Chapter 1

The Man Who Came from the Star [BTS VHope]
Please Subscribe to read the full chapter

V berlari menghindari kerumunan orang-orang yang terus memotretnya. Ia ketakutan dan mencoba berdiri. Tapi lampu flash dari kamera cukup membuatnya kerepotan. V panik, ia segera berlari menuju arah yang ia sendiri tidak tahu kemana. Kecepatan berlari V diatas ambang normal sehingga ia berhasil melarikan diri dari orang-orang tersebut. Namun V masih dapat mendengar beberapa langkah kaki yang hendak menuju ke arahnya. Gawat. Apa yang harus ia lakukan? Ia sudah menggunakan kekuatannya sembarangan. Ia tidak mungkin menggunakannya lagi di depan manusia.

V melihat ke arah sekitar, mencoba memastikan bahwa tidak ada orang yang mengawasinya. V menggunakan kembali kekuatan teleportasinya dan segera menghilang.

ZIIIB

V sembarang menteleport dirinya ke tempat yang ia tidak ketahui tujuannya. Ia muncul di tengah jalanan kota. Namun ia sadar bahwa kakinya sedang tidak berpijak pada tanah. V melayang di udara dan tanpa sadar ia jatuh ke bawah. V mencoba menyentuh apapun yang bisa ia jadikan sebagai benda untuk berpegangan. Nihil. Hanya udara yang bisa diraih oleh tangan besarnya. Matanya membulat dan ia tidak dapat mengendalikan dirinya sehingga ia jatuh ke atas sebuah mobil. Tubuhnya menghantam kap mobil terlalu keras dan si pemilik mobil meng-rem kuat-kuat. Alhasil V jatuh berguling ke jalan.

Hoseok si pemilik mobil mengamati apakah orang yang barusan jatuh di atas mobilnya masih hidup. Ia mencoba menginjak gas perlahan dan memajukan mobilnya sedikit agar lampu sen depan dapat menyinari orang itu.

V meringis kesakitan, ia mencoba untuk berdiri. Hoseok dapat melihat sosok yang sedang 'sekarat' itu.

Jas hitam dengan renda yang menyembul dan tengkuk kepalanya oranye. Tidak salah lagi. Orang itu adalah buronan yang dicari olehnya 2 menit yang lalu.

Hoseok keluar dari mobil dan merogoh saku celananya. Ia segera mengeluarkan borgol. V menyadari bahwa ada orang yang mendekat ke arahnya, susah payah ia bergerak merangkak mundur ketakutan, sembari menekan bagian tubuh belakangnya yang mulai terasa sakit. Hoseok segera berdiri di atas tubuh V, mendaratkan lutut kirinya dan menarik tangan V dengan kasar kemudian memasangkan borgol.

"Apa yang kau lakukan?" tanya V panik.

"Tentu saja menangkap seorang buron," sahut Hoseok santai seraya memasangkan borgol ke tangan kanan V. Pelakunya ternyata hanya seorang anak muda bermental lemah. Hal itu sangat mudah bagi Hoseok untuk menangkapnya.

Namun Hoseok salah. V bukan seorang manusia biasa. Dengan sigap V segera menarik tangan kanan Hoseok yang lengah dan memasangkan borgol satunya lagi.

Krek

Kedua orang itu terjebak bersama dalam satu borgol.

"Sial! Apa yang kau lakukan?!" tanya Hoseok geram.

Hoseok segera menaikkan kakinya kanannya sedikit. Jelas ia menyimpan kunci borgol itu. Hoseok segera merogoh saku celananya lagi dan mencari benda yang dapat melepaskan dirinya bersama buron picik ini. V yang berada di posisi bawah hanya tersenyum tipis menatap wajah Hoseok yang mulai cemas. Sepertinya benda yang dicarinya tidak ada.

"Nah ketemu!" seru Hoseok yang berhasil menemukan kunci untuk membuka borgolnya. V yang lebih cekatan segera menyambar kunci tersebut dan membuangnya jauh-jauh.

"Ya! Apa yang kau lakukan bocah?" Hoseok melempar tatapan sengit. V hanya melempar senyum bandel pada Hoseok.

