PART 8 – CONFUSE

THEY SAID YOU ARE MY MOTHER

Yixing’s POV

“Appa… Teya mohon. Izinkan Teya menjenguk Saem Mi. please… jeballll…” rengek putriku. Dia menolak pergi kesekolah hari ini. Karena dia berkata ingin bertemu dengan wali kelasnya. Sedangkan aku sejak kerarin tidak bisa menghubungi Kris. “Arraso… Appa mengerti, tunggu, appa telepon Mr.Wu terlebih dahulu.” Ujarku menenangkannya.

 

Kris Wu (Wufan Groups) dialing…

..call ended..

 

Direject??? Kucoba sekali lagi.

 

Kris Wu (Wufan Groups) dialing…

..call ended..

 

Masih direject? Sekali lagi kalu begitu.

 

Kris Wu (Wufan Groups) dialing…

..call ended..

Masih tidak diangkat??I kuputuskan untuk mengirimnya sms.

 

Message To : Kris Wu (Wufan Groups)  010-999-378-118

Sent : 8.08

Kris, kumohon angkat teleponnya. Teya-ku sangat menghawatirkan Saem Mi

 

Aku menunggu balasannya hingga menit ke 45.

 

Message from : Kris Wu (Wufan Groups)  010-999-378-118

Received  : 8.53

Yixing, maaf aku tidak bisa. Kondisinya tak memungkinkan dijenguk. Aku tak mungkin mengijinkan putrimu melihatnya. Terlalu mengerikan.

 

Separah itukah? Kuketik balasannya secepat yang aku bisa. Entah kenapa aku jadi ikut khawatir.

 

Message To : Kris Wu (Wufan Groups)  010-999-378-118

Sent : 9.01

Kris, apa yang terjadi? Separah itukah? Kalau Teya-ku tidak bisa menjenguk, apakah bisa aku yang datang?

 

Aku mondar-mandir mengelilingi kamarku, menunggu balasannya, sedangkan Teya sudah jatuh tertidur dia atas tempat tidurku.

 

Message from : Kris Wu (Wufan Groups)  010-999-378-118

Sent : 9.11

Tidak bisa dikunjungi, Yixing. Mungkin kami akan membawanya ke Amerika untuk pengobatannya. Maaf. Aku tak bisa memberitahumu. Maaf.

 

Aku menghela nafasku. Kudekati malaikat kecilku yang sudah pulas. Kasihan kamu, Nak. Saat kamu merasa seseorang yang berarti dan kamu sayangi ternyata dia harus pergi meninggalkanmu sekali lagi.

***

 

Miyoung’s POV

Sudah 10 hari aku tidak bekerja, hanya berdiam diri diapartemen sementara Kris mengurus semua hal untuk kepergian kami ke Vancouver. Kami akan segera pindah, aku tidak sanggup tinggal dikota yang sama dengan dia, dengan mereka, yang teganya membunuh putriku untuk mendapatkan garis keturunan lebih baik. Zhang Teya, kenapa kamu harus putrinya, Nak? Saem menyukaimu, Saem menganggap kamu Minzi yang pergi.

“Saem Mi???” aku tersadar dari lamunanku saat Mrs.Kim memanggilku. “Maaf Mrs.Kim, anda bicara apa tadi?” tanyaku dengan nada bersalah.

“Astaga, anda memang perlu banyak istirahat, Saem. Saya tadi mengatakan, saya tak percaya sepagi ini harus kehilangan guru seperti anda. Murid kelas bunga matahari sebentar lagi naik kelas, bagaimana mungkin anda meninggalkan mereka di detik-detik terakhir?”

“Maaf Mrs.Kim. Sebut saya pengecut karena melakukan ini semua. Tapi saya harus pergi, saya tidak sanggup menjaga kesehatan saya lebih lama. Saya butuh bantuan tim medis disana. Saya mohon pengertian anda. Saya…”

“SAEM!!!!” pintu terjeblak terbuka, kemudian sosok kecil sudah berlari memelukku. Aku hafal betul siapa gadis kecil ini. Murid favoritku, Zhang Teya.

“Saem mau kemana? Saem disini saja. Teya tidak bisa tanpa Saem.” Ujarnya sambil menangis membasahi rok peachku. Aku melepaskan tangannya lalu menatapnya, menghapus air mata yang membanjiri pipinya.

Aku menggeleng, “Saem harus pergi, Nak. Teya masih punya Appa dan nenek kan? Teya bisa menjaga diri. Saem percaya Teya bisa.” Ujarku sambil memeluknya.

