Hope

Perfect 21
Please Subscribe to read the full chapter

Eunbi masuk ke ruang ganti untuk berganti pakaian. Hari ini adalah hari terakhir sebelum dirinya melaksanakan pertandingan semifinal melawan rekannya di klub bulutangkis Snowflake besok. Jadi, dia memutuskan untuk berlatih mengasah kemampuannya. Lawannya kali ini sangatlah tangguh. Terlebih dia disebut sebagai kandidat utama pemenang pertandingan kali ini. Eunbi mana bisa berdiam diri saja seperti itu. Dia akan melakukan segalanya agar bisa mengantongi gelar juara dan bisa bergabung dengan pemain tetap klub atau biasa juga disebut pemain ace klub. Eunbi ingin menyusul salah satu rekan dekatnya di klub yang tahun lalu berhasil masuk tim ace, Kang Seulgi. Keduanya sudah berjanji mengejar cita-cita mereka bersama.

Selesai berganti pakaian, Eunbi melangkahkan kakinya ke lapangan bulutangkis sekolah. Disana sepi karena tidak ada aktivitas pelajaran olahraga maupun jadwal ekstrakurikuler klub bulutangkis itu sendiri. Hal tersebut membuat Eunbi bernapas lega. Dia bisa berlatih sepuasnya jika seperti itu.

Eunbi melakukan peregangan terlebih dahulu, terutama di bagian pergelangan tangan, lengan, dan juga bahu. Dia lalu berlari mengelilingi lapangan setidaknya lima putaran. Setelah itu, Eunbi meraih tasnya dan mengeluarkan sebuah raket beserta kok. Eunbi berjalan menuju dinding aula. Disana dia akan berlatih. Menggunakan tembok sebagai lawannya.

Eunbi melakukan pukulan ke tembok. Segera setelah itu, kok berbalik kearahnya dan Eunbi kembali memukulnya. Dia melakukan hal tersebut berulang. Terkadang Eunbi juga melakukan smash untuk mengetahui sejauh mana dia bisa mengembalikan kok yang melayang cepat kearahnya. Napas Eunbi mulai memburu setelah menit demi menit terlewati. Dia hendak melakukan servis lagi ketika Eunbi mendengar suara dering telepon dari dalam tas yang ia letakkan di dekat net.

Eunbi menghentikan aktivitasnya. Dia sedikit berlari untuk mengambil ponselnya di tas. Ketika berhasil mendapatkannya, Eunbi segera menggeser ikon hijau di layar ponsel dan mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinganya.

"Yeoboseyo."

"Oi, Hwang Eunbi. Aku tahu kau sedang berlatih bulutangkis sendirian saat ini."

Eunbi terkejut mendengar balasan orang di seberang sana, namun gadis Hwang buru-buru berdeham menetralkan suaranya.

"Ya. Memangnya kenapa?"

"Aku akan membantumu berlatih. Dan juga, sudah berkali-kali kukatakan bukan, jangan berlatih sendirian. Apa kau tidak memiliki teman?"

"Kau tahu aku, unnie. Aku tidak suka bergaul. Temanku hanya sedikit, dan mereka juga tidak bisa bermain bulutangkis."

"Kau bisa meminta bantuan Yuna. Kupikir dia cukup baik dalam bermain."

"Yuna sakit. Dia bahkan tidak masuk sekolah."

Eunbi mendengar suara helaan napas di seberang.

"Hidupmu menyedihkan sekali. Baiklah, aku akan ke tempatmu sekarang. Kau ada di lapangan sekolahmu, bukan? Kali ini aku akan bermain serius denganmu. Kau perlu diberikan pelatihan keras karena lawanmu besok bukanlah lawan yang mudah."

Eunbi mengangguk, merasa bersyukur memiliki seseorang yang akan melatihnya bermain. Sebenarnya bisa saja Eunbi meminta bantuan Ayahnya yang seorang mantan atlet bulutangkis, namun mengingat saat ini Ayahnya sibuk bekerja, Eunbi mengurungkan niatnya.

"Ne, unnie. Akan kutunggu. Terimakasih sebelumnya."

"Bukan apa-apa, Eunbi. Kita sudah berjanji untuk bisa masuk tim tetap klub bersama. Tentu saja aku harus membantumu."

