Bab 5a

pacarku juniorku

Amber, Krystal, dan Luna duduk bertiga di bangku panjang di pinggir lapangan basket. Krystal tampak lebih tenang, tapi mata dan hidungnya masih merah karena habis menangis.

“Oke,” Amber memulai pembicaraan. “Sekarang lo jelasin deh, apa yang udah lo sembunyikan selama ini dari kami.”

“Gue... nggak bermaksud menyembunyikan apa pun dari kalian.” Krystal mulai sesenggukan, berusaha menahan air mata yang hendak bergulir lagi di pipinya.

"Krys, elo nganggap kami sobat lo, kan?” Luna merangkulkan tangannya ke pundak Krystal,berusaha menenangkan cewek itu.

Krystal mengangguk.

“Kalo gitu, lo harus cerita ke kami, apa pun masalah yang sedang elo hadapi,” lanjut Luna. “Walaupun kami belum tentu bisa membantu, paling nggak kita bisa saling berbagi dan mendukung.”

Krystal menangis lebih keras.

Amber menghela napas dan menengadahkan kepalanya menatap langit biru yang tumben banget lagi cerah siang ini.

Setelah beberapa saat akhirnya Krystal mulai tenang dan bicara lagi, “Tiga hari yang lalu, waktu Sehun nyanyi di lapangan, L ngajak gue bicara.”

Amber menolehkan kepalanya menatap Krystal.

“Kata L, Kai udah mengkhianati gue,” lanjut Krystal. “Kai selingkuh di belakang gue. Tapi gue nggak percaya. Dia bilang dia pernah melihat Kai jalan sama cewek yang sama dua kali.”

Luna mengernyitkan keningnya mendengar cerita Krystal. “Ah, masa Kai kayak gitu?”

“Gue juga bilang gitu sama L,” kata Krystal. “Tapi L ngotot. Dia bilang dia yakin banget. Dan... dan terakhir kali dia melihat mereka seminggu yang lalu, mereka sedang berciuman di depan bioskop.”

“Hah... ciuman?!” seru Luna nggak percaya.

Krystal mengangguk. “Makanya gue nggak percaya... gue nggak percaya Kai bisa berbuat seperti itu sama gue. Tapi L terus-menerus berusaha meyakinkan gue tentang hal itu.”

Amber menatap Krystal lekat-lekat, kemudian berkata, “krys, menurut gue, L nggak mungkin berbohong.”

Krystal dan Luna menatap Amber. Mereka terkejut dengan apa yang baru saja Amber katakan.

Amber berdiri dan berjalan ke hadapan Krystal. “krys, gue tau, L itu bukan cowok tukang adu domba. Gue pernah sebangku sama dia waktu kelas dua, dan gue tau banget dia bukan tipe cowok seperti dugaan lo.”

“Jadi maksud lo... L benar... Kai udah ngekhianatin gue?” tanya Krystal dengan suara bergetar.

“Kalau untuk hal itu gue nggak bisa memastikannya,” jawab Amber.

Krystal mulai menangis lagi. “Kalau git... kalau gitu gue harus gimana?”

“Krys, daripada lo nangis kayak gitu, lebih baik lo tanyain kejelasannya secara langsung ke Kai.”

“Ya ampun,Amber... mana mungkin Kai mau ngaku kalau dia memang benar-benar salah,” sahut Luna.

“Yah, itu soal kedua. Yang penting sekarang kita tau dulu apa pembelaan dia. Hakim juga nggak pernah langsung memutuskan apa tersangka itu benar-benar salah atau nggak sebelum mendengar pembelaan dari tersangka, saksi, dan bukti-bukti yang ada,” argumen Amber.

Luna tersenyum membenarkan kata-kata Amber. “Amber benar. Lebih baik sekarang lo nenangin diri lo, lalu cari waktu yang tepat untuk menanyakan semuanya langsung ke Kai.”

Krystal menyeka sudut matanya yang berair, berusaha menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. “Thanks, ya,” katanya lirih. “Kalian udah nemenin gue dan 

mendengarkan semua keluhan gue. Amb, maaf ya, gue emang cengeng banget.”

