PART 6 – PARENTS DAY FESTIVAL

THEY SAID YOU ARE MY MOTHER

Miyoung’s POV

“Anak-anak, mohon tenang terlebih dahulu. Saem akan membagikan undangan untuk acara festival besok. Jangan lupa ajak orang tua kalian hadir, boleh salah satunya jika salah satunya tidak dapat hadir. Dan jangan khawatir jika tidak ada yang bisa menghadiri, kalian bisa ajak siapa saja untuk datang, nenek kalian mungkin?” ujarku sambil berkedip kearah Teya yang tersipu karena aku mendapatinya hampir mengangkat tangannya untuk bertanya. Aku sudah dapat menebak apa yang ingin ditanyakannya. Menghafal kebiasaannya selama 7 bulan bukan hal yang sulit untukku.

“Nah, bagi yang akan tampil, jangan lupa untuk berisitirahat. Jimin, jangan makan gorengan hari ini. Teya jangan lupa menghafal nada biola yang akan kamu pentaskan besok. Jungkook, Yunji, Soojung, dan Eli, jangan lupa menghafal dialog drama. Dan yang lain, jangan lupa makan dan banyak istirahat ya. Baik kemarilah satu persatu saat Saem menyebutkan nama kalian agar kalian bisa mengambil undangannya.”

***

 

“Teya. Nak?” panggilku pada murid favoritku. Dia menoleh padaku, dipangkuannya ada buku nada. Dan disebelahnya tas biola pink terletak dibawah ranselnya. “Menunggu Appa lagi, nak?” tanyaku. Dia mengangguk. “Saem mau menemani Teya lagi?” tanyanya berharap. Aku menggeleng, “Maaf Nak, Saem harus menyiapkan banyak hal untuk festival besok.” Ujarku. Dia sedikit kecewa namun tersenyum kembali.

“Gwaenchana Saem. Saem, besok mau kan berkenalan dengan Appaku?” tanyanya. Aku tertawa kemudian mencubit pipinya, “Tentu saja sayang. Sudah berbulan-bulan Saem mengajarimu tapi belum berkenalan dengan Appamu secara langsung. Sebulan yang lalu saat mengantarmu saja Saem tidak sempat bertemu. Maafkan Saem ya, Nak.” Jawabku.

Teya mengangguk-angguk. “Ne, Saem.” Ujarnya. “Besok yang datang Appa saja, Nak?” tanyaku. Dia mengangguk. “Nenek sedang ke Kroasia, mengurus bisnis, Saem. Jadi nenek tidak ikut.” Ujarnya. Aku mengangguk-angguk, lalu ponselku bergetar.  “Ne, ahh baik aku akan segera kesana.”

“Nak, Saem pergi dulu ya. Hati-hati menunggu Appa.” Ujarku sambil memeluknya.

***

 

Yixing’s POV

Aku melihat seorang perempuan berbaju pink dikejauhan dengan cardigan abu-abu tua membungkus tubuh bagian atasnya. Dia tengah memeluk putriku, dan putriku mencium pipinya. Perempuan itu bergegas meninggalkan putriku sendiri menggunakan motor matic pink yang tak jauh terparkir dari posisi mereka.

Aku menghentikan mobilku. “Dah Saem Mi!!!! Sampai jumpa besok.” Aku mendengar suara putriku berteriak sambil melambaikan kedua tangannya dengan ceria kesosok perempuan yang pergi itu. “Teya.” Panggilku.

“Appa!!!” teriaknya sambil berlari memelukku.  “Tadi Saem Mi ya, Nak?” tanyaku, dia mengangguk-angguk. “Appa, jangan lupa besok festival Parents Day. Kata Saem ayah harus datang. Saem ingin berkenalan dengan Ayah.  Dan Teya kan tampil besok.” Ujarnya. Aku tersenyum dan mengangguk-angguk. “Tenang sayang, Appa akan datang.” Sekarang mari kita pulang. Ujarku sambil meraih ransel dan tas biolanya.

Teya-ku merapihkan buku nada-nadanya .

(flashback)

“Apa keinginanmu saat puteri kita lahir, sayang?” tanyaku. Perempuan yang paling kucintai nampak berpikir. “Aku ingin menemaninya menghadiri festival Parents Day. Dulu aku sedih sekali karena kedua orang tuaku tak pernah bisa menghadirinya. Untunglah, orang tua Luhan Oppa mewakili mereka, selalu. Aku tidak ingin puteri kita merasakan apa yang aku rasakan.” Ujarnya sambil membelai perut dibalik gaun hijaunya.

Aku tersenyum kemudian mencium perut buncitnya. Disanalah terletak malaikat kecil kami.”Jangan khawatir, sesibuk apapun aku nanti, aku akan menghadirinya.” Jawabku. Miyoung menatapku, lalu mendaratkan kecupan dipipi kananku.

“4 tahun dari sekarang, kau pasti sudah menjadi CEO yang sukses, karena aku tahu kau sangat luar biasa pintar. Dan aku yakin kau bisa menjadi ayah yang sangat membanggakan malaikat kecil kita. Dia akan bangga denganmu, akan menyebutmu kemanapun dia pergi. Dan aku akan cemburu karena aku hanya seorang ibu.” Ujarnya.

Aku mendaratkan ciumanku kekeningnya, “4 Tahun dari sekarang, kau tentu sudah menjadi ibu yang sangat cantik, yang pastinya putri kita akan bangga denganmu karena memilikimu sebagai ibunya. Dan siapa tahu, 4 tahun dari sekarang sudah ada Zhang Yixini junior didalam sini.” Ujarku sambil menunjukk perutnya yang besar.

Dia tersenyum, kemudian merebahkan kepalanya didadaku.

“Cepatlah keluar, Nak. Eomma dan Appa tidak sabar melihatmu tumbuh cantik dan membanggakan.” Ujarnya lirih, perlahan air matanya menetes.

“Tentu dia akan cantik dan membangkan, Sayang. Karena dia putri Jang Miyoung.”

(Falshback end)

***

 

Miyoung’s POV

“Teya kenapa, Nak?” tanyaku pada Teya. Dia menggeleng, tapi matanya mencar-cari sosok dihamparan barisan penonton. “Menunggu Appa muncul?” tanyaku. Dia mengangguk, “Dengar, Nak. Appa Teya pasti muncul. Tenanglah, sekarang Teya berkonsentrasi ya, 10 menit lagi akan tampil.” Ujarku berusaha menenangkannya.

“Bagaimna kalau Appa tidak muncul?” tanyanya. Aku menghela nafasku, “Kalau begitu Teya bisa menemani Saem dan Saem akan menemani Teya sampai festival selesai.” Ujarku menghiburnya. Dia tersenyum, kemudian memeluk pinggangku, “Teya sayang Saem Mi. selallu.” Ujarnya. Kemudian dia meraih biolanya dan melatih diruang kelas yang disediakan untuk berlatih.

 

Message To : Mr.Zhang 010-888-107-706

Sent : 9.25

Mr.Zhang, ini Saem Mi. Saya harap anda bisa segera datang, Teya khawatir anda tidak melihatnya tampil 10 menit lagi.

***

 

Yixing’s POV

Message To : Saem Mi 010-176-107-706

Sent : 9.28

Jangan Khawatir Saem. Saya sudah dekat.

Aku memasukkan kembali ponselku dalam jasku. Memastikan dasiku sudah terikat rapih dengan melihat bayanganku dari kaca mobilku. Kupastikan mobilku terkunci dengan benar. Lalu aku bergegas masuk menuju sekolah putriku.

“Mr.Zhang??” panggil seorang pria dari arah belakangku. Aku menoleh, “Mr.Wu. wah, kebetulan yang menyenangkan. Anda hadir ke acara anak anda? Wah, saya tidak tahu anda sudah memiliki seorang anak.” Sapaku sambil menjabat tangan Kris. Kris tertawa renyah.

“Bukan, saya belum menikah, dan tentunya belum punya anak. Rekan saya  meminta saya hadir ke festival hari ini karena ingin mengenalkan saya pada murid favoritnya.” Jawab Kris.

“Saya tebak, pasti rekan anda ini adalah perempuan yang sangat anda cintai.” Ujarku menggodanya. Dia tertawa terbaha-bahak. “Terlalu jelas ya?” tanyanya retoris sambil menemaniku berjalan menuju auditorium utama, dimana festival diselenggarakan.

“Jadi kapan anda menikah, Mr.Wu?” tanyaku. Dia tersenyum, “Saya akan melamarnya hari ini. Anda yang pertama tahu, bahkan yang bersangkutan juga tak tahu menahu.” Ujarnya. Aku tersenyum membalasnya. Kalau tersenyum seperti ini, Kris tidak nampak intimidatif seperti saat kami membicarakan bisnis. “Saya harap anda bahagia, Mr.Wu.” ujarku tulus.

Dia tersenyum, “Terima kasih. Bisakah saya memanggil anda dengan nama saja. Diluar kantor, mungkin kita bisa bersahabat. Sekalian saya belajar untuk menjadi seorang ayah dengan anda.” Tanyanya. Aku mengangguk. “Ah, anda bisa saja. Kalau begitu, saya Yixing.” Ujarku sambil mengulurkan tangan. “Kris. Jadi kita bisa pakai bangmal?” tanyanya. Aku mengangguk.

Kami masuk ke auditorium tepat disaat Teya melangkah percaya diri kepanggung membawa biloanya. Putri kecilku, “Teya!!!” teriakku. Teya menoleh kearahku kemudian melambai. Dia tetap terlihat berusaha focus dengan permainannya.

“Dia putri mu?” Tanya Kris, aku mengangguk. “Putriku yang cantik dan membanggakan. Zhang Teya.” Jawabku. Kris bertepuk tangan, “Zhang Teya!! We love you.” Teriaknya. Aku menoleh menahan tawaku.

“Kau tau Yixing, murid favorit calon istriku ternyata putrimu. Zhang Teya. Aku hafal sekali nama dan wajah putrimu. Karena namanya selalu disebutnya setiap malam, bahkan fotonya berada dimanapun. Di ponsel  bahkan laptop hingga kamarnya. Aku iri dengan putrimu, bahkan dia mengalahkan eksistensiku.” Ujar Kris. Aku menatapnya tak percaya. Putriku memang selalu membanggakan.

***

 

Miyoung’s POV

“Teya!!!”

“Zhang Teya!! We love you.”

Aku mendengar dua teriakan dari arah penonton suara laki-laki dewasa. Satunya aku hafal itu suara Kris, tapi satu lagi? Aku mencari-cari sosok Kris sampai aku menemukan sebuah wajah yang aku ingat diluar kepalaku. Zhang Yixing? Zhang Teya? Mendadak kepalaku migrain dan asmaku kambuh.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
riezaimar #1
sediiih... tapi gw suka kris nya bahagia...:)