Show Up

Perfect 21
Please Subscribe to read the full chapter

Kening Eunbi mengernyit ketika dia berjalan memasuki sekolahnya. Dia tahu sebelum bel masuk berdering, banyak siswa-siswi yang masih berkeliaran di luar kelas. Tetapi hari ini terlihat begitu aneh. Selain karena terlalu banyak siswa yang berlalu-lalang, Eunbi juga melihat panggung yang cukup besar di lapangan utama.

'Apa hari ini ada perayaan atau kegiatan besar?' Eunbi bertanya dalam hati.

Buru-buru gadis itu berjalan menuju kelasnya untuk mencari tahu lewat Yewon atau mungkin Juyeon. Eunbi merasa bodoh karena tidak tahu-menahu mengenai apa yang sedang terjadi di sekolahnya sendiri.

Ketika dia sampai, keningnya makin mengernyit karena dia tidak menemukan dua teman baiknya disana. Suasana kelas juga cukup hening. Hanya ada beberapa anak saja. Ragu, Eunbi berjalan mendekati salah satu teman pria yang cukup dikenalnya di kelas.

"Seungkwan-ah, kau melihat Yewon atau Juyeon? Apa mereka belum berangkat?"

Pria yang dipanggil Seungkwan mendongak.

"Oh, kau sudah sembuh, Eunbi?"

Eunbi hanya mengangguk sebagai balasan.

"Syukurlah kalau begitu. Juyeon bilang cederamu cukup parah. Aku dan teman-teman lain sebenarnya ingin menjengukmu kemarin, tapi kami semua sibuk dan belum ada waktu. Maaf, Eunbi."

Gadis Hwang menggeleng pelan. "Tidak perlu meminta maaf. Jadi, untuk pertanyaanku sebelumnya. Apa kau melihat Yewon atau Juyeon? Dan kenapa kelas cukup sepi?"

Seungkwan memandang Eunbi dengan satu alis terangkat keatas. Wajahnya juga tersirat keheranan.

"Kau.. lupa kalau hari ini anniversary sekolah? Mereka tentu sibuk mempersiapkan acara. Aku juga akan bersiap ke panggung karena ditunjuk sebagai MC."

Mulut Eunbi terbuka lebar untuk ia tutup kembali.

Benar.

Eunbi baru ingat kalau hari ini adalah hari anniversary sekolah. Pantas saja suasana sekolah cukup aneh dan tidak seperti biasa. Dan bagaimana bisa dia melupakan hari berdirinya sekolahnya sendiri?

"Maaf. Aku lupa." Eunbi meringis malu. Membuat Seungkwan menggelengkan kepalanya.

Eunbi hendak menaruh tas nya di meja ketika dia mendengar suara teriakan yang dihapalnya diluar kepala dari arah pintu masuk kelas.

"Hwang Eunbi my bestfriend~ akhirnya kau berangkat sekolah!"

Dan Eunbi dapat merasakan tubuhnya terhuyung kebelakang akibat pelukan erat dari pemilik marga Son. Eunbi mendesis ketika Juyeon menyentuh bahunya yang masih sedikit nyeri meskipun sekarang bahunya hanya dipasang balutan elastis tanpa penyangga.

"Oh- oh, sorry, babe. Apa sakit?" Juyeon segera melepas pelukannya dengan wajah khawatir.

"Bodoh. Tentu saja sakit! Kau memelukku sangat erat. Dan sudah kukatakan bukan, berhenti memanggilku dengan pet name!"

Juyeon mengerucutkan bibirnya sedih. Padahal dia hanya ingin menunjukan rasa sayangnya kepada Eunbi sebagai sahabat.

"Kau berangkat di waktu yang tepat, Eunbi-ya. Setidaknya kau bisa beristirahat semaumu kalau bahumu kambuh karena hari ini tidak ada pelajaran seharian penuh." Yewon muncul dari belakang tubuh Juyeon.

"Yeah, terimakasih untuk pengingatnya. Kau tahu? Aku bahkan lupa kalau sekarang hari anniversary sekolah kalau saja Seungkwan tidak memberitahuku."

"Yeoksi, Hwang Eunbi si manusia acuh dan masa bodoh." gumam Juyeon, namun masih bisa di dengar Eunbi.

