Chapter 3

The Man Who Came from the Star [BTS VHope]
Please Subscribe to read the full chapter

"Yeoboseyo?"

"Hoseok bisakah kau ke Donggu sekarang?" tanya seorang rekannya melalui telepon.

"Mwo?"

"Buronan Cho Seunghoon si pembunuh bayaran itu telah dilacak dan sekarang sedang pergi menuju kesana. Kami membutuhkan bantuanmu!"

"Arraseo," Hoseok menutup panggilan. Dia harus bertugas lagi. Usaha Hoseok tidak sia-sia, sudah seharian tadi ia pergi ke lapangan dan mencari informasi buronan pembunuh bayaran. Ternyata keberadaannya sudah ditemukan malam ini.

"V aku pergi dulu ada urusan mendadak. Kau tetap di apartemen dan aku akan mengunci pintu. Aku akan segera kembali!" Hoseok mendorong V masuk ke apartemennya.

BLAM

Pintu ditutup. Hoseok tidak memberikan satu kesempatan bagi V untuk bertanya. V merasa ada sesuatu yang tidak beres. Entah kenapa hatinya tidak tenang, ia merasa gelisah.

V memejamkan mata, melalui penglihatannya ia bisa melihat Hoseok yang sedang terburu-buru ke parkiran, menuju ke mobilnya, memutar kunci mobil dan segera membanting stir mobil keluar dari kompleks apartemen.

Tiba-tiba saja V melihat sesuatu yang menjanggal. Ia melihat seseorang yang tenggelam, akan tetapi V tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang yang tenggelam itu.

Jangan-jangan itu Hoseok hyung? pikirnya. V menjadi gusar, ia menggigiti kuku jarinya. Sesuatu yang buruk mungkin akan menimpa Hoseok.

"Nick aku pergi dulu yah! Kau tetap disini, aku akan segera kembali!" ujar V pada bonekanya itu. V meletakan Nick di atas sofa dengan hati-hati. Setelah itu ia segera menteleportasi dirinya dan menghilang. V tiba di depan kantor Hoseok. Tapi setelah diperiksa tidak ada Hoseok disana. V memejamkan matanya, ia kembali melihat air dan lagi-lagi orang tenggelam. Wajahnya tidak jelas. Siapapun itu orang itu pasti sedang dalam bahaya. V harus mencegah sebelum hal itu terjadi.

Di tempat lain mobil Hoseok melaju dengan kecepatan yang tinggi mengejar buronan pembunuh itu hingga ke pelabuhan dekat Donggu. Dia mengendarai mobilnya dan berusaha mengecoh Hoseok dengan membuka pintu mobil dan meloncat keluar.

"SIALAN!!!" Hoseok memukul stir mobil sambil mengumpat kesal dan segera mengerem mobilnya. Mobil si pembunuh itu langsung terjun ke laut. Hoseok keluar dari mobil dan mengejar pembunuh yang berlari terpincang-pincang karena tadi mendarat dengan cukup ekstrim hingga membuat kakinya terkilir.

"Sial kemana perginya?" lagi-lagi Hoseok mengumpat karena kehilangan jejak orang misterius itu. Hoseok mengeluarkan pistolnya dan bersiaga. Terdengar suara benda jatuh, Hoseok menoleh ke belakang dan tanpa ragu segera menghampiri sumber suara. Hoseok merogoh saku dan mencoba menyalakan senter kecil untuk memberinya penerangan. Tidak ada siapapun. Di hadapannya hanyalah setumpukan kotak kayu besar bekas menyimpan ikan hasil tangkapan. Hoseok hendak menghubungi bantuan melalui walkie talkienya.

"Hoseok melapor, pelaku melarikan diri ke pelabuhan. Saat ini aku..."

BUGH

Tanpa sadar kepala Hoseok dipukul kayu oleh sesosok yang tidak dikenal. Pakaiannya serba hitam, persis seperti buronan yang tadi dikejar oleh Hoseok. Kepala Hoseok jadi pusing dan ia jatuh kehilangan kesadarannya.

Pembunuh itu melempar balok kayu yang tadi ia gunakan untuk memukul kepala Hoseok jauh-jauh. Dia menyeret tubuh Hoseok, sambil terpincang-pincang, kemudian melemparkannya ke laut. Hoseok jatuh tenggelam. Orang yang menjatuhkan Hoseok itu segera pergi. Tubuh Hoseok semakin tenggelam ke bawah. Darah keluar dari kepalanya dan bercampur dengan air laut.

Tidak ada siapapun yang mengetahui bahwa Hoseok tenggelam. Sebentar lagi mungkin ia akan mati di dasar laut.














 

Seseorang menarik tangan Hoseok, mendekapkan tubuh Hoseok ke tubuhnya dan kembali berenang ke atas permukaan air laut. Orang itu bersusah payah menarik Hoseok hingga ke tepi pelabuhan.

"Hyung sadarlah!" seru V dengan napas yang terengah-engah sembari menepuk pipi Hoseok. Namun ia tidak bergerak sama sekali. V memegang tengkuknya dan mengangkatnya sedikit. Kemudian ia membuka mulut Hoseok. V menarik nafas kuat-kuat lalu segera melakukan nafas buatan. Bibirnya menyentuh bibir lembut milik Hoseok. Hoseok masih belum tersadar. V memompa dada Hoseok agar air yang masuk ke paru-parunya segera keluar. Lagi. V melakukan nafas buatan dan memompa dada Hoseok dengan kuat namun masih nihil.

"Hoseok-hyung-cepat-sadarlah," kali ini V berusaha memompanya dengan kuat. "JEBALLLLL!!!!" V semakin cemas. Hoseok masih belum sadar juga.

"Uhuk uhuk..." Hoseok terbatuk-batuk. Air bercipratan keluar dari mulutnya.

"Hyung..." seulas senyum lega muncul dari bibir V. Namun V segera tersadar bahwa tidak mungkin menampakkan dirinya saat ini di depan Hoseok. Yang Hoseok pikir adalah V masih berada di apartemennya saat ini. Alhasil V segera lenyap dari pandangan Hoseok. V menteleport dirinya ke suatu tempat dimana ia meminta pertolongan pada sekelompok petugas yang berjaga di pelabuhan untuk membantu Hoseok.

V mencoba menelusuri dimana posisi orang yang sudah mencelakai Hoseok. Dalam penglihatannya V melihat seseorang berpakaian serba hitam sedang menuju ke pinggir kota dan berusaha berjalan dengan kaki yang terpincang. V segera menteleport dirinya menuju ke tempat tersebut.

Si pembunuh kesulitan berjalan menuju kota karena kakinya semakin sakit. Sekelebat cahaya menyilaukan pandangan matanya. Dari cahaya putih tersebut V muncul dan segera menghajar wajah orang itu hingga ia jatuh dan terlempar sejauh sepuluh meter. Pembunuh itu sudah tidak sanggup untuk berdiri karena kakinya terkilir.

V menghampirinya dengan tatapan mengerikan. Retina matanya seketika berubah menjadi hitam. Suasana berubah menjadi mencekam seiring V yang membuka telapak tangannya yang kosong. Pembunuh itu ketakutan, perlahan tubuhnya terangkat dari tanah. Matanya terbelalak ngeri mendapati tubuhnya melayang di udara.

"Apa yang kau lakukan?" tanya si pembunuh sambil terbata-bata.

"Kau sudah mencoba untuk membunuh Hoseok!"

"Hoseok? Siapa Hoseok?" pembunuh itu malah kembali bertanya. Si pembunuh jadi kesulitan bernafas, ia merasakan seperti ada air yang masuk ke paru-parunya.

"TURUNKAN AKU!!!!!" pekiknya memohon.

V tersadar setelah mendengar jeritan itu. Warna matanya kembali normal. Tidak ada tatapan yang mengerikan lagi. Pembunuh itu kemudian jatuh ke bawah. Dia terbatuk-batuk, kemudian mengusap-usap lehernya yang terasa seperti tersedak air asin.

"SIAPA KAU SEBENARNYA?" tanya pembunuh itu gugup, masih terbatuk.

V tidak menjawab pertanyaan itu. Sirine mobil polisi mengurangi ketegangan di antara mereka berdua. Pemilik mobil turun dan menghampiri mereka. Rupanya itu Min Yoongi. Pria itu langsung memborgol si pelaku yang dibantu oleh temannya.

"V!" Yoongi segera menghampiri V yang tampak kebingungan.

"Hyung" ujar V lirih. "Hoseok hyung..."

"Kenapa? Hoseok dimana?"

V menelan ludah. "Pelabuhan," jawabnya sambil menunjuk ke arah barat. Yoongi segera meminta rekannya yang lain untuk segera ke pelabuhan dan menjemput Hoseok.

"Ayo pulang," ajak Yoongi. Tapi V menolak uluran tangan Yoongi.

"Hyung bisakah kau berjanji satu hal padaku?"

.

.

.

Di rumah sakit Hoseok terbaring, bersama dengan selang infus yang menancap di punggung tangannya. Disana juga ada Jimin yang menemaninya.

"V?" Hoseok bergumam memanggil nama V. Mata Hoseok terbuka perlahan, lalu ia tersadar bahwa dirinya sedang di rumah sakit. Tiba-tiba Hoseok menjadi panik dan mencari V.

"V dimana kau? V?" pekik Hoseok panik.

"Hyung tidak ada V disini. Sekarang kau sedang berada di rumah sakit." seru Jimin mencoba menenangkan Hoseok.

Hoseok ingat kejadian semalam, seseorang memukul kepalanya hingga ia jatuh pingsan. Beruntung kepalanya tidak terluka parah.

Hoseok merasa semalam ia mendengar suara berat milik V yang memanggilnya "hyung". Hoseok juga sempat melihat sosok berambut oranye meski saat itu tatapannya kabur. Hoseok yakin itu adalah V tapi Jimin membantah bahwa V ada di apartemennya. Hoseok meronta-ronta untuk minta pulang. Ia ingin segera menemui V. Tapi Jimin memarahinya dan menyuruhnya untuk tetap di rawat sampai sembuh.

"Memangnya aku sudah pingsan selama berapa hari?" tanya Hoseok yang menahan rasa sakit di kepalanya.

"Uhm sepertinya sudah 2 hari hyung?" sahut Jimin.

"APAAAA????" tanya Hoseok tidak percaya. Ia pun kembali panik. Jimin jadi kerepotan dan mencoba menenangkan Hoseok lagi.

"Hyung tidur dulu kau masih syok!"

"TIDAK! AKU SUDAH 2 HARI TIDUR! AKU HARUS PULANG!!!"

Bagaimana keadaan V sekarang? Hoseok sudah meninggalkannya di apartemen sendirian selama dua hari. Nanti V makan apa? Dia kan tidak bisa memasak. Apa V bisa tidur? Dia kan tidak bisa tidur sendiri. Hoseok ingin cepat pulang dan menemui V. Ia benar-benar mengkhawatirkan V.

Tapi Jimin menjadi hambatan terbesarnya untuk kabur dari sini. Hoseok jadi cemberut dan terus menunjukan mood buruknya pada Jimin. Dongsaengnya jadi merasa bersalah. Jelas-jelas ini perintah dari kepala inspektur jadi Jimin juga tidak bisa mengelak. Mau menonton tv juga tidak ada acara yang bagus. Hoseok mematikan tv dan melempar remote-nya hingga jatuh ke lantai.

"Hyung! Ini juga bukan keinginanku!" desis Jimin yang kesal karena Hoseok terus marah padanya.

"Ya sudah kalau begitu belikan aku jus," pinta Hoseok.

"Wae? Kenapa tiba-tiba mau jus?" tanya Jimin.

"Aku jadi haus setelah memarahimu," jawabnya asal.

"Hissssh baiklah kau mau jus apa hyung?"

"Apapun itu yang penting segar dan bisa memperbaiki mood-ku," keluhnya. Jimin mengangguk saja tanpa curiga. Kemudian ia keluar dan membelikan jus untuk Hoseok.

BLAM

Pintu ditutup Jimin. Hoseok menghitung dari angka 1 hingga 10. Setelah selesai menghitung Hoseok segera mencabut selang infusnya dan bangkit dari ranjangnya. Ia mencari pakaiannya, namun tidak ada. Haruskan ia keluar dari rumah sakit dengan mengenakan baju pasien? Ini akan membuat orang-orang curiga.

Hoseok membuka pintu, mengintip keluar dan mengendap-endap secara perlahan. Pria itu segera berlari menuju lift. Setelah sampai di lantai dasar Hoseok berjalan dengan santai agar tidak ada yang mencurigainya. Sesekali ia celingukan untuk mengawasi situasi, semuanya sedang sibuk jadi tidak akan ada masalah.

Hoseok berhasil keluar dari gedung rumah sakit. Sekarang ia harus cepat kembali ke apartemen. Masalahnya adalah ia tidak memegang uang sama sekali. Hoseok berdiri di pinggir jalan dan mencoba menghentikan taksi.

"Permisi bisakah kau antar aku ke apartemen?" tanya Hoseok. Si pengemudi taksi melempar tatapan curiga.

"Aku seorang sherif," seru Hoseok yang mencoba meyakinkan supir taksi itu.

"Kalau ia mana lencanamu?"

"Lencanaku tertinggal, aku bisa jelaskan. Yang penting aku harus pergi dari rumah sakit, sekarang!"  Namun si supir taksi malah menutup kaca jendelanya.

"Tunggu!" cegah Hoseok. "Aku akan membayarmu dua kali lipat!"

"Sinting!" ujar supir taksi itu lalu pergi.

"Yya? Siapa yang kau sebut sinting? Brengsek!!! Kembali!!! Aku akan memasukkanmu ke dalam penjara!!! Heh kembaliiiii!!!!" pekik Hoseok geram.

Hoseok menghampiri beberapa orang yang melewatinya, mencoba meminta belas kasihan dengan meminta uang ongkos bus untuk pulang ke apartemennya. Namun tidak ada seorang pun yang memercayainya. Hoseok dianggap pasien yang kabur dan mengaku-ngaku sebagai polisi. Seseorang mencoba melaporkannya pada polisi. Hoseok sedang duduk melamun di halte bus. Tak lama kemudian ia dihampiri oleh 2 orang polisi.

"Loh Hoseok? Bukankah kau seharusnya di rumah sakit?" tanya salah seorang dari mereka. Rup

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet