PART 11 - PRIDE

THEY SAID YOU ARE MY MOTHER

Author’s POV

Zhang Liyin menatap sebuah foto keluarga yang tercetak besar diruang kerjanya. Foto itu seperti berbicara banyak tentang sebuah kebahagiaan. Dia, Suaminya, Putra mereka dan Cucu perempuan mereka. Semua tersenyum. Foto yang diambil hampir 2,5 tahun lalu itu memang terasa janggal. Perlahan air mata Zhang Liyin luruh, “Maafkan mama, Yixing. Maafkan Nenek, Teya.”

***

 

Dia mengenakan kembali kaca mata Aviator hitamnya, menyembunyikan mata tuanya yang membengkak karena kantung air matanya tumpah semalaman hingga subuh tadi. Dia sudah memutuskan sesuatu, dan kali ini tekadnya lebih bulat.

Bagaimanapun juga dia pernah menjadi ibu, dan tentu ia tidak ingin perpisahan terjadi kembali antara ibu dan anaknya.

***

 

(Zhang Liyin’s Flashback)

“Kenapa kau menerima pinangan putraku?” ujarnya pada perempuan berusia 19 tahun yang masih menunduk takut menatapnya. “Kau menginginkan uang?” tanyanya kembali. Gadis muda itu mengangkat kepalanya lalu menggeleng lemah. “Jawab aku, Nak! Kenapa kau memutuskan menikahi putraku? Kau ingin status?” sergahnya lagi. Gadis muda itu mengangkat kepalanya, menatapnya takut-takut.

“Saya…saya…saya hanya tidak ingin membuat Zhang Yixing terluka karena saya jika saya menolaknya.”

(Flashback end)

 

Vancouver International Airport, 23.51

“Selamat malam, Nyonya.” Ujar seorang pria yang membawa banner namanya. Dia tersenyum pada pria itu. “Mrs.Wu tentu sudah meminta anda membantu saya malam ini.” Ujarnya pada pria itu. Pria itu mengangguk dan tersenyum, “Mari saya antar ke hotel, Nyonya.”  Perempuan itu menghentikan langkahnya.

“Bisa kita langsung ke kediaman Mr.Wu? saya perlu melakukannya malam ini, tentunya saya tidak ingin kehilangan jejak seseorang yang saya cari sekali lagi.” Ujarnya sambil menyerahkan mantel bepergiannya pada pria disampingnya. Yang dibalas sebuah senyuman tanda setuju.

***

 

(Zhang Liyin’s Flashback)

“Kalian tak menemukannya? Bodoh! Temukan perempuan itu! Aku bisa dibunuh putraku jika perempuan itu sampai hilang!”

(Flashback end)

 

Ding Dong! Ding dong!

Pintu apartemen itu terbuka perlahan. Sebuah wajah mengantuk terlihat berdiri menjulang, pria berwajah asia namun berambut blonde dan berkaus putih menatapnya. “Anda?”

“Maaf mengganggumu malam ini Mr.Wu. Saya perlu berbicara dengan Menantu saya, Jang Miyoung.” Ujarnya. Lelaki didepannya menatapnya, mengerutkan kening tanda tak mengerti. Kemudian senyum lelaki itu mengembang.

“Seharusnya anda mengecek terlebih dahulu, apakah dia ikut terbang dengan saya atau tidak kemarin. Anda membuang waktu menyusulnya kesini, karena dia memutuskan untuk tinggal demi putra anda dan cucu anda tentunya.” Ujar lelaki itu. Bahunya terguncang kemudian dia lemas dan jatuh kepelukan lelaki didepannya.

“Anda baik-baik saja?”

“Kris Wu, bagaimana mungkin saya sekali lagi melakukan kebodohan.” Ujarnya. Kris tersenyum. “Saya siap mendengarkan jika anda mau bercerita. Saya pihak netral disini.” Ujar Kris. Dia menarik nafasnya. Kemudian Kris membantunya berdiri dan mempersilahkannya masuk kedalam apartemen Kris, dia memilih duduk disofa dan Kris menyediakan teh lotus hangat untuknya. Dia meminumnya beberapa teguk. Kemudian memutuskan untuk berbicara pada Kris.

“Mungkin Anda adalah pihak luar, namun ternyata anda sangat berkaitan dengan semua takdir ini. Saya tidak pernah menyangka semua akan menjadi twist seperti ini. Maafkan saya.” Ujarnya. Kris tersenyum.

“Saya juga tidak tahu menahu kenapa semua ini bisa terjadi pada saya. Maaf kalau saya terlalu ikut campur, Mrs.Zhang.” ujar Kris. Zhang Liyin tersenyum, kemudian meneguk kembali teh lotusnya.