"Hey, aku tidak acuh dan masa bodoh!"

"Hm, kata orang yang berkali-kali melupakan hari lahir teman-teman dekatnya," Juyeon memutar bola matanya malas. "Apa namanya kalau bukan acuh?"

Eunbi mendelik, namun tidak lama sebelum akhirnya menghela napas kalah. Dia bukannya bermaksud kasar. Tapi jujur saja Eunbi sedikit kesulitan menghapal tanggal lahir teman-temannya kalau tidak ia catat di kalendar atau ponselnya. Dan Eunbi sering sekali lupa untuk menyetel pengingat. Dia tahu itu semua terdengar seperti sebuah alasan. Tapi Eunbi sungguh-sungguh kesulitan menghapal tanggal lahir mereka semua. Dia tidak sedang mencoba untuk berbohong. Tetapi anehnya, hal tersebut tidak berlaku untuk Jung Yerin. Entah karena Yerin kekasihnya atau bagaimana, Eunbi akan selalu ingat kalau tanggal 19 Agustus adalah hari milik Yerin. Namun hal buruknyaㅡ

"Bahkan kau selalu ingat hari ulangtahun Yerin unnie tetapi lupa kalau Yewon juga berbagi hari lahir yang sama dengannya." Lagi-lagi Juyeon memutar bola matanya, membuat Yewon tertawa terbahak-bahak.

Kedua sudut bibir Eunbi melengkung kebawah. Dia merasa seolah-olah menjadi teman paling buruk sedunia. Dan seketika Eunbi merasa sangat bersalah.

"Sudahlah, Ju. Jangan membuat Eunbi kita makin merasa bersalah. Aku tahu dia tidak melakukannya dengan sengaja. Kau tahu sendiri bagaimana sifatnya, bukan?" bijak Yewon ketika tawanya mulai mereda.

Senyum Eunbi perlahan mengembang. Dia mendekat kearah Yewon dan memeluk lengannya.

"Kau memang sahabat terbaikku! Gomawo, Yewon-ah."

Juyeon mencebik melihat pemandangan di depannya. Ingin kesal namun tidak bisa.

"Tch, lebih baik aku kembali berlatih dance bersama Suji."

Satu alis Eunbi terangkat. "Latihan dance? Untuk apa?"

Pertanyaan tersebut sukses membuat kedua bola mata Juyeon membesar. "Lihat lihat lihat? Kau juga tidak tahu kalau dua temanmu ini menjadi perwakilan angkatan kita untuk mengisi pertunjukan dance di anniversary sekolah?" Juyeon menggeleng kepala pelan. Shock.

"Bukan salahku kalau aku tidak tahu. Lagipula seminggu ini aku tidak sekolah dan kau pun juga tidak memberitahuku." Eunbi membela diri, yang sialnya tidak berguna sama sekali. Juyeon makin dibuat shock olehnya.

"Hwang Eunbi. Aku bahkan selalu mengirim detail saat latihan di group chat kita! Ya Tuhan, kenapa aku bisa memiliki teman sepertimu." Juyeon memejamkan mata dan memijit pelipisnya.

Mulut Eunbi terbuka lebar. Sungguh, jika ada nominasi teman paling buruk, mungkin Eunbi akan menjuarainya.

Gadis Hwang menatap Juyeon dengan tatapan bersalahnya. "M- Maaf."

Juyeon memutar bola matanya lagi. Entah sudah berapa kali dia melakukannya hari ini karena ulah teman kesayangannya itu.

"Lupakan. Sebagai gantinya, kau harus menontonku tampil. Tidak peduli kalau bahumu kambuh kembali. Kau harus tetap berdiri di barisan penonton."

Setelah mengatakan itu, Juyeon membalikkan direksi tubuhnya dan berjalan keluar kelas. Eunbi menghela napasnya sebelum menghadap Yewon.

"Yewon-ah, aku benar-benar teman yang buruk, bukan begitu?"

Yewon tersenyum simpul. "Kau benar. Tapi kami semua tidak mempermasalahkannya, Eunbi. Masih ada banyak waktu untukmu berubah. Dan kami semua akan dengan senang hati membantumu."

"Tapi sepertinya Juyeon benar-benar kesal. Aku sungguh mengacaukan semuanya." Eunbi menunduk lesu.

"Tidak perlu terlalu dipikirkan. Juyeon hanya sedikit stress karena akhir-akhir ini dia begitu sibuk. Percaya padaku, setelah acara ini selesai, dia akan kembali menjadi Juyeon yang konyol dan menyebalkan."

"Kau berpikir begitu?"

Yewon mengangguk tanpa melepas senyumannya. "Berhenti menunjukkan wajah murungmu. Ayo kita keluar dan mencari spot sempurna untuk melihat penampilan. Kudengar sekolah juga mengundang salah satu penyanyi yang cukup terkenal."

Eunbi mengangguk dan membiarkan dirinya mengikuti Yewon keluar dari kelas mereka.

***


Pukul 09.00 pagi dan suasana lapangan utama benar-benar ramai. Hampir seluruh siswa-siswi berkerumun disana. Yewon yang mengkhawatirkan kondisi bahu Eunbi memutuskan untuk melihat penampilan dari lantai atas yang berhadapan langsung dengan panggung. Setidaknya Eunbi tidak perlu berdesak-desakan diatas sini. Tapi Eunbi menjadi Eunbi. Si gadis keras kepala. Dia tak ingin hanya karena kondisi bahunya dapat menghalangi mereka untuk menonton dibawah.

"Sungguh, Kim. Aku tidak apa-apa jika harus menonton dibawah. Dengan begitu, kita juga dapat melihat penampilan Juyeon dan Suji dalam jarak yang dekat, bukan?"

"Sst, diam saja, Hwang. Bukan aku tidak tahu kalau bulan depan akan diadakan pertandingan olahraga antar-kota. Kalau kau ingin mengikutinya, lebih baik tidak usah protes. Kau mau sesuatu yang buruk terjadi kalau kita berdesak-desakan disana?"

Eunbi terdiam. Tak bisa berkata-kata lagi. Yewon memang temannya yang paling bijaksana. Eunbi bahkan tidak sampai berpikir kearah sana. Hanya tinggal sebulan lagi sebelum pertandingan olahraga terlaksana. Dan jika ia menonton dibawah lalu terjadi hal buruk, katakan selamat tinggal untuk pertandingan tersebut. Lagi-lagi, Eunbi harus banyak bersyukur kepada Tuhan karena memiliki teman seperti Yewon.

"Eunbi! Yewon!"

Kedua sahabat itu menoleh ketika mendengar nama mereka dipanggil. Yuna tersenyum kearah mereka sebelum berlari kecil mendekat.

"Aku mencari kalian di kelas kalian, tetapi tidak ada. Ternyata disini rupanya."

Yewon mengangguk. "Kami ingin melihat Juyeon dan Suji. Dan oh, bukannya unnie juga akan tampil menyanyi?"

"Yep, tapi giliranku masih cukup lama. Minggir minggir, aku juga ingin duduk." Yuna menyempilkan dirinya diantara Eunbi dan Yewon, membuat gadis Hwang berdecak sebelum akhirnya bergeser memberi tempat.

"Lagu apa yang akan kau bawakan nanti, unnie?" tanya Yewon, berusaha menetralkan debaran jantungnya ketika Yuna tiba-tiba merangkul pundaknya dan pundak Eunbi.

"Kalau orang lain yang bertanya, akan kujawab dengan 'rahasia', tapi karena ini dongsaeng favoritku, aku akan menjawabnya dengan senang hati," Yuna menoleh kearah Yewon seraya mencolek hidung mungilnya. "Butterfly, aku akan menyanyikan lagu tersebut bersama Dokyeom." lanjut Yuna sebelum mengarahkan pandangannya kembali kearah panggung.

Yewon menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memanas akibat perlakuan Yuna.

'Ya Tuhan! Ada apa denganku?' batin Yewon karena lagi-lagi merasakan perasaan aneh itu.

"Heol, lagu itu banyak memil

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Incarnadinejourney
#1
Chapter 13: Asik, akhirnya mendebutkan semua karya ciamiknya disini. Aku udah jarang buka tetangga sebelah soalnya.
avicennialba
#2
Chapter 7: Wohooo, senpai launching cerita baruuu. Otw baca