"Cepat berdiri!" hardik Hoseok yang berdiri sembari menarik V. Anak itu sontak berdiri ketika Hoseok berdiri karena tangannya terangkat sambil meringis kesakitan. Namun Hoseok tidak peduli dan malah menarik kasar V. Hoseok bergerak menuju ke arah kunci yang tadi dibuang oleh V ke jalanan. V menyadari niat Hoseok dan segera berlari terpincang-pincang.

"Eh eh kenapa kau berlari?" Hoseok bingung kenapa anak itu berlari. Pria itu jadi ikut berlari karena tertarik oleh V.

V menatap benda berkilau yang diinginkan Hoseok dan tanpa ragu ia langsung menendang kunci borgol itu dengan sepatu pantofelnya agar semakin jauh.

"SIAL! KAU MENCOBA MEMPERMAINKANKU?" omel Hoseok. Apa maksudnya hah? Hoseok tidak habis pikir anak itu berperilaku sangat kekanakan. Hoseok juga berlari dan berpikir bahwa kunci borgol yang tadi ditendang oleh anak itu tidak akan jatuh lebih jauh. V mencoba menahan agar tubuhnya tidak ikut terbawa oleh Hoseok yang berlari. Tangan Hoseok jadi tertahan. Ia memalingkan wajahnya dan mendapati V yang berjongkok di tengah jalan seperti anak kecil. Hoseok berteriak-teriak seperti orang gila dan memintanya untuk segera berdiri. Namun V keras kepala menolak permintaan Hoseok.

Hoseok yang tidak mau kalah memaksakan dirinya untuk bergerak menuju ke arah kunci tersebut. Ia yakin bahwa kuncinya masih berada di pinggir jalan dekat pohon besar yang jaraknya kurang lebih hanya sepuluh meter dari posisinya berdiri. Pergelangan tangannya sudah merah karena tertarik, begitu juga dengan V. Anak itu sudah jatuh tersungkur karena Hoseok sudah berusaha menyeretnya secara paksa.

V yang sekarang sedang tengkurap di jalan aspal tidak sanggup lagi menahan kekuatan Hoseok. Manusia ini sangat kuat. Akhirnya V terpaksa kembali menggunakan kekuatannya. Ia meregangkan telapak tangannya, membidik kunci yang berada di dekat pohon beringin besar, kemudian ia memicingkan matanya. Dengan kekuatan telekinesisnya V menghilangkan kunci itu. Setelah berhasil V bersusah payah untuk bangkit berdiri dan mengikuti Hoseok yang mencari kunci di dekat pohon. Hoseok mencari namun tidak menemukan benda yang diinginkannya. Kemana sekarang kunci itu? Perasaan tadi ia melihat jatuh di sekitar pohon, tapi sekarang tidak ada.

Hoseok masih penasaran. Ia menggali tanah petak yang berukuran 3x4 meter itu dengan tangan yang satunya lagi. Tidak ada. Percuma saja toh kuncinya sudah dilenyapkan oleh V. Hoseok mendengus sebal. Ia kembali ke mobilnya dan memasukkan V ke dalam mobil. Hoseok menyetir dengan kecepatan tinggi sampai-sampai V harus berpegangan kuat-kuat. Selama perjalanan Hoseok tidak berhenti mengumpat dan sesekali berteriak tidak jelas.

Hoseok membawa V ke kantor polisi- tempatnya bekerja. Hoseok berjalan dengan langkah yang besar-besar membuat V kesulitan mengikutinya. Ia berjalan sembari terseret-seret. Pergelangan tangannya terasa perih. V jadi teringat kembali dengan cerita senior Seokjin yang mengatakan padanya bahwa di bumi ada manusia yang jahat dan suka menyakiti orang lain. V merasa Hoseok ini salah satu contohnya.

