PART 9 – HOLDING HER BACK

THEY SAID YOU ARE MY MOTHER

Miyoung’s POV

Aku membuka mataku, mengecek dimana aku berada, aku sudah berada diapartemen Kris. Aku mencari-cari sosok Kris. Aku keluar kamar dan menemukannya tengah memasak di dapur. “Kris..” panggilku. Kris menoleh, menatapku, kemudian tersenyum. “Sudah baikan?” tanyanya, aku mengangguk menghampirinya. Aku meraih botol air mineral dan meneguknya banyak-banyak.

“Aku membuatkanmu cream soup. Semalam kau mendapatkan banyak sekali obat penenang, disuntikkan. Sakitkah?” tanyanya. Aku mengecek lenganku yang terdapat 3 tusukan. “Aku baik-baik saja.” Jawabku. Dia mengangguk dan kembali fokus pada soupnya.  Kemudian aku bergerak kearahnya, memeluk pinggangnya. “Hei.. hei.. easy girl. Kau nanti bisa menumpahkan soupnya.” Ujarnya.

Aku menyurukkan kepalaku ke punggungnya, “Kita pergi kan Kris? Aku tak mau disini.” Ujarku. Dia membalikkan badannya. Tangannya memegang pipiku, “Sore ini kita berangkat. Tenanglah, semua akan baik-baik saja.”

***

 

Tidak lama bagiku dan Kris mempersiapkan kepergian kami menuju Vancouver. Tapi kami akan mampir ke Washington terlebih dahulu, ada therapist disana yang akan membantuku memulihkan semua guncangan yang katanya menyerang kejiawaanku. Mungkin benar aku sudah gila. Aku harus meninggalkan dan melupakan Teya, aku tidak bisa membiarkan dia terus kusayangi namun sebenarnya dia mengambil posisi Minzi.

“Jang Miyoung?” panggil Kris, aku menoleh kearahnya. Dia menatap tanganku yang kuletakkan diatas perutku, spontan aku melepas tanganku dan meraih tangannya, menggandengnya lebih membuatku tenang. Hawa hangat tubuhnya sangat menenangkanku.

“Kau baik-baik saja, sayang?” tanyanya penuh kekhawatiran padaku. Aku menatap matanya kemudian tersenyum. “Selalu baik-baik saja, jika kau yang ada didepanku Wufan.” Ujarku.

***

 

Yixing’s POV

Message from : Kris Wu (Wufan Groups)  010-999-378-118

Received  : 15.38

Wanna tell you, maybe it will be your last chance to holding her back, Yixing. Its my pleasure to help you now. Just come to Gimpo Airport. Because our boarding will be at 17.08.

 

Aku membaca ulang pesan yang dikirimkan Kris padaku hampir setengah jam yang lalu, sebuah pesan singkat yang membuatku meninggalkan rapat penting dengan pemegang saham. Aku tidak memperdulikan lagi akan apa konsekuensinya jika aku meninggalkan rapat itu, sungguh tak peduli, aku hanya ingin melihatnya dan mungkin menahannya.

 GIMPO 50M Left

Sebuah papan penunjuk jalan baru saja kulalui, tidak lama lagi aku akan melihatnya sekali lagi.

***

 

Miyoung’s POV

Aku melirik Kris yang bolak-balik mengecek jam tangannya. “Kenapa sayang? Sebentar lagi kita boarding kok.” Ujarku menenangkannya. Dia hanya tersenyum lalu mengusap puncak kepalaku dan menyapukan kecupan kecil dikeningku. Aneh. Terdengar suara panggilan boarding untuk pesawat kami, aku beranjak, dan entah kenapa Kris sepertinya enggan.

“Kenapa Kris?” tanyaku. Dia hanya menggeleng dan tersenyum, kemudian jari-jari panjangnya meraih koper kecil kami. Aku melangkahkan kakiku dan menyerahkan passport juga tiketku. Petugas itu tersenyum dan mengembalikan passport dan tiketnya padaku.

“Miyoung!!!” sebuah tangan sudah menyentuhku. Aku mengenali sentuhan dan suara itu. Takut-takut aku membalik badanku, menatap sepasang mata yang luar biasa masih aku ingat.

“Yi…..yixing…”

***

 

Yixing’s POV

“Yi…..yixing…” suaranya lirih dan terdengar takut saat menatapku. Nafasku terengah, aku berlari-lari sepanjang lokasi parkir hingga didepannya. Kris berdiri disampingku menyediakan celah untuk penumpang lain melakukan boarding.

“Kau mau apa?” Tanya Miyoung galak, tapi suaranya bergetar, nada takut tersamarkan. Dia berusaha menarik tangannya. Aku tetap menggenggamnya.

“Yixing…” cegah Kris. Aku menatap mata khawatir Kris, kemudian perlahan aku lepaskan. Aku menarik nafasku, mencari kekuatan agar aku bisa mengatakan cukup apa yang ingin kusampaikan pada perempuan yang masih sangat kucinta hingga sekarang.

“Miyoung.. aku tahu, bukan kapasitasku saat ini untuk mengatakan perasaanku. Tapi kehadiranku untuk Teya, Zhang Teya, muridmu dan putri kita. Jangan dibantah dulu. Dengarkan aku, sejauh yang aku tahu selama ini, Teya adalah putri kita. Yang kau kandung selama 38 minggu. Yang saat kau perjuangkan dalam kelahirannya, aku tak disampingmu karena ada meeting mendadak di Jepang. Selama ini, yang aku tahu, kau yang pergi. Karena itulah aku benar-benar tak punya hati mengatakan pada Teya yang sebenarnya. Karena itulah aku katakan kau ‘meninggal’. Jika benar apa yang kau katakan, putrimu, ummm tidak, putri kita meninggal, bisakah kau tinggal untuk membuktikannya? Teya membutuhkan ibunya, kalau memang dia bukan putriku, putri kita, aku berkewajiban mencari siapa ibunya.” Aku menyelesaikan kalimatku.

Dia menatapku, wajahnya pias. Kris menatapku lalu tersenyum, tangannya menepuk pundakku. “Miyoung, aku menunggu didalam. 15 menit lagi.” Ujar Kris meninggalkan kami berdua.

“Kajima.” Ujar Miyoung pada Kris, tangannya mencengkeram kuat lengan Kris. Aku menatapnya dengan nelangsa. Kau sangat membutuhkan Kris? Ini melukaiku, tapi aku tak tahu harus berbuat apa jika Kris tidak membantuku kali ini.

Kris melepaskan cengeraman Miyoung dilengannya, senyumnya penuh kesabaran, “Hadapilah, kau harus melatihnya.” Miyoung menggeleng kuat-kuat, “Andwae Kris. Kajima! Kajima! Jaebal Kris.” Perlahan air mata Miyoung keluar. Dia menggigit-gigit bibirnya sampai terluka. Aku tidak kuat melihatnya.

“Bawalah dia Kris. Aku sudah melakukan yang aku bisa.” Ujarku, tanpa menunggu respon Kris ataupun Miyoung aku bergegas pergi. Aku tidak kuat melihatnya, tidak akan kuat, karena aku masih teramat mencintainya. Mianhae Miyoung, mianhae Teya.

***

 

Miyoung’s POV

Aku duduk dikursiku, penerbangan akan diberangkatkan 10 menit lagi. Kris menggenggam tanganku, “Jika kau ingin tinggal untuknya, aku tidak apa-apa menunggu lebih lama kesempatan itu.” Ujarnya sambil merujuk pada sebuah cincin yang tak pernah kulepas, cincin ini….. Aku menatap sepasang matanya yang selalu teduh menenangkanku, aku tak pernah ingin membuatmu terluka, Kris. Aku masih terdiam, “Pergilah jika hatimu ingin pergi.” Ujarnya.

Perlahan air mataku jatuh, “Kenapa menangis? Penerbangan tinggal 5 menit lagi.” Katanya sambil menghapus bulir-bulir air mataku. Aku menggeleng kuat-kuat. “Aku tak pernah menginginkanmu terluka Kris. Terutama jika itu karenaku.” Ujarku, dia tersenyum kemudian menyapukan kecupan hangatnya dibibirku.

***

 

Yixing’s POV

Aku menatap kosong pesawat yang baru saja take off, beban dipundakku memang sedikit terangkat setelah mengatakan semua yang ingin aku katakan padanya. Tapi rasanya hatiku kini makin sesak dan tentu saja aku terluka. Mungkin memang benar, aku yang telah melukainya sejauh ini. Dan hanya Kris yang dia punya selama 4 tahun terakhir. Kris yang selalu ada disampingnya.

 

Message to : Kris Wu (Wufan Groups)  010-999-378-118

Received  : 17.12

Kau beruntung Kris. Aku melihatnya sangat membutuhkanmu. Tolong jaga dia Kris, jangan pernah membuatnya menangis seperti yang aku lakukan. Aku menunggu kabar terbaik darimu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
riezaimar #1
sediiih... tapi gw suka kris nya bahagia...:)