“Ember,” jawab Amber tersenyum lebar. “Tapi... yah... itulah elo.”

Krystal tersenyum. Kali ini lebih lebar dan sama sekali nggak terpaksa. Sahabat memang obat terbaik di kala kita sedang terluka. Dan itulah yang saat ini dirasakan 

Krystal.

 

                                         @(^-^)@

 

Amber mengeluarkan beberapa butir telur dari dalam kulkas. Setelah memecahkannya dan menuangkan isinya ke mangkuk, Amber mengambil garpu dan mengocok telur itu 

hingga rata. Lalu ia mengupas bawang putih dan bawang merah, lalu mengirisnya tipis-tipis dan menaburkannya ke atas telur kocok. Tak lupa ditaburkannya garam  dan merica ke atas telur kocok secukupnya.

Amber menyalakan kompor dan meletakkan wajan di atasnya. Sedikit minyak dituangkannya ke atas wajan, dan setelah minyak itu panas dia mulai membuat telur dadar favoritnya.

Hari ini menu makan malamnya telur dadar, kangkung cah, dan tempe orek, semua disusunnya di meja makan. Sekarang tinggal menunggu Mama pulang dan makan bersama.

Amber melirik jam dinding. Sudah hampir jam 19.00. Seharusnya Mama sudah pulang sejak tadi.

Gadis itu berjalan menuju ruang tamu. Ada suara mobil yang berhenti di depan rumahnya. Amber menyibak tirai yang menutupi jendela dan mengintip keluar.

Itu Mama! Mama turun dari mobil. Jendela mobil itu terbuka, dan Mama kelihatan sedang berbicara dengan seseorang yang mengendarai mobil itu. Amber berusaha menajamkan penglihatannya.

Laki-laki! Mama bicara dengan seorang laki-laki. Jantung Amber berdetak cepat. 

Siapa laki-laki itu? Kenapa Mama pulang diantar dia? Apa itu orang yang sama dengan yang mengantar Mama waktu itu? Siapa dia? Apa hubungannya dengan Mama? Apa yang dia mau dari Mama?

Berpuluh pertanyaan memenuhi batinnya. Amber menutup tirai lalu berjalan cepat menuju meja makan. Terdengar suara pintu dibuka. Pasti Mama sudah masuk.

Amber duduk di depan meja makan lalu mengambil gelas dan menuangkan air dingin ke dalamnya.

Mama yang sudah masuk tersenyum melihat meja makan sudah tertata rapi. 

“Maaf ya, Mama pulang kemalaman. Kamu pasti udah kelaparan?”

Amber diam saja. Ia menuangkan air dingin ke dalam gelas lainnya tanpa memedulikan sapaan Mama.

“Mama tadi ada keperluan sebentar, jadi pulangnya agak terlambat,” tambah Mama sambil berjalan menuju kamar.

Bia tetap diam saja.

“Kamu kenapa sih?” tanya Mama heran. “Kamu marah sama Mama?”

Mama berhenti di depan kamar dan menatap Amber.

“Mana mungkin aku marah sama Mama,” jawab Amber agak sinis. “Aku nggak punya hak untuk marah sama Mama meskipun Mama lagi menyembunyikan sesuatu dari 

aku.”

Alis Mama bertaut. “Apa maksud kamu? Memangnya Mama menyembunyikan apa dari kamu?”

“Aku nggak bermaksud apa-apa kok. Tadi cuma pengandaian aja.”

Mama menatap Amber tajam, lalu membuka pintu kamar sambil berkata, “Kita lanjutkan pembicaraan ini nanti. Mama mandi dulu, lalu kita bisa makan sama-sama.”

Amber diam. Dia mengambil piring dan menyendok nasi tanpa bersuara. Namun hati kecilnya berkata lirih, Nggak ada yang perlu dilanjutkan, Ma. Selama Mama 

nggak mau jujur sama aku, nggak ada gunanya kita bicara.

 

                                          @(^-^)@

 

Amber meletakkan tas ranselnya di meja. Kelas udah ramai oleh anak-anak yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Amber duduk di bangkunya dengan tampang bete. Dia masih kesal 

dengan kejadian semalam. Sesuai dengan perkiraannya, Mama udah nggak jujur. Mama hanya membahas tentang pekerjaan yang membuatnya pulang terlambat, tapi nggak sedikit pun menyinggung laki-laki yang belakangan ini sering kali mengantar Mama pulang.

Amber nggak mau memaksa Mama bercerita. Dia ingin menunggu sampai Mama terbuka dan jujur sama dia. Dia mau memercayai Mama meskipun nggak bisa dia 

pungkiri bahwa saat ini hatinya agak kecewa.

“Hei!” tegur Luna, mengambil tempat di sebelah Amber. “Pagi-pagi udah melamun. Kesambet baru tau loh!”

“Biarin!” jawab Amber asal.

“Ngelamunin siapa sih lo?” tambah Luna. “sehun?”

“Enak aja! Rugi gue ngelamunin cowok kayak dia. Bikin otak gue jadi tumpul.”

Luna mencibir. “Lain di hati lain di mulut, lo!”

“Lo kenapa sih, Luna?” seru Amber kesal. Pagi ini Amber udah cukup bete dan dia merasa nggak perlu lagi dibuat bete gara-gara cowok aneh itu.

“Duile... gitu aja marah,” goda Luna. “Iya deh... gue nggak akan sebut-sebut nama Sehun lagi.”

Amber mengambil novel dari dalam tasnya. Jam pertama hari ini membedah isi novel itu, pelajaran paling membosankan bagi Amber. Nggak hanya pelajarannya, dosennya juga. “Tia sama Krystal mana?” tanya Amber.

“Tia sih tadi katanya mau ke kantin, kalau Krystal belum datang tuh.”

“krystal belum datang?” tanya Amber heran. Diliriknya jam tangan yang nangkring manis di pergelangan tangannya. “Kan sebentar lagi masuk...”

“Tadi gue udah coba telepon ke HP-nya, tapi mailbox.”

“Aneh. Nggak biasanya dia telat.”

“Mungkin dia nggak masuk hari ini. Bolos, kali.”

“krystal bolos? Mana mungkin. Di antara kita berempat, dia kan paling rajin. Apalagi sebentar lagi udah mau ujian semester.”

“Iya juga ya. Atau... mungkin dia ada urusan, kali. Atau sakit.”

Suara dosen killer yang masuk kek kelas meyakinkan Amber dan Luna bahwa Krystal hari ini memang nggak masuk kuliah.

“Nanti pulang sekolah kita ke rumah dia yuk?” ajak Amber.

“Oke. Nanti istirahat gue ke kelas Tia buat ngajak dia.”

 

                                         @(^-^)@

 

“Lho, Tia-nya mana?” tanya Amber saat Luna melajukan mobilnya tanpa menunggu Tia. Rencananya mereka mau ke rumah Krystal.

Luna nggak menjawab pertanyaan Amber. Dia malah asyik menyetel CD Jennifer Lopez dan menggerak-gerakkan badannya.

“Heh, serius dong nyopirnya. Jangan sambil goyang begitu.”

“Iya, ini gue serius. Hehehe... Si Tia nggak bisa ikutan. Katanya sih dia ada janji sama teman lamanya yang baru balik dari Jerman. Dia nggak enak ngebatalinnya. Dia bilang sih kalau urusannya udah selesai, dia bakal nyusul ke 

rumah Krystal,” kata Luna akhirnya.

Amber semakin heran. Belakangan ini sepertinya ada yang aneh sama Tia. Dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Entah apa, tapi nggak biasanya Tia sok sibuk begini. Amber menghela napas panjang.

“Kenapa sih, amb?” tanya Luna.

“Nggak tau. Gue ngerasa ada yang aneh aja sama Tia.”

“Aneh?” tanya Luna lagi. “Apanya yang aneh?”

“Ya aneh. Kok mendadak Tia kayak orang sibuk gitu. Dia udah jarang kumpul dan susah banget dihubungi.”

