Bab 4
pacarku juniorkuBAB EMPAT
“Amb... gue anterin pulang ya,” tawar Sehun saat semua mahasiswa kelas Amber sudah meninggalkan ruang kelas dengan penuh sukacita untuk segera pulang ke rumah.
Amber berjalan cepat menyusuri lapangan tanpa memedulikan tawaran Sehun yang berusaha menjajarkan langkahnya di samping Amber.
“Amber... jangan cuek gitu dong. Gue anterin lo pulang ya,” rayu Sehun pantang menyerah. “Kan lebih enak naik mobil gue daripada naik bis.” Amber tetap nggak peduli dan mempercepat langkahnya menuju gerbang kampus yang menganga lebar.
“Amber ....,” panggil Sehun sambil menahan tangan kiri Amber.
Amber berhenti dan menatap Sehun tajam. “Lepasin tangan gue!”
“Nggak mau. Gue baru mau lepasin tangan lo kalau lo mau pulang bareng gue.”
“Gue bilang lepasin tangan gue!”
“Gue nggak mau!”
Plaakk! Sebuah tamparan keras melayang di pipi Sehun. Semua mata kontan menatap mereka. Sehun melepaskan genggamannya. Dia nggak menyangka Amber akan senekat itu. Dalam hitungan detik, di pipi Sehun yang mulus dan putih tercetak bekas tamparan jari-jari tangan Amber.
“Dengar baik-baik, ya. Tamparan itu hadiah buat kekurangajaran lo megang-megang tangan gue. Kalau elo masih berani ganggu gue, gue nggak akan segan menghajar elo. Jangan kira gue nggak berani sama elo. Biarpun cewek, gue nggak takut kalau harus ribut sama elo!” Sehun terperanjat. Tapi cowok itu memang sabar, ia nggak termakan emosi mendengar ancaman Amber.
“Amb, kenapa sih elo sewot banget sama gue. Apa gue salah, jatuh cinta sama elo?”
“Lo kira gue bisa kemakan rayuan gombal lo? Elo salah besar! Gue bukan cewek gampangan seperti yang lo kira. Kalau lo mau mainin cewek, gue rasa banyak temen sekelas lo yang bersedia!”
“Amb, gue nggak pernah nganggap elo cewek gampangan. Gue nggak pernah berniat mainin cewek mana pun. Gue cuma mengikuti kata hati dan debaran jantung gue yang udah menjatuhkan pilihannya ke elo...”
“Sehun, kalau elo masih coba-coba deketin gue dan sok ngegombal, gue akan benar-benar membenci elo dengan segenap jiwa raga gue!” bentak Amber kesal.
Mahasiswa yang lagi bubaran kelas membuat pagar lingkaran di sekeliling Amber dan Sehun. Mereka membatalkan niat mereka untuk segera meninggalkan kampus.
Tontonan gratis yang seru ini sama sekali nggak boleh dilewatkan. Bahkan sampai-sampai ada yang nekat taruhan siapa yang menang dalam pertarungan kali ini.
Kebanyakan sih pada megang Amber.
“Amber... gue suka sama elo. Dan gue akan membuat elo melihat ketulusan perasaan gue. Gue nggak akan mundur begitu aja. Tamparan ini malah membuktikan bahwa elo ada perhatian ke gue,” kata Sehun lembut. Ia tersenyum manis menatap kedua bola mata Amber yang melotot marah.
“Dasar GILA!” teriak Amber lalu berlari meninggalkan Sehun dan menembus pagar lingkaran teman-temannya.
“HIDUP SEHUN!!!” teriak salah satu penonton yang kemudian diikuti sorakan teman-temannya yang lain. Ternyata Sehun yang menang.
“Ayo, lo bayar taruhannya!” tagih Lay, salah satu sobat Sehun yang ikutan pasang taruhan untuk kemenangan Sehun.
Mahasiswa lain mulai bubar. Yang menang taruhan tertawa lebar, sedangkan yang memilih Amber cuma bisa mesem-mesem kecewa.
“Hun, lo TOP banget dah! Tu cewek bisa lo buat nggak berkutik. Hebat, hebat!” puji Lay mendekati Sehun sambil mengantongi uang yang baru saja didapatkannya.
Sehun cuma diam dan mengelus-elus pipinya yang masih terasa agak panas.
“Weits! Pipi lo merah juga, Hun. Tamparan tuh cewek keras juga ya?” kata Lay.
“Lo nggak serius kan naksir cewek kasar gitu?”
“Dia bukan cewek kasar. Dia cuma punya watak keras,” bela Sehun.
“Hun.. jangan bilang lo serius naksir dia ya,” ujar Lay curiga.
Sehun nggak menjawab. Dia hanya diam dan tersenyum. Tapi bagi Lay, senyum Sehun itu udah cukup sebagai jawaban.
“Lo gila, Hun! Segitu banyak cewek yang naksir lo sejak hari pertama kita masuk kampus ini, elo malah milih cewek kasar yang jelas-jelas nggak suka sama elo,” kata Lay heran. “Gue rasa otak lo udah nggak waras lagi.”
“Elo salah, Lay!” bantah Sehun. “Justru karena gue waras, gue milih Amber daripada cewek-cewek sok jaim yang ngejar-ngejar gue tiap hari itu.”
“Apa sih yang bagus dari tuh cewek?” tanya Lay. “Cakep kagak, otaknya juga biasa aja. Udah gitu, dia kan senior kita, galak pula, sama sekali nggak ada nilai plusnya deh.”
“Sekali lagi lo salah,” jawab Sehun. “Amber gadis paling baik yang pernah gue temui.”
@(^-^)@
Amber membanting tasnya ke tempat tidur dengan kesal. Hari ini benar-benar hari terburuk buatnya. Ia menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dan mengambil gulingnya, lalu meremasnya gemas.
Kriing...! Dering telepon memaksa Amber untuk bangun dan segera ke bawah untuk mengangkat telepon. Amber berlari kecil sambil ngedumel kesal.
“Halo...,” sapa Amber ogah-ogahan.
“Halo, Amb." sapa Krystal ramah dari seberang. “Gue ganggu nggak?”
“Eh, elo, Krys,” jawab Amber. “Nggak ganggu kok, ada apa?”
“Cuma mau ngobrol aja sama elo.”
“Lho, tumben. Ada apaan sih?” tanya Amber heran. “Nggak biasanya elo berkesan misterius gini.”
“Siapa yang misterius?” Krystal malah balik tanya. “Gue cuma mau ngobrol biasa aja sama elo.”
“Oke. Tentang apa nih?”
“Tentang elo.”
“Gue?”
“Iya, tentang elo,” jawab Krystal. “Gue denger, pas pulang sekolah lo ribut sama Sehun di lapangan, ya?”
“Tau dari mana lo?”
“Dari berbagai sumber. Topik itu mulai jadi pembicaraan hangat seantero kampus, dan gue yakin besok berita itu pasti bakal jadi lebih heboh lagi.”
“Pada kurang kerjaan, ya! Buat apa sih kejadian gitu aja dibesar-besarkan!”
“Amb, apa elo nggak sadar? Ini pertama kalinya ada cowok yang benar-benar berhasil merebut perhatian lo.”
“Merebut perhatian gue?” tanya Amber. “Apa lo nggak salah, ? Gue malah setengah mampus benci banget sama dia.”
“Bukankah benci itu juga satu bukti bahwa elo merespons semua tindakan dia dan memberi dia satu perhatian lebih?”
“Maksud lo apa, Krys?”
“Amb, hampir tiga tahun gue kenal elo, dan gue tau siapa elo,” jelas Yuki. “Amber yang gue kenal sangat dingin sama cowok yang berusaha mendekatinya. Amber yang gue kenal pantang mengharapkan bantuan cowok kecuali jika ada hubungan kerja sama yang saling menguntungkan di dalamnya. Amber yang gue kenal nggak pernah mau merespons semua tindakan cowok yang mencoba pedekate sama dia. Amber yang gue kenal nggak akan mau ribut sama cowok karena urusan cinta.”
Amber nggak bersuara. Dia nggak bisa membalas semua ucapan Krystal. Dia terpaku diam.
