;-(
LenkaChakhi
#7
Chapter 5: Kasian ;-( apakah nuneo trauma ?