"Jimin bawakan aku kunci cadang-an..." pinta Hoseok. Tapi orang yang bernama Jimin tidak ada di kursinya. Dia sudah pulang kerja dan tidak mendapat shift tengah malam. Hanya ada beberapa orang yang kedapatan shift malam ini. Persetan. Hoseok menggerutu kesal. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Hoseok merogoh saku untuk mengambil ponselnya. Ia mencoba menelepon Jimin tapi panggilannya tak kunjung dijawab. Hoseok menempelkan ponselnya ke telinga lalu menoleh ke arah V yang sedari tadi celingukan dan tidak bisa diam sedikitpun. Tangan Hoseok juga tergerak karena gerakan tubuh V. Anak itu berputar-putar tapi Hoseok memarahinya dan menarik tangannya agar V kembali ke posisi semula. Nampaknya ini kali pertama V singgah ke kantor polisi.

Akhirnya karena tidak mendapat jalan keluar Hoseok memutuskan untuk pulang ke apartemen dan membawa V bersamanya. Entah kenapa hari ini ia merasa sial sekali.

Pukul satu malam mereka tiba di sebuah apartemen milik Hoseok. Pria itu membuka pintu setelah memasukan beberapa digit nomor yang menjadi kata sandi kunci apartemennya.

"Aku mau mandi dulu, kau diam disini!" ujar Hoseok seraya membawa V ke dalam kamar mandi. Tubuhnya sudah kotor dan berkeringat karena tadi ia menggali-gali tanah. Kamar mandi Hoseok berukuran sedang. Dari pintu masuk ada wastafel di sisi kanan, cermin cukup besar hingga setengah badan apabila seseorang berkaca, rak penyimpan alat mandi seperti sabun muka, alat pencukur, obat kumur dan lain-lain. Di sisi kanan terdapat toilet dan kabin besar untuk mandi lengkap dengan shower dan alat pemanas. Kamar mandi ini cukup besar dan bersih bagi seorang pria yang hidup seorang diri. Pria itu memojokkan V di dekat wastafel, lalu melepaskan kancing kemejanya satu persatu. V bisa melihat dada bidangnya itu.

Merasa risih karena V terus menatapnya tanpa berkedip sekalipun akhirnya ia lekas membalikkan tubuhnya dan membelakangi V. Ternyata anak ini cabul juga. Hoseok sudah setengah telanjang dan hanya mengenakan celana boxer hitam yang agak ketat. Kemudian ia masuk ke dalam kabin kamar mandinya dan membuka pintunya sedikit. Tangan V sedikit tertarik ke dalam. Hoseok memutar kran dan memilih mode air panas. Kepalanya menjadi terasa mendidih begitu tersiram air. Hoseok menghela nafas panjang menikmati setiap percikkan air hangat yang jatuh. Dari luar V bisa melihat bentuk tubuh Hoseok yang indah dibasahi oleh air dari shower, meski ia tidak terlalu jelas melihatnya karena ada uap air yang menutupi dinding kabin. Di dalam nampak Hoseok tengah membasuh kepalanya. Ia tidak bisa bergerak bebas karena tangan kanannya terbogol dengan tangan V.

"Ya! Ambilkan aku handuk" pintanya.

V celingukan mencari handuk, tak butuh waktu lama ia mendapat handuk putih besar yang tergantung di dekat pintu. V mencoba meraihnya tapi tangannya tidak sampai. Dengan kekuatan telekinesisnya ia mengangkat handuk itu. V memutar jari telunjuknya, membiarkan handuk itu melayang-layang sebentar lalu melemparnya ke dalam kabin. Hoseok yang menunggu di dalam kabin terkejut setelah menerima handuk yang dilemparkan dari atas. Sial anak itu benar-benar menyebalkan!

"Ya! Sial! Tidak sopan tahu!" Hoseok marah karena V melempar handuknya dan tepat jatuh di atas kepalanya. Bukannya meminta maaf V malah tertawa cekikikan. Hoseok mengetuk kasar dinding kabin hingga membuat V terperanjat. Selang beberapa menit Hoseok keluar hanya mengenakan handuk. Tubuhnya putih sekali. Rambut cokelat brunnete-nya masih agak basah. V bisa melihat tetesan-tetesan air jatuh di sekitar pundak Hoseok kemudian mengalir ke punggung hingga ke bagian bawah.

Hoseok tidak bis

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet