PART 7 – SO, SHE IS HIS DAUGHTER

THEY SAID YOU ARE MY MOTHER

Miyoung’s POV

Aku mengurut-urut pelan dadaku. Rasa sesak masih menyelimutiku. Kepalaku rasanya mau pecah. Aku menekan angka yang sangat aku hafal, Kris Wu dialing…..

“Kris, kamu dimana?” tanyaku.

Di auditorium dengan rekan kerjaku. Tahu tidak di…”

“Kris, bisa antar aku pulang? Asmaku kambuh. Dan rasanya aku luar biasa pusing.”

Kamu dimana? Aku jemput.

“Aku sudah didepan mobilmu, Kris. Cepatlah datang.”

Tunggu sampai aku datang.

***

 

Yixing’s POV

“Teya!” panggilku pada putri kecilku yang baru turun dari panggung. Aku menghampirinya, dia berlari sambil membawa biolanya. Wajahnya sumringah.

Kalau kau melihat putri kecil kita, Miyoung. Kau pasti akan bangga dan aku yang akan cemburu, karena yang akan dipeluknya saat ini bukan aku, Kau, yang akan dipeluknya Kau, Miyoung, Eommanya.

“Appa datang!!! Yeyyyy!!!”

“Selamat ya, Nak. Kamu bermain dengan sangat baik. Appa bangga.” Ujarku sambil memberikan bunga krisan putih dan boneka teddy bear yang aku siapkan. Dia memelukku dengan erat dan mencium kedua pipiku.

“Appa! Kita cari Saem Mi. Yuk kita cari.” Ujarnya sambil matanya berkeliling mencari gurunya. Aku melirik sebelahku, Kris sudah tidak ditempatnya. Malaikat kecilku sudah berlari menghampiri Mrs.Kim dibarisan depan. Kemudian dia menangis.

“Kenapa , Nak?” tanyaku menghampirinya. Dia menangis memelukku.

“Mr.Zhang…” ujar Mrs.Kim.

“Mrs.Kim selamat siang.”

“Ah, maaf Mr.Zhang. Saem Mi baru saja pulang, tiba-tiba dia mendapat serangan asma. Saem Yoon yang memberitahu pada saya. Baru saja, Nak.” Ujarnya menjelaskan padaku dan pada Teya.

“Appa, kita kejar kedepan. Mungkin Saem masih didepan. Teya kasihan dengan Saem, beliau sendirian.” Katanya. Kemudian tanpa menunggu jawabanku dia sudah berlari keluar.

 “Saem!!!” teriaknya kesebuah mobil. Namun perempuan yang duduk dikursi depan Kris tidak menurunkan jendelanya untuk berbicara. Mobil itu malah terus berjalan. “Saem!!!!” teriak putriku. Kenapa dia begitu angkuh?

Kris Wu (Wufan Groups) Calling…

“Yobboseyo. Hei apa yang kau lakukan? Putriku mengejarmu!” teriakku saat aku sudah menekan panel jawab.

Yixing… ah mian aku harus  buru-buru kerumah sakit. Calon Istriku kambuh asmanya dan ini sangat parah. Sampaikan maafku pada Teya, putrimu. Kalau mau silahkan menjenguk dia nanti. Aku akan kabari alamat rumah sakitnya. Mian.

“Ne??? Arraso.”

Telepon terputus dengan buru-buru. Aku menghela nafas, wajar jika dia mengindahkan putriku. Keselamatan Saem Mi sangatlah penting. Fatal jika dia tidak segera ditolong. Tapi putriku mengejarnya! Ishhh!!

“Teya, Nak. Dengarkan Appa.” Putriku masih menangis dan menoleh dengan matanya yang sembab. “Saem Mi dibawa kerumah sakit oleh calon suaminya. Kita nanti bisa menjenguknya. Tenanglah, nak. Semua akan baik-baik saja.” Ujarku. Dia menangis dipelukanku.

***

 

Miyoung’s POV

Rasanya aku tidak tahu bagaimana ceritanya aku sudah berada dirumah sakit. Rasa sesak didadaku sudah sedikit berkurang tapi pusing yang luar biasa masih menyerangku. Aku membuka mataku tadi pagi dan menemukan Kris tidur disamping tempat tidurku. Satu tangannya menggenggam tanganku. Aku menangis karenanya.

(flashback)

“Kau tidak apa-apa jika harus tinggal disini sendirian?” tanyanya, aku mengangguk. Lelaki jangkung berambut blonde yang menolongku saat hujan. Dia yang peduli padaku, menghentikan mobilnya saatmelihatku duduk dipinggir jalan meskipun hujan deras.

“Maaf aku akan kembali setelah mengurus bisnisku. Jagalah dirimu baik-baik. Hubungi aku jika ada apa-apa.” Ujarnya. Aku membalasnya dengan anggukan.

“Kapan kau akan berbicara padaku?” tanyanya. Aku diam, ya sudah berminggu-minggu aku menolak berbicara pada siapapun, termasuk dia.

“Aku melihatmu menangis sambil memandang Teddy Bear saat kita belanja minggu lalu. Kapan kau bisa menjelaskan semuanya padaku?” tanyanya. Aku diam. Badanku gemetar hebat, aku mundur beberapa langkah.

Dia terlihat menghela nafasnya. “Baiklah jika kau belum siap. Aku pergi.” Katanya sambil melangkah pergi. Hawa panik tiba-tiba menyelimutiku.