“Mungkin dia emang lagi sibuk beneran. Nggak usah negative thinking gitu,Amb."

“Iya... mungkin lo benar.”

 

                                         @(^-^)@

 

Luna menghentikan mobilnya nggak jauh dari rumah Krystal. Rumah yang didominasi warna putih itu nggak terlalu besar, tapi kelihatan paling rimbun di antara rumah-rumah lainnya yang ada di kompleks itu. Semua orang yang lewat di depan rumah itu pasti langsung tahu bahwa penghuni rumah itu pencinta tanaman. Bayangin aja, dari balik pagar terlihat jelas beraneka tanaman, mulai dari 

tanaman bunga aneka warna sampai pohon cemara, pohon belimbing, dan pohon jambu. Pokoknya lengkap deh!

Amber turun lebih dulu dari mobil dan langsung menekan bel di tembok pagar rumah Krystal. Luna menyusul di belakangnya.

Sesosok perempuan tua tergopoh-gopoh datang untuk membukakan pintu. 

“Halo, Bi Sooya,” sapa Amber ramah. “Krystal ada Bi?"

“Ada, Non,” jawab Bi Sooya, pembantu Krystal yang setia banget, karena udah belasan tahun kerja di keluarga Krystal. Sambil membukakan pintu pagar untuk Amber dan Luna , Bi Ita berkata, “Tapi Non Krystal-nya lagi sakit.”

“Sakit apa, Bi?” tanya Amber.

“Bibi nggak tau, Non. Badannya Non Krystal anget, udah gitu muntah terus. Bibi jadi kasihan ngelihatnya.”

“Kalau kami langsung masuk ke kamar Krystal, boleh nggak, Bi?”

“Boleh atuh, Non. Nyonya lagi di dapur buatin bubur spesial buat Non Krystal. Nanti Bibi yang bilangin ke Nyonya kalau Neng Amber sama Neng Luna datang.”

“Sip deh, Bi,” sahut Amber setuju.

Amber dan Krystal masuk dan langsung menuju kamar Krystal di lantai atas. Kedua cewek itu udah sering banget main ke rumah Krystal, makanya mereka hafal seluk-beluk rumah ini.

Sampai di depan kamar Krystal, Amber menghentikan langkahnya dan mengetuk pintu pelan-pelan. Nggak ada sahutan. Sekali lagi Amber mengetuk pelan, tapi kali ini 

sambil memanggil nama Krystal.

“Masuk aja,” terdengar jawaban lirih dari dalam kamar.

Amber dan Luna beradu mata sesaat, lalu pelan-pelan mereka masuk ke kamar.

“Halo, Krys,” sapa Amber mendekati tempat tidur Krystal dan duduk di sisi sobatnya yang sedang terbaring itu. “Tumben lo bisa sakit.”

Luna juga nggak mau ketinggalan. Tanpa basa-basi dia mengambil kursi dan duduk.

“Hei, lo sakit apa sih?” tanya Amber lagi. “Kata Bi Sooya badan lo panas, terus lo muntah-muntah melulu. Bener nggak sih?”

“Jangan-jangan lo kena flu burung ya,” timpal Luna asal.

Yang ditanya diam seribu bahasa. Selimut menutupi seluruh tubuhnya.

“krys, kenapa sih lo?” tanya Amber mulai keki. “Kami kan datang buat jenguk elo, jangan malah dicuekin gini dong! Apa sakit lo parah banget sampai nggak bisa ngomong atau ngelihat kami berdua?”

Krystal tetap mengurung diri di balik selimut. Tapi kali ini tubuhnya bergetar pelan. Lama-kelamaan semakin kencang dan disertai isak pelan. Krystal menangis.

Amber dan Luna kaget plus heran. Saking nggak sabarnya, amber menarik selimut yang menutupi tubuh Krystal. “Lo kenapa sih?!”

Wajah Krystal yang pucat dan bersimbah air mata muncul dari balik selimut. 

Matanya bengkak, bibirnya kering, wajahnya merah, dan peluh mengalir di keningnya. Amber dan Luna melotot kaget.

“Krystal! lo kenapa?” pekik Luna.