“Tapi Amber yang sekarang mulai berubah,” lanjut Krystal. “Amber yang sekarang marah-marah dan ngejutekin seorang cowok yang sedang berusaha pedekate sama dia. Padahal dulu boro-boro melirik, setiap cowok yang mencoba mendekati Amber bakal dicuekin habis-habisan. Amber yang sekarang juga mau dianterin ke kampus sama cowok tersebut meskipun dengan alasan terpaksa. Bahkan Amber yang sekarang bisa ribut di depan umum sama seorang cowok gara-gara masalah cinta.”
“Tapi gue nggak ngeributin masalah cinta sama Sehun!” bantah Amber. “Gue cuma... gue cuma... nampar dia dan minta dia nggak ganggu gue lagi.”
“Apa bedanya, Amber?” sahut Krystal. “Itu malah semakin menunjukkan bahwa elo jelas merespons semua tindakan dia. Elo marah-marah sama dia, elo ngejutekin dia, elo bilang elo benci sama dia, bukankah itu berarti elo memberi perhatian dan menanggapi semua tindakan yang dia lakukan?”
“Tapi...”
“Lo masih ingat Jay nggak, cowok yang empat bulan lalu mencoba ngedeketin elo?” tanya Krystal.
“Jay?”Amber malah balik bertanya. “Jay yang mana? Memangnya ada cowok yang namanya Jay yang mencoba deketin gue?”
“Tuh... benar, kan? Bahkan nama cowok yang pedekate sama elo aja lo nggak ingat,” kata Krystal. “Jay itu teman kuliahnya Kai, Amber...! Nah, sekarang kembali ke Sehun nih. Elo tuh benar-benar merespons kehadiran cowok itu.”
“Gue nggak bermaksud gitu, Krys.”
“Jujur sama gue, Amb." kata Krystal. “apa elo udah jatuh cinta sama Sehun?”
“Nggak... itu nggak mungkin,” jawab Amber. “Gue nggak mungkin jatuh cinta sama cowok aneh itu.”
“Kenapa nggak, Amb? Elo nggak salah kok kalau elo jatuh cinta sama dia.”
“Nggak mungkin! Gue nggak mau jatuh cinta,” ujar Amber. “Cinta itu cuma bikin gue menderita, dan gue nggak akan membiarkan diri gue merasakan penderitaan yang sama kayak nyokap gue. Gue nggak akan membiarkan cowok mana pun menyakiti gue. Nggak akan!”
“Elo salah, Amber,” kata Krystal. “Kalau elo sendiri takut untuk mencintai, gimana elo bisa tau apa elo bakal menderita atau malah bahagia?”
“Gue nggak peduli! Lagi pula, buat apa sih elo ngomongin masalah ini sama gue?”
“Gue cuma mau membantu lo untuk jujur sama diri lo sendiri.”
“Udahlah, Krys” kata Amber kesal. “Gue nggak mau membahas Sehun lagi. Hari ini gue udah cukup capek gara-gara cowok rese itu. Gue sampai enek terus-terusan mendengar nama dia hari ini.”
“Oke, oke. Sori ya kalau gue udah mengganggu elo, Amb.”
“Nggak kok, Krys. Elo nggak ganggu gue.”
“Bohong banget!”
“Bener... Gue cuma nggak pengen mendengar nama cowok aneh itu lagi.”
“Iya. Dia memang cowok aneh, Amb,” ujar Krys. “Dia cowok aneh yang udah mulai memasuki kehidupan lo.”
“Tuh, kan? Lo mulai lagi...”
Krystal tertawa lalu berkata, “Oke, udahan dulu ya. Gue mau nelepon Kai. Bye!”
“Bye!” Amber menutup telepon lalu merebahkan tubuhnya di sofa. Sehun lagi Sehun lagi.
Mau nggak mau Amber kepikiran juga sama semua ucapan Krystal barusan. Apa iya gue jatuh cinta sama dia? tanya Amber pada dirinya sendiri. Nggak mungkin! Eits, apa iya nggak mungkin?
Mungkin ga amber jatuh cintrong sama Katrooo?? Jempolnya masih kuat nulis komen kaaaan????
Comments