Bab 4a
pacarku juniorkuAmber duduk di sofa ruang tamu sambil membuka novelnya. Dia sedang menunggu Mama pulang kerja, sembari mengerjakan PR sejarah. Amber membalik balik novelnya bosan.
Jam sudah menunjukkan pukul 18.15. Tapi aneh, Mama belum juga pulang. Amber mulai nggak tenang,soalnya Mama bilang hari ini mau pulang lebih awal. Jadi aneh kalau jam segini Mama belum sampai di rumah. Apa jalanan macet, ya?
Deru mobil yang berhenti di depan rumah mengalihkan perhatian Amber dari novel yang ada di tangannya. Siapa yang berhenti di depan rumahnya? Yang pasti itu bukan Mama, soalnya biasanya kalau Mama lagi malas jalan, Mama akan naik ojek dari muka gang sampai depan rumah. Jadi nggak mungkin Mama naik mobil. Jadi siapa ya? Mungkin orang lewat aja kali ya, kata Amber berusaha menenangkan batinnya.
Terdengar suara pagar depan dibuka. Amber mengernyitkan dahi. Apa itu Mama? Suara mobil kembali terdengar lalu perlahan berlalu pergi. Bersamaan dengan itu kenop pintu berputar dan Mama muncul dari balik pintu dengan wajah lelah.
“Mama kok baru pulang?” tanya Amber heran.
“Iya. Memangnya kenapa, Sayang?” Mama ikutan heran melihat ekspresi Amber.
“Nggak. Aku cuma heran,” jawab Amber. “Soalnya tadi aku dengar suara mobil di depan rumah.”
“Oh... itu.” Mama kelihatan gugup dan salah tingkah. “Ng...itu... tadi Mama diantar teman kantor Mama.”
“Teman kantor?”
“Iya... mmm... teman kantor Mama,” jawab Mama tambah gugup. “Manajer personalia di tempat Mama kerja.”
“Kok tumben dia nganter Mama pulang?” tanya Amber, kayak polisi menginterogasi tersangka. “Jangan-jangan kemarin-kemarin dia juga yang nganterin Mama pulang? Cowok atau cewek, Ma? Apa dia punya maksud khusus sama Mama?”
“Kamu tuh apa-apaan sih, Amb?” Mama jadi sewot ditanya bertubi-tubi gitu sama anaknya. “Mama rasa Mama nggak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan kamu yang aneh itu. Mama mau mandi.”
Mama membawa tas kerjanya ke kamar lalu kembali keluar sambil membawa handuk dan berjalan menuju kamar mandi.
Amber menghela napas panjang. rasanya wajar aja kalau Amber curiga sama Mama.
Masalahnya, selama ini Mama selalu pulang kerja sendirian. Mama itu wanita mandiri. Tapi kok sekarang Mama pakai acara dianterin pulang segala sama teman kantor yang katanya manajer personalia itu? Rasanya benar-benar mencurigakan, apalagi kalau melihat tampang Mama yang gugup waktu menjawab pertanyaan-pertanyaan Amber tadi.
Amber menutup novelnya dan membiarkan pikiran-pikirannya bekerja mencari jawaban untuk keanehan ini.
@(^-^)@
Besok siangnya, setelah bel pulang berbunyi, Amber sedang merapikan bukunya ketika tiba-tiba Luna ongol di kelas.
“Amb, lo harus ikut gue ke lapangan,” ajak Luna.
“Apaan sih?” tanya Amber. “Lo kan tadi udah mau pulang duluan sama Tia dan Krystal. kok sekarang balik lagi sih?”
Amber yang masih sibuk merapikan buku-bukunya yang berserakan di atas meja memandang Luna heran. Kelas udah sepi. Mahasiswa kelasnya udah pada bubar dari tadi.
Tinggal mereka berdua di ruangan itu.
“Pokoknya lo harus ikut gue sekarang juga,” ajak Luna lagi yang kali ini lebih berkesan memaksa.
“Ada apa sih, Lun?” tanya Amber lagi. “Lo nggak liat ya, gue lagi sibuk ngerapiin buku-buku gue.”
“So what gitu loh!” jawab Luna asal. “Yang penting lo ikut gue sekarang juga.”
“Tapi gue lagi rapiin buku-buku gue, Lun!” protes Amber.
“Gue bantuin,” kata Luna lalu secepat kilat mengambil semua buku Amber yang berserakan di meja dan menjejalkannya ke dalam tas ransel Amber.
Amber cuma bisa melotot melihat buku-bukunya yang jadi lecek nggak keruan gara-gara ulah Luna.
“Udah, ayo jalan,” ajak Luna sambil menarik tangan Amber meninggalkanruang kelas. “Tia sama Krystal udah nunggu dari tadi.”
“Iya, iya. Tapi pelan-pelan dong, Lun,” Amber ngedumel.
“Kita nggak ada waktu lagi.”
Memangnya ada apa sih?
@(^-^)@
Lapangan basket tampak ramai oleh mahasiswa yang nggak jadi pulang. Mereka berdiri di sekeliling lapangan sambil berteriak-teriak heboh.
Luna dan Krystal menerobos barisan penonton dan menempatkan diri di samping Tia dan Krystal yang juga sedang seru memerhatikan lapangan basket.
“Ada apa sih?” tanya Amber heran.
“Lo liat aja sendiri,” jawab Luna.
Amber menajamkan penglihatannya ke tengah lapangan. Di sana ada sebuah meja, dan di atasnya berdiri seorang cowok cakep sambil memegang TOA. Amber melongo
kaget, nggak percaya atas apa yang dilihatnya. Cowok yang berdiri di atas meja itu...