Krystal malah menangis lebih kencang dari sebelumnya. Luna menarik tubuh Krystal dan memeluknya.

“Gue benci Kai... gue benci dia,” kata Krystal di tengah isak tangisnya.

Amber mengambil tisu yang ada di atas meja tepat di sebelah tempat tidur Krystal dan menyodorkannya pada cewek itu. Krystal mengambilnya dan menghapus air mata 

yang turun di pipinya.

“Ada apa, krys?” tanya Amber tanpa bisa menyembunyikan kecemasannya. “Apa yang udah terjadi?”

“Gue benci Kai. Gue benci dia!” pekik Krystal histeris.

“Kenapa dengan Kai? Apa yang membuat elo begitu marah sama dia?” tanya Amber nggak sabar.

Krystal menghapus air matanya dan melepaskan diri dari pelukan Luna. Ia menarik napas panjang untuk mengontrol emosi yang meluap dalam dirinya.

“amb... ternyata L benar,” ujar Krystal  lirih. “Kai nyeleweng. Dia ngeduain gue. Kemarin malam gue nanya langsung ke dia. Awalnya dia nggak mau ngaku, tapi waktu gue bilang gue lihat dia jalan sama cewek di mal, akhirnya dia ngaku.”

“Jadi... Kai benar-benar... nyeleweng?” Luna masih nggak percaya. 

Masalahnya, Kai yang selama ini dia kenal benar-benar tipikal cowok idaman. 

Baik hati, gentleman, ramah, sopan, dan yang pasti setia. Rasanya siapa pun nggak akan percaya kalau cowok seperti Kai ternyata mendua hati.

Krystal mengangguk sebagai jawaban untuk keraguan Luna. “Dia bilang, dia bosan pacaran sama anak kuliahan yang manja kayak gue. Katanya nggak ada serunya, kayak pacaran sama anak kecil. Gue nggak ngerti apa maunya, padahal sebentar lagi gue juga lulus kuliah kan? Kenapa dia nggak mau menunggu? Kenapa dia memilih cewek itu dan mutusin gue gitu aja? Apa hubungan gue sama dia 

selama ini nggak punya arti apa-apa buat dia? Kenapa dia dengan begitu mudahnya mutusin gue? Kenapa?”

Tangis Krystal bertambah kencang. Dia benar-benar patah hati dan kecewa. 

Mungkin itu yang bikin dia jadi sakit seperti ini. Kata orang penyakit kan bisa juga disebabkan oleh gangguan psikologis kayak yang dialami Krystal sekarang ini.

Amber bangkit dan berjalan menuju pintu kamar Krystal dengan tangan terkepal.

“amb, lo mau ke mana?” tanya Luna.

“Gue mau bikin perhitungan sama cowok brengsek itu. Gue nggak akan tinggal diam melihat sahabat gue dicampakkan gitu aja. Dia harus gue kasih pelajaran sampai kapok!” jawab Amber geram.

“Jangan, Amb.. jangan. Gue mohon jangan!” tahan Krystal memelas.

“Kenapa?” tanya Amber. “Apa lo masih cinta sama dia? Apa lo masih mau ngebelain dia?”

“Bukan... bukan...”

“Terus kenapa?”

“Gue nggak mau dia tau bahwa gue terluka gara-gara dia. Jangan permalukan gue di depan dia, Amb. Kalau dia sampai tau gue kayak gini gara-gara dia, gue nggak akan punya muka lagi di depan dia. Dia akan merasa menang dan hebat karena bisa mencampakkan gue.”

Amber terdiam. Lalu perlahan dia kembali ke samping Krystal.

“Kalau lo nggak mau dia merasa menang dan hebat, jangan siksa diri lo seperti ini. Buktikan sama dia bahwa dia nggak ada artinya buat elo. Buktikan sama dia, bukan dia yang mencampakkan elo tapi elo yang mencampakkan dia,” cecar Amber.

“Gue tau, tapi gue nggak bisa, Amb. Gue nggak tau gimana caranya bangkit lagi...”

