BAB 1a
pacarku juniorkuCowok aneh itu berdiri agak jauh dari tempat Amber, Chanyeol, dan Victor. Tapi tatapan tajamnya lurus ke arah Amber. Senyumnya merekah.
“Apa kasusnya?” tanya Chanyeol.
“Anak aneh,” jawab Victor singkat. “Cocok banget sama julukannya.”
Amber menatap cowok yang berdiri nggak jauh dari hadapannya. Anak aneh? Apa yang aneh dari cowok itu? Bahkan menurut Amber, tampangnya oke kok. Badannya
yang tinggi dan tegap bikin tu cowok jadi kelihatan keren. Mukanya yang oriental mengingatkan Amber pada bintang film kesayangan Mama, si Hua Ce Lei itu tuh. Amber yakin banget, nggak lama lagi nih cowok pasti bakal jadi salah satu idola kampus. Tampangnya innocent banget, apalagi senyumnya itu. Tapi entah kenapa, Amber merasa wajah cowok itu mirip dengan orang yang dikenalnya. Mm... siapa ya?
“Memangnya dia bikin salah apa, Tor, sampai lo bilang dia anak aneh?” tanya Amber heran.
“Apa atribut yang dipakainya nggak lengkap?”
“Kalau soal atribut sih gue nggak tau ya, soalnya gue sama sekali belum periksa,” jelas Victor.
"Tapi yang pasti gue serahin dia ke elo karena dia... asli
banget... orang aneh.”
“Apanya yang aneh sih?” Chanyeol penasaran.
“Lo tanya aja sendiri,” kata Victor. “Gue mau balik ke pos gue.”
Amber dan Chanyeol berpandangan heran. Victor berjalan menjauh dan kembali bergabung dengan timnya yang sedang berteriak-teriak ke arah mahasiswa baru.
Chanyeol menatap “cowok aneh” yang masih berdiri di tempatnya tadi, lalu memanggilnya, “Heh, Katro, cepat ke sini!”
Cowok itu celingak-celinguk ke kanan dan kiri, lalu kembali menatap Chanyeol sambil menunjuk dirinya sendiri. Ia seperti hendak memastikan bahwa memang dia
yang dipanggil Chanyeol barusan.
“Iya, kamu. Memang kamu kira siapa lagi? Baca dong papan nama di dada kamu!” Chanyeol jadi agak sewot.
Cowok itu berjalan mendekati Chanyeol dan Amber.
“Kamu tahu kenapa kamu dibawa menghadap kami?” tanya Chanyeol begitu cowok itu udah berdiri di hadapannya.
“Mm... awalnya sih saya kira kakak yang tadi itu naksir sama saya dan punya maksud jelek sama saya, tapi sekarang saya sadar...,” jawab cowok itu menggantung
kalimatnya.
“Sadar apaan?” tanya Amber tegas.
“Saya sadar... bahwa kakak tadi ternyata hanya ingin mengantar saya untuk bertemu dengan bidadari yang selama ini saya cari... yang selama ini selalu hadir
dalam setiap mimpi-mimpi saya. Dan sekarang bidadari itu sudah berdiri tepat di hadapan saya,” jawab cowok itu enteng. Ia terus menatap Amber dengan sorot memuja.
“Terima kasih atas pujiannya, tapi sayang banget, saya nggak mempan sama rayuan gombal. Kamu harus tahu, ini bukan tempat pelatihan buat pelawak atau badut. Kalau kamu mau jadi pelawak atau badut, kamu salah tempat. Kamu mesti bilang sama orangtua kamu untuk segera memindahkan kamu dari kampus ini. Kampus ini nggak butuh manusia konyol kayak kamu!” jelas Amber dengan nada pedas.
“Saya nggak pernah berminat jadi badut atau pelawak, Kak. Saya cuma ingin jadi... pacar Kakak.”
“kamu kira kamu itu lucu, apa?!” bentak Amber.
“Sama sekali nggak lucu, Kak, tapi ada juga sih orang yang bilang kalau saya lucu dan manis,” jawab cowok itu sambil tetap tersenyum manis.
“Kalau begitu, orang-orang yang menganggap kamu lucu itu adalah manusia-manusia katro kayak kamu!” maki Amber.
“Wah, kalau itu sih saya nggak tahu, Kak.”
“Udah, Am... periksa perlengkapannya aja dulu,” saran Chanyeol.
Amber menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Benar kata Victor, cowok di hadapannya ini aneh. Amber juga nggak tahu apakah cowok itu bermaksud cari-cari
masalah atau bukan. Semua masih nggak jelas.
“Keluarin semua perlengkapan yang harus kamu bawa hari ini!” perintah Chanyeol.
Cowok itu menurut. Dia mengeluarkan berbagai macam barang dari dalam tasnya. Chanyeol mulai memeriksanya satu per satu. Semuanya lengkap, nggak ada yang kurang.
“Tunggu dulu! Kalung apa yang kamu pakai itu?” tanya Amber sambil menunjuk kalung yang menggantung di leher cowok itu.
“Bukannya yang disuruh itu kalung dari jengkol?”
“Oh... begini, Kak, ceritanya. Saya udah suruh pembantu saya beli jengkol buat dibikin kalung. Tapi dia salah pengertian. Dia kira saya lagi pengin makan semur
jengkol. Jadinya jengkolnya dimasak deh sama dia. Tapi saya nggak bisa marah, soalnya semur jengkol buatan pembantu saya itu emang enak banget. Berhubung
yang ada di rumah tinggal pete, ya udah saya bikin aja dari pete. Gitu Kak ceritanya.”
Chanyeol berdiri di samping Amber sambil berusaha mengulum tawa. Gaya bicara si Katro ini memang asli lucu. Mimik mukanya yang innocent bikin orang yang mendengar ceritanya mau nggak mau jadi percaya. Tapi itu nggak berlaku buat Amber.
“Kamu pikir saya percaya sama cerita kamu itu?” tanya Amber.
“Harus percaya, Kak, karena saya memang jujur kok. Apa muka saya kayak muka penipu? Nggak, kan? Kalau mau, Kakak boleh tanya sama pembantu saya di rumah... atau saya suruh dia bikin semur jengkol lagi buat Kakak. Saya yakin, kalau Kakak udah mencicipinya sedikit saja, Kakak juga nggak akan bisa marah sama
pembantu saya itu.”
“Saya nggak peduli dan jangan coba-coba mempermainkan saya...! Sekarang juga saya minta kamu push-up tiga puluh kali!” perintah Amber.
“Push-up, Kak?” tanya cowok itu.
“Iya. Cepat!” bentak Amber. Suaranya yang keras membuat semua mata memandang ke arahnya.
Cowok itu tersenyum manis lalu berkata, “Kalau Kakak yang suruh, apa pun akan saya lakukan.” Dia meletakkan tasnya di tanah dan mulai mengambil posisi push-up. Lalu perlahan dia mulai push-up di bawah hitungan Amber.
“Oke, semuanya!” perintah Rome yang menempatkan diri di tengah aula.
“Bikin lingkaran besar!”
Mahasiswa baru itu mulai bergerak dan membuat lingkaran sesuai perintah senior mereka.
“Woi, pada tau lingkaran besar nggak sih!” bentak Victor. “Atau masih kayak anak TK, bikin lingkarannya harus sambil pakai nyanyian baru ngerti?!”
“Yang di sana!” seru Chanyeol, “bikin lingkaran besar ya, bukan malah ngumpul dan ngobrol sendiri!”
Teriakan demi teriakan bergema di seluruh aula. Seandainya saja boleh, mahasiswa tingkat satu itu pasti akan sangat berterima kasih bila diizinkan menyumpal telinga mereka dengan kapas. Padahal mereka udah sebisa mungkin melaksanakan perintah kakak-kakak senior itu dengan baik. Tapi tetap aja ada yang salah.
“Kamu yang kecil kayak tuyul!” teriak Leon. “Jangan malah mendem di pojok. Nanti kalau kamu ilang digondol jin bisa bikin repot, tau!” Tawa mahasiswa baru meledak.
“Siapa yang suruh ketawa!” bentak Sharon. “Keterlaluan sekali kalian, ngetawain teman sendiri!”
Aula mendadak sunyi senyap. Nggak ada yang berani bersuara apalagi ketawa.
“Oke, sekarang semuanya dengar baik-baik!” suara Danik memecah keheningan.
“Tadi pagi kalian telah diminta untuk mengumpulkan surat cinta dan surat benci untuk kakak senior kalian kepada wali kelas masing-masing....
“Tapi ada satu surat yang rasanya aneh dan saya mau pengirim surat itu maju ke tengah lingkaran,” lanjut Danik.
"Namanya..."
Eaaaa.. continue abis ini yaaaah.. komen saran laykuh semuaaaaaaaa.....
Btw, gue manggil tmn2 gue pk panggilan kesayangan yaitu "laykuh" .. haha. Kalian kan juga temen gueee... curhat dikit. Kecupsmuah
Comments