“Saya mungkin adalah ibu yang paling posesif didunia. Saya tidak ingin Yixing menikah diusia semudia itu. Saya merasa masa depan Yixing lebih indah jika saja dia tidak memutuskan menikah. Dan yang membuat saya sangat bodoh, saya cemburu dengan menantu saya sendiri. Saya merasa gadis itu mengambil putra saya, memisahkan saya dengan putra saya. Saya tidak menyangka saya berubah menjadi jahat pada gadis malang itu. Tanpa sengaja saya mengusirnya dan mengatainya perempuan tak berguna hanya karena dia tidak bisa hamil lagi setelah melahirkan Teya, cucu pertama dan satu-satunya milik saya.” Zhang Liyin menghentikan kalimatnya. Kris menunggu dan menunggu.

 

(Zhang Liyin’s Flashback)

“Miyoung pergi? Kemana?” Tanya Yixing padanya. Dia menatap putra semata wayangnya. “Lupakan dia, Nak. Dia meninggalkannya.” Ujarnya sambil memeluk Yixing. Dia menatap wajah putranya yang muram, kemudian air mata bertubi-tubi luruh dari sepasang mata Yixing. Dia terpaku menatap kehancuran putranya, tapi ditekan egonya kuat-kuat, bukankah memang seharusnya seperti ini? Yixing akan lebih baik dan bahagia jika tanpa gadis bodoh itu.

Yixing beranjak dari tempatnya berdiri, kaki nya berhenti didepan ruang inkubasi bayi. Ditatapnya tubuh putra semata wayangnya itu. “Arghhhhh!!!!!” Prang!!!! Tepat dengan teriakan anak lelakinya bersamaan pula dengan suara pecahnya pintu ruang inkubasi dan terdengarlah suara tangis  keempat bayi didalamnya.

(Flashback end)

 

“Padahal Teya masih hidup, cucu saya masih hidup. Dan saya hanya cemburu karena gadis itu bisa membuat Yixing sangat bahagia sedang saya tidak. Saya.. saya.. iri pada gadis itu. Lalu saat dia mendadak benar-benar hilang dengan kata-kata kasar saya, saya benar-benar panik. Saat tak menemukannya dimanapun, saya benar-benar takut. Dan ketakutan saya benar adanya, sayalah yang membuat Yixing terluka.” Perlahan air matanya luruh. Kris mengulurkan tissue pada perempuan tua yang seumuran dengan ibunya. Zhang Liyin mengambil tissue dan menyeka air matanya.

“Maafkan saya.” Kris menggeleng. “Anda tidak perlu meminta maaf dengan saya. Dengan dialah anda harusnya meminta maaf. Kapan anda kembali ke Seoul?” Tanya Kris.

“Besok siang. Seharusnya saya pulang bersama menantu saya, saya sudah memesankan tiket atas namanya.” Ujar Zhang Liyin. Kris tersenyum. “Saya akan menggantinya untuk anda. Bahkan jika anda ingin menggunakan pesawat pagi akan saya bantu mengatur ulang.” Ujar Kris.

***

 

Miyoung’s POV

Aku menatap dari kejauhan gadis kecil yang menjadi murid favoritku. Dia berangkat sekolah diantar Yixing, wajahnya nampak sedikit murung. Tersenyumlah, Nak. Saem disini. Perlahan gadis itu menoleh kearahku. Aku membalikkan badanku, menyembunyikan diri dan meninggalkan tempat dimana aku berdiri.

“Saem Mi!!!! Saem!!!!” dia berteriak memanggilku. Bagaimana mungkin dia mengenaliku?

“Saem!!!! Saem Mi!!!!” dia masih berteriak memanggilku. Aku mempercepat langkahku. Aku tak ingin terlihat disekitarnya. Aku masih belum bisa.

“Eomma!!!!” langkah kakiku terhenti. Bagaimana mungkin dia memanggilku eomma? Kenapa kakiku tak mau beranjak, kenapa aku berhenti? “Eomma eomma!! Eomma eomma!!” dia berteriak dengan nafas tersengal-sengal. Aku merasakan langkah kakinya kini tak jauh dariku.

“Eomma. Benarkah Saem Mi eommaku?” suaranya tersengal dibelakangku. Aku mematung, aku juga tidak yakin kau putriku, sayang.

“Eomma… Maafkan Teya. Teya berbuat salah. Maafkan Teya.” Suaranya melirih dan terdengar isakannya. Aku menoleh. Dia menangis terisak dan menatapku dengan penuh kerinduan. Perlahan aku menghampirinya, meraihnya dalam pelukanku. Dia mengalungkan kedua tangan mungilnya dileherku.

“Benarkah Saem itu eommaku?” tanyanya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
riezaimar #1
sediiih... tapi gw suka kris nya bahagia...:)