“Gue yang akan membantu lo bangkit lagi.” Tiba-tiba L muncul dari balik pintu kamar Krystal.

Amber, Krystal dan Luna menatap L kaget. Mereka sama sekali nggak menyadari kehadiran cowok itu.

“Udah berapa lama lo di situ?” tanya Amber ketus.

“Cukup lama,” jawab L tenang. “Yang pasti, gue udah dengar semua pembicaraan kalian.”

“Ngapain lo nguping di rumah orang?” ketus Amber.

“Sori, gue nggak bermaksud nguping. Tujuan gue ke sini mau jenguk Krystal, tapi pas gue mau ngetuk pintu, gue dengar Krystal nangis. Gue nggak jadi masuk dan akhirnya malah mendengar semuanya. Sekali lagi sori.”

“Tapi lo sekarang puas kan, L? Omongan lo soal Kai ternyata benar, dan lo bisa ngetawain gue, kan? Apa lo ke sini buat ngelihat penderitaan gue?” tanya Krystal sinis.

“Nggak begitu, Krys. Please, jangan berpikiran senegatif itu tentang gue.”

“Lalu buat apa lo ke sini?”

“Karena gue khawatir sama elo, karena gue peduli sama elo, karena gue sayang sama elo...”

Krystal terdiam. Air matanya mengalir pelan.

“krys, lo tau, gue udah lama suka sama elo. Dan sampai sekarang, perasaan gue nggak berubah sedikit pun. Krys, izinkan gue berada di samping lo. Nggak perlu sebagai pacar, tapi cukup... sebagai tempat lo bersandar.”

Tanpa sadar air mata Krystal mengalir lebih deras. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menangis kencang.

L jadi kebingungan. Dia langsung panik melihat Krystal menangis histeris begitu. Amber tersenyum geli melihat kepanikan L dan buru-buru menahan Luna yang udah mau memeluk Krystal.

Amber menghampiri L dan mendorongnya ke arah Krystal. L semakin salah tingkah. Mukanya berubah merah. Entah karena panik atau karena malu. Tapi pelan-pelan L mengulurkan tangan, lalu dengan lembut membelai rambut Krystal.

Krystal tetap menangis, tapi dia membiarkan tangan L membelai rambutnya.

“krys... gue ada di sini. Jangan khawatir. Gue akan selalu di samping lo, apa pun yang terjadi,” bisik L lembut.

Tiba-tiba Krystal langsung memeluk L dan menangis di pundaknya. Sesaat L terpana lalu perlahan membalas pelukan Krystal, semakin lama semakin erat.

Amber dan Luna tersenyum di sisi tempat tidur. Adegan barusan persis kayak di drama romantis Korea. Meskipun menurut Amber kata-kata L rada gombal, tapi bolehlah. Semoga aja kehadiran L bisa jadi obat mujarab untuk luka di hati Krystal.

 

 

Yeeeaaaayyy.. gue update nih.. kalian ga mau update komen gitu??? TT

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sapsaptl
#1
Chapter 16: HAHAHAHAHAHA gua udah baca ini berulang kali. Dari yg asli sampe yg re-write. Dulu awal baca itu diganti versi Cakka-Oik idola cilik, terus baca yg asli, terus baca yg ini. HAHAHAHA.
Meskipun gua udah tau endingnya gimana, gua tetep ngotot baca hahaha. Gua ingetnya ceweknya namanya Bia. Kalo yg cowok lupa gua. Udah lama bgt xD
Gua gatau mau komen apalagi, soalnya udah berkali-kali baca. Tapi gua salut sama authornya. Karena mau re-write novel ini. Gua ada rekomendasi novel sih, karakternya cocok sama Amber. Dan authornya juga ga bakal kecewa kalo baca. Hahaha. Kalo mau bisa DM gua aja. Ntar juga gua kasih tau rencananya hehe. Kalo mau sih, kalo nggak juga gapapa hahaha.
Dan mau dikomen apalagi? Ceritanya...gua bener-bener hampir apal. Tapi...tetep bikin senyum senyum sih bacanya versi hunber. Makasih ya♡♡♡
sapsaptl
#2
Chapter 1: yaampun ini novel dari jaman gua smp. dan ternyata ada yg repost versi amber. gua baca dulu yak, baru nemu. ntar gua komen jd satu aja gapapa kan? ♡♡♡ suka bgt sama nih novel. dulu bacanya barengan sama novel fairish hahaha. gua dikit2 inget lah ya wkwk
Channoides
#3
Chapter 16: hoalaah dh end, bartau. maaf lupa ngesubsc. soalnya kn biasanya baca yg subsc only, kirain udah taunya blm. :Vv
ngakakss lh sama endingnya. Luna yah emang. mau mati masal yg ngejenguk org fluburung ckckck..
dan akhirnya hunber cieeeeeeh.. gw ikut seneng hun. yey!!
tengkyuu dh buat ff ini :3
krisber22 #4
Chapter 16: Hahaha kok agak maksa nih ending.a
Berasa ada yang kurang gituhh..
Tapi apa yahhh..
Hehehe..