Gadis Hwang tersenyum.

"Unnie benar. Aku akan melakukan yang terbaik di pertandingan ini. Hanya tersisa dua langkah lagi."

"Ya, kau harus. Hwang Eunbi hwaiting!"

"Hwaiting!"

Setelah memutuskan panggilan, alis Eunbi terangkat keatas ketika matanya menangkap notifikasi baru dari aplikasi KakaoTalk nya.

Kekasihnya, Jung Yerin, mengirimkan sebuah pesan kepada Eunbi.





















ย 

Jung Jibang Unnie ๐Ÿ’›


|Annyeong Eunbiku! ๐Ÿ˜„
|Aku tahu saat ini kau pasti sedang berlatih
|Aku mengirim pesan hanya ingin menyemangatimu saja
|Hwaiting, Bi!
|Berlatihlah dengan semangat, tetapi jangan sampai kelelahan. Okay?
|Sampai bertemu besok ๐Ÿ˜Š
|Saranghae โค
15.31 p.m













ย 

|Ah satu lagi. Berjaga-jaga jika kau merindukan wajahku..
ย 

[Photo]

ย 

|Hateu pyooong~ ๐Ÿ˜˜โค
15.32 p.m
































ย 


Eunbi tersenyum lebar seperti orang bodoh sekarang. Dadanya membuncah meski hanya mendapat pesan dukungan dari kekasihnya yang juga menyertakan sebuah foto selca yang terbilang amat sangat imut! Eunbi pikir dia mengalami serangan jantung mendadak tadi. Gadis Hwang menarik napas dan membuangnya perlahan, menetralkan debaran jantungnya yang berdegup tak teratur. Efek kekasihnya dalam hidup Eunbi memang se-luarbiasa itu. Dia sempat berpikir, apa yang telah ia lakukan di masa lalu hingga mendapat kekasih sempurna seperti Jung Yerin. Eunbi bersumpah, dia tidak akan meninggalkan Yerin bagaimanapun keadaannya.

Setelah mengetikkan beberapa balasan untuk kekasihnya, Eunbi menaruh ponsel kembali kedalam tas. Sambil menunggu Seulgi datang, Eunbi memutuskan untuk melakukan peregangan lagi. Gadis itu benar-benar harus menjaga kondisi lengannya, tepatnya di bagian bahu. Eunbi memiliki riwayat cidera di bahu ketika ia masih kecil. Waktu itu dia tengah melakukan teknik smash keras setelah diajari oleh Ayahnya sendiri. Namun karena tidak berhati-hati, bahu Eunbi mengalami dislokasi parah dan harus dilarikan kerumah sakit untuk mendapat operasi. Bahkan sejak saat itu Eunbi menjadi trauma bermain bulutangkis.

Ayah Eunbi tidak memaksa puterinya bermain lagi. Beliau juga setuju lebih baik Eunbi berhenti saja. Kesehatan puterinya jauh lebih penting. Tetapi berlalunya waktu, Eunbi mulai merindukan masa-masa berlatihnya dengan Ayahnya. Terlebih saat melihat raihan piala pertamanya ketika memenangkan pertandingan bulutangkis anak-anak di daerahnya. Eunbi kecil menginginkan lebih banyak kemenangan lagi. Jujur, Eunbi kecil merindukan sensasi ketika tubuhnya basah oleh keringat saat bermain. Eunbi kecil rindu memukul kok bulu kearah lawan dan mencetak skor. Eunbi kecil merindukan lengannya yang terasa pegal ketika selesai bermain namun ia masih bisa tersenyum dan mengatakan, "ini menyenangkan!". Eunbi kecil merindukan senyum bangga dari kedua orangtua dan juga kakak perempuannya ketika melihatnya bermain dengan baik. Eunbi kecil merindukan itu semua.

Lalu puteri bungsu keluar

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Incarnadinejourney
#1
Chapter 13: Asik, akhirnya mendebutkan semua karya ciamiknya disini. Aku udah jarang buka tetangga sebelah soalnya.
avicennialba
#2
Chapter 7: Wohooo, senpai launching cerita baruuu. Otw baca