SEHUN!! Gila! Ngapain dia di situ? Di tengah lapangan, lagi! Dasar kurang kerjaan, tukang cari sensasi, maki Amber dalam hatinya.
“Halo semuanya...!” sapa Sehun, mulutnya menempel di corong TOA.
“Halo juga!” balas semua anak yang ada di situ, kecuali Amber pastinya.
“Oke. Hari ini gue spesial tampil di depan kalian semua untuk menghibur kalian selama kurang-lebih lima belas menit,” kata Sehun. “Gue juga akan mempersembahkan lagu untuk seseorang yang udah membuat gue jatuh cinta...”
Mata Sehun tertuju pada sosok Amber yang berdiri di pinggir lapangan. Sinar matanya menunjukkan kehangatan dan ketulusan hatinya. Amber balas menatap Sehun, tapi nggak lama kemudian dia langsung buang muka.
“Semua siap bergoyang?” tanya Sehun kayak penyanyi profesional.
“Siap!” teriak anak-anak heboh.
“Lagu pertama gue persembahkan untuk para Sehunlovers yang udah banyak mendukung gue selama ini,” kata Sehun “Karena Cinta.”
“Huuu...!” sorak anak-anak.
Sehun mulai menyanyi dengan menggunakan TOA tanpa diiringi musik.
Terdengar rada aneh, tapi lumayanlah.
“Si Sehun benar-benar gila!” ujar Tia. “Tapi gue suka cowok model gini.”
“Lo suka cowok gila, Ti?” tanya Amber.
“Gilanya Sehun kan beda, Amb,” jawab Tia. “Gilanya dia tuh keren banget.”
Amber mencibir. Baginya sekali gila ya tetap gila. Apanya yang keren? Malah kayak orang kurang kerjaan banget.
“Krys, gue mau ngomong bentar sama elo.” Tiba-tiba L, teman sekelas mereka, udah nongol di sebelah Krystal dengan tampang serius.
“Oh, ada apa, L?” tanya Krystal. “Ngomong aja sekarang.”
L melirik sebentar ke arah ketiga teman Krystal, lalu kembali menatap cewek itu. “Gue mau ngomong empat mata sama elo,” jawab L. “Penting!”
Krystal mengernyitkan dahinya heran, begitu pula ketiga temannya.
“Ya udah. Kita ngomong di kantin aja,” tawar Krystal.
L mengangguk lalu berjalan lebih dulu menuju kantin.
“Gue ke kantin dulu bentar,” pamit Krystal. “Nanti gue balik lagi.”
Amber, Tia dan Luna hanya bisa mengangguk kebingungan. Tumben banget L berani ngajak Krystal ngomong berduaan. L memang udah lama naksir Krystal, ketahuan dari gerak-gerikya yang selalu baik sama Krystal. Tapi anehnya dia nggak pernah berani ngomong berduaan sama Krystal. apalagi nembak. Jadi selama ini dia cuma menyimpan rasa sukanya dalam hati, sehingga akhirnya Krystal jatuh ke tangan Kai.
Makanya semua pada heran melihat L mengajak Krystal kayak tadi. Rasanya aneh aja.
Tepuk tangan meriah dari anak-anak mengembalikan perhatian ketiga cewek itu pada Sehun yang masih berdiri di tengah lapangan.
“Oke, lagu berikutnya gue persembahkan buat cewek yang udah menawan hati gue. Dia adalah... Amber,” ujar Sehun sambil menatap lembut Amber.
Amber melotot kaget. Semua mata yang ada di lapangan saat itu langsung melihat ke arahnya. Tanpa Amber sadari, mukanya memerah kayak udang rebus.
“Tidak semua laki-laki,” Sehun menyebutkan judul lagu dangdut yang akan dinyanyikannya, lalu melompat turun dari atas meja dan mulai bernyanyi sambil perlahan berjalan dan bergoyang mendekati Amber.
Bait demi bait dinyanyikannya di bawah sorakan dan tepukan tangan anak-anak yang masih setia menonton pertunjukannya. Sehun nggak peduli dengan puluhan mata yang menatapnya geli atau tawa dan teriakan mereka yang seakan melecehkannya. Dia tetap berdangdut ria sambil menatap mata Amber, cewek pujaannya.
Sorakan dan tepuk tangan riuh mengakhiri lagu yang dinyanyikan Sehun. Amber menatap Sehun yang sudah berlutut di hadapannya. Dia benar-benar bingung nggak
tahu harus berkata dan berbuat apa. Sehun masih berlutut, lalu masih dengan menggunakan TOA, dia bertanya pada
Amber, “Amber, would you be my princess?”
Mulut Amber menganga lebar. Dia nggak percaya dengan apa yang baru aja didengarnya. Nggak mungkin cowok gila ini benar-benar nekat ngomong gitu di depan semua orang. Amber celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri, mencari-cari
sesuatu, siapa tahu ada kamera tersembunyi yang lagi meliput kejadian ini. Bisa aja kan, ini lagi acara reality show? Kan sekarang lagi zamannya segala sesuatu dibikin
reality show. Tapi ternyata nggak ada. Mata Amber malah tertumbuk pada tiga cewek yang pernah ngegosipin dia di toilet sekolah. Ketiga cewek itu berdiri diam di salah
satu sudut lapangan dan memandangnya dengan sorot mata jijik.
Eaaaaaaaa.. yuk yg mau lebaran dibaca sm komen dulu Bentaran.. komenlah sebelum komen itu bayar.. yuk cap cus .. kecupsmuah
Comments