Siip thor maaf kalo selama koment ada kata" yg kurang menyenangkan..
Ditunggu new ff.a kalo bisa bahasa.a dibenerin lagi ia dibuat baku juga gx pp
kalo mau sih kalo gx juga gxpp..
ajol_fxonee
#5
Chapter 16: Wkwkwkwkwkw... Flu burung emang terlalu ganjil...
Hadeeeeehhh luna luna... Ini semua thanks to luna
Btw, makasih udah nyelesaiin cerita ni and gak bikin gantung... Tapi pas endingnya kok ada nama egi sih... Apa itu seharusnya sehun yah... Heheheeh #typo
Sjt0057 #6
Cringey af
ajol_fxonee
#7
Chapter 15: Flu burung????
Nih si sehun... Sakit mulu...
Sakit hati iyah....
Amber jga gengsinya tingkat dewa....
Hahahahaha... Ngaku aja knapa sih... Klo suka bilang suka..kaleeeee
krisber22 #8
Chapter 15: Yeahh kok mau end sihh padahal seru lhi ff.a
Tapi gx papa selama ada yg baru mah okelahh..

New ff amber x jin bts boleh gx thor
.
Hehehe
ajol_fxonee
#9
Chapter 14: Waduuuhhh... Disini sebenarnya amber yg jadi sumber konfliknya... Dia terlalu keras dan selalu mengutamakan pikiran tanpa perasaan... Takut terluka tapi justru malah membuat org lain terluka dan dirinya sendiri merasakan penyesalan...
Emang sosok sehun yg paling cocok menjadi pendampingnya karna walaupun lebih muda darinya tapi lebih dewasa dalam pemikiran.. Dan tentunya lebih bijak, tipe pria idaman dan bisalah jadi pemimpin dalam keluarga ecieciecie..... Amber udah jelas banget cemburu tapi gak mau ngaku... Ahahahaha...
Channoides
#10
Chapter 14: baru nemu ini, baru baca, baru selese :V
rada ooc sih ya, Ambernya galak haha.. tp gaapa. terus rada ngebingunain sama statusnya Amber. dia disini anak kuliahan kn, tp untuk konflik yg kaya gini enaknya klo Amber itu anak SMA aja. soalnya terkesan bgt konflik usia remaja, kalo kuliah, apa lg semester akhir itu lebih berat. semacam cinlok di parkiran gara" kerja sama ngempesin ban dosen pembimbing wkkkk~ eh salah. pokoknya kalo anak kuliahan semester akhir biasanya otaknya agak dewasaanlh, mereka cenderung dewasa buat maafin org, kalopun marah gak ampe langsung meledak" apalagi sama hal kecil doang. tp ini hanya pendapat. mungkin gw terlalu baper baca ffnya sampai terllu mentingin hal" di dunia nyata :V kalo di sastra apa si yg ga mingkin *eaaaa
oke sip. thanks ficnya. btw ceritanya mengharukan sekali. apa lagi yg akhir" ini. itu tag ada chanyeol tp dia munculnya di chap 1 doang? gaada konflik sama Amber apa nih *ngarep. wkwkwk