BAB 3a
pacarku juniorkuSehun mendengarai sedan hitamnya dengan senyum terkembang. Dia puas banget karena berhasil memenangkan pertarungan pagi ini dan mengantar pujaan hatinya ke kampus. Bahkan ruangan dalam mobil sengaja dia semprot pakai Bayfresh biar wangi. Perjuangannya mengorek Tia agar memberikan alamat rumah Amber juga nggak sia-sia. Lega rasanya.
Mobil yang dikendarainya melaju pelan. Sengaja, biar waktu berduaan bersama Amber jadi lebih lama. Sehun ingin menikmati setiap meter yang dilaluinya bersama Amber dengan penuh perasaan. Kayak lagu zaman dulu itu lho: Sepanjang jalan kenangan... kita slalu bergandengan tangan...
“Lo ngapain senyum-senyum sendiri? Bikin gue merinding, tau!” tegur Amber heran saat melihat cowok di sampingnya nggak berhenti memamerkan deretan gigi putihnya.
“Nggak kenapa-napa kok. Gue cuma lagi senang aja,” jawab Sehun.
“Gue ingetin ya, ini pertama dan terakhir gue berangkat bareng elo ke kampus. Elo nggak usah kege-eran dulu. Gue ikut lo karena terpaksa, tau!”
“Nggak apa-apa kok. Ini udah cukup bikin gue happy.”
Hening sejenak di antara mereka. Amber melempar pandang ke luar jendela, lalu menoleh menatap Sehun.
“Elo itu aneh, ya?”
“Mungkin.”
“Kenapa sih elo ngedeketin gue?” tanya Amber. “Udah jelas gue ini kakak tingkat lo. Apa lo nggak malu ngedeketin cewek yang umurnya lebih tua dari elo? Apa nggak ada cewek seangkatan elo yang cakep dan bisa lo godain?”
“Gue cuma mau elo.”
“Tapi gue nggak mau! Elo tuh mother complex, ya?”
“Maybe.”
“Dasar cowok aneh! Mana ada cewek yang mau sama cowok aneh kayak elo...”
“Ada kok... ya elo...”
“HAH? MIMPI KALI YEE...!” Amber nggak tahan lagi.
@(^-^)@
“Amb, tadi gue liat lo turun dari mobil hitam di tempat parkir,” ujar Krystal begitu sampai di kelas pagi itu. “Mobil siapa tuh, Amb?”
Kelas mulai ramai. Amber sedang duduk di bangkunya bersama Tia, yang nyasar dari kelas sebelah gara-gara bete nggak ada teman ngobrol. Luna duduk di depan mereka.
“Mobil Sehun." jawab Amber singkat.
“Hah? Sehun?," seru Luna, Tia, dan Krystal bersamaan.
“Hus! Ngapain sih pake teriak segala? Emangnya kenapa kalo gue ikut mobil tuh anak kutu?”
“Tapi... kok bisa?” Luna nggak percaya. Rasanya ajaib kalo cewek kayak Amber yang nggak suka mengandalkan cowok itu mau berangkat ke kampus bareng cowok.
“Gue terpaksa, tau! Pagi-pagi dia datang ke rumah gue, „ngejilat‟ nyokap gue, dan bikin gue dipaksa Nyokap untuk berangkat bareng dia ke kampus. Kalian kan tau, gue paling nggak bisa membantah kata-kata Nyokap. Biarpun gue sering ngelawan, ujung-ujungnya selalu aja gue nurut sama Nyokap.”
“Sehun ke rumah lo?!” tanya Krystal heran.
“Iya. Dan gue yakin ini pasti gara-gara elo, Ti,” jawab Amber. “Elo kan yang ngasih tau nomor telepon dan alamat gue ke Sehun? Hayo ngaku!”
“Hehehe... iya sih, Amb” Tia malah nyengir. “Tapi gue nggak tau kalau dia bakal nekat datang ke rumah lo pagi-pagi.”
“Kayaknya Sehun serius naksir elo deh, amb,” kata Krystal.
“Gue nggak peduli dia serius atau nggak. Yang penting, gue nggak suka sama dia. Bagi gue, semua cowok itu sama aja, habis manis sepah dibuang. Gue nggak akan membiarkan diri gue menjadi salah satu korban mereka.”
“Amb, jangan menyamaratakan semua orang kayak gitu dong. Banyak kok pasangan yang awet sampai masa tua mereka. Banyak juga cowok yang bisa setia sama pasangannya. Lo harus mulai membuka hati,” nasihat krystal lembut.
“Benar, Amb. Contohnya Kai pacar Krystal. Kai setia banget kan, Krys?” tambah Luna sambil melirik Krystal yang pipinya bersemu merah karena malu.
“Kok malah bawa-bawa Kai sih?” rajuk Krystal.
Kai itu pacar Krystal. Sudah satu setengah tahun mereka pacaran. Kai dulu kakak tingkat mereka. Tapi sekarang dia udah lulus dan nerusin kuliah S2 di salah satu universitas swasta di Amerika. Kai dan Krystal memang pasangan serasi. Cowoknya ganteng, ceweknya cakep. Kalau mereka lagi jalan berdua, pasti bikin ngiri orang-orang yang melihat mereka. Kayak Rama dan Shinta.
“Mungkin Kai memang beda. Tapi mencari cowok yang seperti lo maksud itu kayak mencari sebatang jarum dalam tumpukan jerami. Satu banding seribu. Kalau gue membuka hati, belum tentu gue dapat cowok yang baik kayak Kai,” kata Amber.
“Tapi kalo elo nggak mulai membuka hati, gimana lo bisa tau cowok itu baik atau nggak?” bantah Tia.
“Dan untuk yang pertama, lo bisa belajar membuka hati lo untuk Sehun...,” sambung Krystal.
“Kok kalian semua ngotot banget sih ngejodohin gue sama Sehun? Gue udah bilang, gue nggak suka sama dia. Dia tuh lebih muda daripada gue. Gue nggak mau pacaran sama brondong. Nyokap gue pernah menikah dengan laki-laki yang lebih muda darinya dan akhirnya malah dikhianati. Gue nggak mau seperti itu,” kata Amber sewot.
“Nggak semua cowok brondong bakal berkhianat, Amber. Bokap gue aja lebih muda tiga tahun dari nyokap gue dan hubungan mereka baik-baik aja sampai sekarang. Benar nih, lo nggak suka sama Sehun?” sahut Luna.
“Tau ah!” Amber jadi keki mendengar kata-kata ketiga sobatnya itu.
Sehun... Sehun... Sehun... Sejauh apa ya nama itu akan menyusup dalam kehidupan Amber.
Heaven knows deh!
@(^-^)@
Amber berjalan menyusuri koridor kampus menuju toilet yang ada di ujung koridor, tepat di sebelah ruang perpustakaan. Langkahnya agak tergesa-gesa karena perutnya mulas banget. Pasti gara-gara makan bakso kebanyakan sambal pas istirahat tadi. Amber memegang perutnya, memohon agar perutnya mau bersabar sampai dia tiba di toilet.
Amber buru-buru memasuki bilik WC perempuan dan membuka pintu WC yang pertama. WC kampus ini nggak bersih-bersih amat. Tapi lumayanlah, nggak bau kok. Ada empat bilik di dalamnya. Selain itu juga ada tiga wastafel yang berdempetan dan memanjang, lengkap dengan cermin besar di atas wastafel itu.
Makanya, toilet di kampus ini juga merupakan salah satu tempat nongkrong favorit para siswi. Ada yang ke WC karena memang kebelet pipis atau pengin buang air besar, ada yang karena pengin cuci tangan, cuci muka, cuci kaki, atau sikat gigi. Tapi ada juga yang ke toilet khusus buat istirahat, ngumpet dari kejaran guru piket, bahkan ngegosip. Multifungsi banget, kan!
Aah... leganya, batin Amber tersenyum puas. Perutnya mulai tenang setelah semua beban itu dikeluarkan. Baru saja Amber mau membuka pintu WC, ia mendengar ada orang-orang yang kasak-kusuk di depan. Ke WC kok bareng-bareng Biasanya izinnya harus satu-satu. Jangan-jangan mereka bolos, lagi.
Amber nggak jadi membuka pintu dan tetap di dalam WC sambil pasang kuping.
Biasalah... penasaran!
“Lisa, lo bawa lipbalm, nggak?” tanya seorang cewek yang suaranya rada sopran. “Gue minta dong! Cewek yang dipanggil itu nggak menjawab.
“Lis, lo dengar nggak sih?” tanya cewek bersuara sopran itu sekali lagi.
“Sabar kek. Gue lagi cari blush-on gue nih!” dumel cewek yang bernama Lisa itu. Suara Lisa jenis alto.
“Lo mau lipbalm, Jen?” tanya satu cewek lain, yang ini mezzosopran. “Gue punya nih.”
“Yee... ngomong dari tadi kek, Rose,” sahut si cewek sopran.
“Akhirnya... ketemu juga blush-on gue,” ujar Lisa. "Eh, tadi lo minta apa, Jen?”
“Basi, tau!” gerutu cewek sopran tadi.
“Eh, habis ini kita ke mana nih?” tanya si mezzosopran. “Masa ngumpet di toilet terus.”
“Mmm... Kita lewat belakang aja. Biasanya pintu belakang kan nggak dikunci,” jawab si cewek sopran. “Lalu kita ke rumah tante gue yang tinggal di daerah sini. Kita bolos sampai pelajaran kelima aja.”
“Tapi pintu belakang kan sering dijaga Mr Hoo., satpam tua itu,” tampaknya si mezzosopran nggak setuju.
“Ya kita hati-hatilah, jangan sampai kelihatan sama Mr. Hoo.” sahut si cewek sopran.