“Kajima! Kajima!” ujarku menahannya dengan tangan kedua tanganku memegang kemeja putihnya yang digulung hingga siku-siku. Dia mematung, terdiam begitu saja. Tangisku pecah tanpa suara, “Kalau…kalau aku bilang kau jangan pergi, akankah kau tetap disini?” tanyaku. Suaraku timbul tenggelam.

Dia membalik badannya, meraih bahuku yang gemetar. “Boleh aku memelukmu?” tanyanya. Aku menatapnya dengan mataku yang berair, mengangguk. Dia merengkuhku dalam pelukan hangat didadanya yang bidang. Kemudian dia mengusap-usap rambut dan punggungku.

“Boleh kutanya namamu siapa?” tanyanya. “Jang Miyoung.” Jawabku lirih. Aku tak membalas pelukannya, hanya saja aku nyaman dipelukannya saat ini.

“Kau bisa mulai cerita padaku kapan saja.” Katanya. “Kajima. Jangan pergi meninggalkanku sendiri.” Ujarku. Dia melepaskan pelukannya, kemudian mengangguk. “Aku akan mengurus semuanya dulu. Kau duduklah.” Katanya memberikan instruksi, kemudian menelepon entah siapa menginstruksikan sesuatu. Sudah tiga minggu aku tinggal diapartennya. Dia selesai menelepon seseorang, kemudian menghampiri sofa dimana aku duduk.

Dia berjongkok dan menggenggam kedua telapak tanganku. “Bisa mulai cerita?”dia bertanya, aku mengangguk.

“Aku sudah menikah, umurku baru 20 tahun tanggal 7 juni kemarin. Saat kau menemukanku dijalan itu adalah saat dimana aku diusir oleh mertuaku karena, karena… karena putri yang baru kulahirkan ternyata meninggal saat dalam proses kelahiran. Aku…aku…disalahkan karena tidak bisa menjaga putriku sendiri. Aku menjadi aib keluarga mereka. Aku..aku.. aku takut sejujurnya.”

Dia menatapku, bahunya naik turun menarik nafas. Dia kemudian bangkit memelukku. Badanku gemetar hebat. “Kau takut denganku?” tanyanya. “Sedikit.” Jawabku.

“Aku Kris. Mungkin kau sudah mendengarnya sejak saat malam itu aku membawamu kesini. Ini apartemenku, yah…aku pengusaha. Aku lebih tua 4 tahun darimu. Aku hanya ingin melindungimu. Entahlah, mungkin jatuh cinta, tapi aku juga tidak yakin.” Ujarnya.

“Jangan.. jangan jatuh cinta padaku. Kumohon.” Pintaku. Dia menatapku, kemudian tersenyum, “Sekarang aku yakin kalau aku jatuh cinta padamu.”

(flashback end)

***

 

“Kau sudah bangun?” tanyanya. Aku menghapus air mataku setelah mengingat masa laluku dengan Kris. Dia yang berdiri membantuku, dan aku pelan-pelan menerima uluran tangannya, belajar memahaminya, dan mungkin aku juga jatuh cinta dengannya.

“Kris, dengarkan aku. “ ujarku, dia mengangguk. “Bicaralah pelan-pelan.” Pintanya. Kemudian tanganku dikecupnya. Aku tersenyum kemudian perlahan air mataku meleleh, “Murid favoritku itu, ternyata anak dari mantan suamiku. Dia Zhang Yixing, aku mengetahuinya dia, rekan kerjamu. Saat aku setengah tidak sadar kemarin aku mendengar kau meneleponnya. Kumohon, Kris, jangan biarkan dia melihatku. Aku… aku…aku membencinya.”

“Miyoung…”

“Mereka membunuh putriku. Aku yakin mereka melakukannya. Lalu menggantinya dengan Teya. Aku yakin Yixing sebenarnya punya istri yang lain.”

“Miyoung…”

“Bagaimana aku bisa menyukai Teya yang menggantikan putriku?” aku mulai histeris. Dia memelukku.

“Miyoung.. tenanglah.. tenanglah..”

“Bagaimana aku bisa tenang??? Ibunya berkata padaku tepat saat aku sadar setelah melahirkan ‘Kau perempuan bodoh! Tak berguna! Kalau Yixing tak mendapat anak darimu, dia bisa mendapatkannya dari perempuan lain’ itu katanya Kris.”

“Miyoung…”

“….dan memang saat itu, Yixing sedang di jepang. Berani taruhan, pada saat itu dia tengah menunggu kelahiran Teya. Aku benci Yixing! Aku benci keluarga Zhang!”

“Miyoung!!!”

“Putriku yang malang… putriku yang malang…” aku menangis dengan histeris. Berulang-ulang Kris memanggil namaku, berusaha menenangkanku. Tapi yang kudengar adalah kalimat ibu mertuaku yang terakhir kali.

“Kau perempuan bodoh! Tak berguna! Kalau Yixing tak mendapat anak darimu, dia bisa mendapatkannya dari perempuan lain. Rahimmu yang tak berguna itu sudah tak bisa memberikan kami keturunan Zhang lagi. Aku sudah tahu kau akan seperti ini pada kami. Pergi!"

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
riezaimar #1
sediiih... tapi gw suka kris nya bahagia...:)