“Te…. Miyoung???” suara itu, aku mengenalinya. Impuls aku melepas pelukanku dari Teya. Badanku berguncang hebat, tanganku bergetar saat menatap matanya. Mata yang sama, wajah yang sama, orang yang sama.

“Astaga Miyoung??” panggilnya, dan setengah berlari dia menghampiriku. Aku berdiri dan mundur beberapa langkah, “Jangan mendekat! Kumohon jangan mendekat.” Ujarku. Dia berhenti dan menatapku.

“Kris… kris… kris… kumohon Kris….” Panggilku panik. Yixing berjalan mendekatiku, begitupun Teya yang mendekatiku. Aku bergerak makin menjauh. “Argghhhh tidak!!! Pergi kau!! Pergi!!! Krisssss!!! Kriss!!!!!” aku berteriak tak karuan.

“Mr.Wu, tolong jemput Saem Mi. dia berteriak histeris dikantor. Tolong.” Aku mendengar Mrs.Kim menelepon Kris. Yixing mematung memandangku aneh. Teya menangis, kemudian Mrs.Kim memeluknya. Aku menjatuhkan badanku kelantai. Yixing spontan hendak menangkapku, “tidak kau! Jangan Kau!!!” teriakku lagi.

Isi otakku rasanya kacau dan berputar-putar banyak kejadian. Lalu suara itu lagi “Kau perempuan bodoh! Tak berguna! Kalau Yixing tak mendapat anak darimu, dia bisa mendapatkannya dari perempuan lain. Rahimmu yang tak berguna itu sudah tak bisa memberikan kami keturunan Zhang lagi. Aku sudah tahu kau akan seperti ini pada kami. Pergi!"

***

 

Yixing’s POV

Dia jatuh pingsan tepat saat aku hampir mencapai tubunya. Dia jatuh dalam pelukanku. Aku menatap wajahnya yang pucat dan nafasnya yang tak beraturan. Aku mengangkatnya ke sofa yang disarankan oleh Mrs.Kim. Teya ketakutan disebelah Mrs.Kim. Inikah alasan Kris tak mengijinkanku bertemu? Karena Miyoung berteriak histeris jika bertemu denganku? Jangan-jangan saat festival kemarin dia melihatku, dan kemudian Kris membawanya kerumah sakit.

“Apa yang kau lakukan, yixing?” suara berat dari ambang pintu, Kris. Dia berjalan menghampiri tubuh Miyoung yang ringkih. Kemudian memeriksa nadinya, dan memeriksan nafasnya. “Sudah tahukah kau kalau aku…”

“Mantan suaminya?” potong Kris. Aku mengangguk. Kris menghela nafasnya. “Aku mendengar semua ceritanya. Perlu 4 tahun aku untuk mengetahui semua kejadian yang membuatnya terguncang. Dan harusnya kejadian ini tak terulang di masa depan nanti.” Dia diam sejenak. Kemudian melanjutkan.

“PTSD, Post Taruma Syndrom Disorder. Dia trauma saat kehilangan bayinya dan mendapatkan fakta dia tidak lagi bisa mengandung.” Ujarnya. “Aku mempercayainya dan butuh bertahun-tahun bagiku untuk membuatnya percaya padaku. Hanya kepadakulah dia tidak berteriak saat orang laki-laki mendekatinya dalam jarak kurang dari satu meter. Berkat akulah dia bisa menjalani kuliah dan kehidupan normal, selama tidak ada laki-laki yang menatapnya dan tidak mendekatinya kurang dari satu meter, dia akan baik-baik saja.”

“Tunggu Kris, kau bilang kehilangan bayinya?” tanyaku. Kris mengangguk. “Astaga, Teya apa kalau bukan putrinya?” tanyaku frustasi. Mrs.Kim kini membawa Teya yang shock keluar ruangannya kemudian menutup pintu, memberikan ruang pada kami untuk berbicara.

Kris menghela nafasnya. “Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Karena cerita lengkapnya belum aku dapatkan, selama ini aku hanya mendengar dari Miyoung. Dia berkata, putrinya meninggal tepat saat proses kelahiran, setahu dia, saat itu suaminya ke Jepang. Dan kemudian karena proses kelahiran itu, rahimnya terluka sehingga perlu diangkat, mengakibatkan dia tidak bisa mengandung lagi. Aku mempercayainya. Karena aku mencintainya, Yixing.”

“…”

“Aku tak tahu bagaimana dengan ceritamu. Tapi, kumohon pergilah, biarkan Miyoung bahagia, selama ini dia bahagia dengan dunianya.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
riezaimar #1
sediiih... tapi gw suka kris nya bahagia...:)