“Kalau gagal gimana?” tanya si mezzosopran sedikit cemas.
“Lo tenang aja. Serahin ke gue,” si cewek sopran menjawab dengan percaya diri.
Lisa ikut sumbang suara, “Pokoknya kalau ada apa-apa, lo mesti tanggung jawab ya, Jen.”
“Lo pada tenang aja! Semua bisa gue atur,” sahut si cewek sopran.
“Jen, lo udah dengar belum?” tanya Lisa. “Katanya tadi pagi si Sehun berangkat bareng Amber , presiden HIMA kita itu.”
“Udah, gue udah denger,” jawab si cewek sopran.
“Lo nggak panas, Jen? Lo kan naksir Sehun?” kali ini si mezzosopran yang bertanya.
“Gila! Gue panas abis lah! Apa sih bagusnya tuh cewek? Mentang-mentang dia presiden HIMA, sok galak dan sok berkuasa banget! Pasti dia yang kegatelan ngedeketin Sehun gue,” maki si cewek sopran kesal.
“Tapi, Jen... gue denger dari kakak gue yang sekelas sama Amber, Amber tuh anticowok. Jadi nggak mungkin kalau Amber yang deketin Sehun,” ujar si mezzosopran.
“Anticowok? Mana mungkin! Lo pikir aja deh. Sehun itu kan keren abis, semua cewek pada klepek-klepek sama dia, mana mungkin si Amber itu bisa tahan,” bantah si cewek sopran.
“Tapi lo inget nggak... waktu kita orientasi kemarin kan si Sehun ngasih surat cinta ke Amber. Jangan-jangan emang Sehun yang naksir sama Amber,” kata Lisa.
“Kalau memang Sehun emang suka sama Amber. Itu berarti selera Sehun murahan. Apa bagusnya sih cewek kayak gitu. Sok galak, sok berkuasa, sok jual mahal, munafik!”
Brak! Amber membuka pintu WC dengan wajah merah menahan marah. Yap! Kesabaran Amber cukup sampai di sini.
“Udah puas ngomongin gue?!” tanya Amber.
Ketiga cewek yang masih berdiri di depan wastafel melotot kaget. Mereka sama sekali nggak menyangka bahwa cewek yang mereka gosipin sedang berada di dalam WC. Mampus deh!
“Masih ada yang mau diomongin tentang gue?”tanya Amber lagi.
Ketiga cewek itu hanya menggeleng pelan.
“Asal lo bertiga tau ya, gue sama sekali nggak berminat sama Sehun. Kalau di antara kalian ada yang naksir Sehun, silakan! Gue sama sekali nggak berminat jadi saingan,” kata Amber.
Wajah ketiga cewek manis itu berubah pucat. Mereka ketakutan melihat tampang Amber yang udah kayak serigala mau nerkam mangsa.
“Tapi ingat, gue nggak suka ada orang yang ngomongin gue di belakang gue. Itu namanya pengecut!” kata Amber tajam. “Dan satu lagi, pintu belakang udah dikunci sejak kemarin sama Mr Hoo, jadi kalau kalian berniat bolos, silakan cari jalan lain. Tapi hati-hati ya, kalian tuh masih baru di kampus ini. Kalian nggak tau mana jalan yang ada jebakannya dan mana jalan yang benar-benar aman. Mau bolos juga ada aturannya, Non!”
Amber tersenyum sinis lalu keluar dari toilet dan kembali menuju kelas dengan perasaan masih kesal. Dia nggak menyangka ada anak tingkat satu yang berani menghina dia. Tapi bagi Amber, pantang yang namanya marah sama adik tingkat lalu menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk menggencet mereka. Itu namanya nggak fair. Amber paling nggak suka harus berantem sama makhluk sesama jenis, apalagi kalau cuma gara-gara cowok. Nggak ada untungnya cari musuh gara-gara rebutan cowok.
Selama ini Amber nggak pernah tuh yang namanya cari-cari musuh. Ia selalu berusaha bersikap adil dan bergaul baik dengan semua orang. Makanya akhirnya semua memilih dia untuk jadi presiden HIMA. Itu karena semua temannya percaya pada Amber.
Waktu itu Amber hampir memperoleh 80% suara. Benar-benar kemenangan mutlak.
Kalau hari ini sampai ada yang tega menjelek-jelekkan dia, ini benar-benar hal yang nggak terduga. Hal yang nggak pernah terbayangkan oleh Amber sebelumnya. Soalnya nggak ada orang yang mampu membenci Amber, karena meskipun Amber galak, dia tetap seorang teman yang baik buat siapa aja. Ini pertama kalinya dalam hidup Amber ada orang yang berani menjelek-jelekkannya. Dan ini semua sudah jelas pasti gara-gara makhluk brengsek bernama Sehun itu. Semua pasti gara-gara dia.
Eaaaakkkk ..... Gercep nih gue.. Yo yg diem2 .. jempolnya digerakkin buat nulis komen..
Comments