Chapter 4

The Man Who Came from the Star [BTS VHope]
Please Subscribe to read the full chapter

V tersadar setelah pingsan beberapa jam. Ia mendapati dirinya berada di kamar yang sejuk. Disebelahnya ada Nick yang terbaring. V merasa ini bukan kamar Hoseok. Ia keluar dari kamar. Ya ini bukan apartemen Hoseok. Ruangannya lebih luas dan lebih bagus. V berjalan perlahan mengendap-endap dan melihat sekeliling dengan hati-hati.

"Sudah bangun?" suara berat milik Yoongi memecah keheningan. V menjilat bibir bawahnya yang kering. Bagaimana bisa V ada di rumah Yoongi?

"Ah kemarilah, kebetulan aku sedang menyiapkan makanan." ajak Yoongi. V merasa waspada tapi ia tidak tahan ingin berlari ke meja makan karena bau daging asap yang menggoda indera penciumannya. Lagipula perutnya juga sudah lapar. Agak lama ia berdiri di depan pintu dengan setengah badannya yang masih tersembunyi di dalam kamar.

Yoongi tersenyum manis, menyuruh V untuk segera duduk di meja makan. Akhirnya V menurut. Ia tidak dapat menahan rasa lapar dan makan dengan lahap.

"Kalau masih sakit sebaiknya tidak berjalan sendirian di luar," seru Yoongi yang sibuk mengunyam daging.

V menghentikan makannya sejenak, ia hanya tersenyum getir kemudian melanjutkan makan lagi. Yoongi hanya tersenyum melihat respon polos dari V.

"Hoseok nanti akan menjemputmu jadi tunggu saja. Kau bisa menonton tv disana." Yoongi menunjuk ke ruang tengah. TV milik Yoongi sangat besar, bertipe flat dengan ukuran sekitar 46 inchi. Sofanya berwarna putih bersih. Sepanjang lorong dari ruang tengah hingga menuju pintu luar dibatasi dengan rak kayu berongga yang dihiasi dengan berbagai pajangan antik, termasuk benda pecah belah.

V menonton kartun favoritnya Teen Titans Go! namun sesekali ia melihat ke arah pintu menunggu Hoseok yang menjemputnya. Dirinya merasa canggung jika bersama Yoongi. Selain itu ia teringat pada pesan Hoseok untuk tidak terlalu dekat dengan Yoongi.

Bunyi bel berdering, Yoongi membuka pintu. V melihat sosok pria kurus dengan rambut cokelat brunette-nya yang khas berdiri di depan pintu dan segera berlari. V berhamburan memeluk Hoseok erat sampai-sampai Hoseok nyaris kehilangan keseimbangan. Yoongi yang bersandar di dekat pintu hanya mengulas senyum kecil melihat V yang seperti sudah lama tidak berjumpa dengan Hoseok.

"Lain kali jaga anakmu ini dengan benar," sindir Yoongi. Hoseok membalasnya dengan tatapan sinis.

"Terimakasih," ujar Hoseok singkat. Hoseok segera mengusap rambut halus oranye V dan tersenyum, menanyakan apakah V baik-baik saja? Kemudian V menyahutnya dengan anggukan kepala, memperlihatkan eyesmile-nya pada Hoseok.

"Aku juga sudah makan bersama Yoongi hyung," tambah V.

"Oh baguslah kalau begitu sekali lagi terimakasih Min Yoongi, sebaiknya kita segera pulang," ujar Hoseok.

"Cih," Yoongi mendengus setelah mendengar perkataan Hoseok lalu tertawa kecil.

"Baiklah, sampai jumpa V," ujar Yoongi yang melambaikan tangannya. V hanya tersenyum kaku menatapnya, kemudian pamit pulang bersama Hoseok.

"Aiisshhh kau tidak bisa berhenti membuatku khawatir hah? Untung saja Yoongi yang menemukanmu ketika pingsan," seru Hoseok yang tidak berhenti mengomelinya sepanjang perjalanan pulang.

V tidak mempedulikan Hoseok yang terus menyerocos dan memarahinya. Pikirannya kembali teringat pada dua anak remaja yang berusaha menganggunya. Alter egonya kembali muncul sama seperti ketika ia bertemu dengan pembunuh yang menenggelamkan Hoseok ke laut. Hampir saja ia menceburkan kedua anak itu ke sungai, kalau saja ia tidak cepat sadar.

Usia V masih terbilang cukup muda, jika disamakan dengan manusia mungkin usianya baru sekitar 12 tahun. Jelas pikirannya masih seperti anak-anak. Intuisinya masih lemah, kekuatan supranaturalnya berkembang dengan pesat, namun ia belum dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Oleh karena itu jika ia sedang marah emosinya bisa memunculkan alter ego dari diri V yang lain. Yang lebih berbahaya jika alter ego yang muncul berhasil menguasai pikiran V.

Lalu bagaimana kabar mengenai pelaku pembunuh bayaran yang hampir V bunuh juga? Seharusnya tadi V bertanya pada Yoongi.

Uhm apa mungkin sebaiknya V mencari tahu sendiri?

"Hah hyung aku lupa sesuatu!" pekik V panik. Hoseok menginjak rem dengan kuat karena teriakan V.

"Apa? Apa yang lupa?" tanyanya panik.

"Aku meninggalkan Nick di kasur Yoongi."

Hoseok menepuk jidatnya. Dia pikir itu sesuatu yang penting tapi nyatanya hanya boneka milik V yang sangat berharga.

"Ayo kita kembali lagi," V merengek dan memohon pada Hoseok untuk kembali ke rumah Yoongi. Tapi Hoseok menolak. Dia terlalu malas melihat wajah tengil Yoongi. Rasa gengsi terlalu tinggi jika harus kembali lagi kesana hanya untuk mengambil sebuah boneka.

"Nanti saja ya V, kapan-kapan akan ku ambil."

"Hyung janji?" V mencoba mengulurkan kelingkingnya berharap Hoseok menautkan kelingking miliknya.

"Baiklah aku janji," sahutnya seraya menautkan kelingkingnya pada kelingking V.

"Ngomong-ngomong bagaimana bisa kau sampai di sungai Han? Kau naik apa kesana? Kau kan tidak punya uang," tanya Hoseok yang terus memburunya dengan berbagai pertanyaan.

V sudah mengira bahwa Hoseok akan menanyakan hal itu jadi V sudah bersiap-siap untuk mencari alasan lagi.

"Ah iya aku diberikan uang oleh bibi yang tinggal di lantai 4." V juga menambahkan bahwa bibi itu bercerita kalau pemandangan disana sangat bagus jika mau melihat sunset jadi V tertarik untuk kesana.

"Begitu ya?" gumam Hoseok.

Syukurlah Hoseok tidak bertanya macam-macam jadi V tidak perlu berbohong lagi.

.

.

.

Musim dingin telah berakhir dan berganti dengan musim semi. Hoseok mulai merasa nyaman dan menerima keadaan V apa adanya. Tidak terasa sudah hampir lebih dari 3 bulan V tinggal bersama Hoseok. Dia sudah menganggap V seperti adiknya sendiri. Bahkan keduanya sering menghabiskan waktu bersama ketika Hoseok sedang pergi libur, misalnya saja menonton film ke bioskop.

Satu fakta baru yang ditemukan oleh Hoseok adalah bahwa V membenci film bergenre thriller. Ketika ada adegan pembunuhan sadis muncul, V langsung berteriak ketakutan dan pergi keluar dari studio teater.

Adegan pembunuhan sadis itu memaksa V untuk kembali mengingat kejadian dimana ia hampir membunuh tersangka yang sudah mencelakakan Hoseok. V membuat tersangka itu hampir mati kesulitan bernafas karena ia menggunakan telekinesisnya dengan mengisi paru-parunya dengan air, persis seperti yang tadi ia lihat di film. Pemeran utamanya nyaris mati karena kepalanya dicelupkan ke dalam bak mandi.

Hoseok keluar dan celingukan mencari V. Tidak butuh waktu lama bagi Hoseok untuk menemukan sosok dengan rambut oranye khas-nya. Hoseok tersenyum lega ternyata V tidak berlari jauh, ia menghampiri V yang berada di ujung pintu exit teater, anak itu berjongkok sambil menutup mata dan telinganya.

"Maaf ya V aku tidak tahu kalau kau tidak suka menonton film horror," keluhnya.

V masih bergeming dan tidak bergerak sedikitpun.

"V sudah ayo kita pulang," ajak Hoseok. V masih belum mau beranjak. Matanya masih terpejam kuat. Hoseok berpikir apakah anak ini mengalami trauma yang akut selain rumah sakit?

Hoseok juga berjongkok di depan V dan menyentuh kedua lengan V, melepasnya perlahan agar anak itu berhenti menutup telinganya. Mata V pun terbuka, wajahnya terlihat cemas. "V katakan padaku, apa kau pernah mengalami trauma yang buruk seperti di film tadi?"

V tidak mau menjawab, kalau ia menjawab nanti Hoseok bisa mengetahui kejadian di Donggu yang sebenarnya. Jadi ia berusaha untuk tetap mengunci mulutnya rapat-rapat.

Hoseok termenung memikirkan kejadian semalam. V begitu ketakutan melihat si pemeran utama yang ingin ditenggelamkan. Dari sudut pandang Hoseok ia berpikir bahwa V tidak tahu kalau saat sedang bertugas Hoseok nyaris mati tenggelam di dasar laut. Lalu kenapa ia begitu ketakutan? Jelas dirinya bahkan Jimin tidak membeberkan masalah tersebut pada V.

Namun dugaan Hoseok salah. V sudah tahu lebih banyak, bahkan yang lebih buruk V merasa sudah ada yang mengetahui identitasnya.

Hoseok cukup direpotkan karena setelah mereka pulang dari bioskop tadi V tidak mau tidur.

"Haahh V sampai kapan kau tidak mau tidur? Sana cepat masuk ke kamar!" perintah Hoseok.

"Aniyo! Aku tidak bisa tidur!"

"Ya sudah kalau begitu aku tidur di kamar ya? Giliran kau yang tidur di sofa malam ini, oke?" ujarnya sambil menguap karena tidak dapat menahan rasa kantuknya. Hoseok segera beranjak dari sofa dan bersiap untuk ke kamar. Tapi V tidak mau ditinggal Hoseok karena masih sedikit takut membayangkan adegan sadis di film bioskop tadi. Tanpa berpikir V langsung mencegah pria itu dengan menarik lengan Hoseok kuat-kuat. Hoseok tidak berdaya melawan kekuatan V karena ia sendiri juga terkejut dengan sikap refleks V.

Dug

Hoseok jatuh di pelukan V. Kepala mereka terbentur satu sama lain. Hidung mancung Hoseok menyentuh hidung lancip milik V. Mata V tertutup rapat, ia tidak bisa bergerak. Tubuhnya tertindih dengan tubuh Hoseok. Untung saja berat badan Hoseok termasuk ringan untuk ukuran seorang pria dewasa. Tapi ada satu hal yang tidak pantas terjadi lagi.

Bibir Hoseok mengecup bibir bagian atas V.

"UWAAAAAHHH!!!" Hoseok menjerit histeris. Pria itu segera melompat menjauhi V.

V membuka matanya. Lengkingan jeritan Hoseok membuat telinganya sakit. "Ah aku berciuman lagi dengan Hoseok, apa mungkin aku akan demam?" gumam V.

"HEH BRENGSEK! JANGAN TARIK AKU TIBA-TIBA SEPERTI ITU!" Hoseok menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ini benar-benar gila. Kejadian barusan terjadi secara tidak sengaja. Hoseok masih menyukai perempuan. Meskipun wajah V mirip anak perempuan tapi Hoseok berpikir bahwa dia masih normal. Walaupun hingga sampai saat ini sudah nyaris tiga tahun dia tidak punya kekasih.

"Tapi aku tidak mau sendi-ri..." sahut V yang mendekati Hoseok.

"YAAA! STOP STOP JANGAN MENDEKAT!" Hoseok menahan dada V dengan kaki kanannya yang sedikit. "Kita harus berjaga jarak!"

"Aku hanya takut kalau kau meninggalkanku, film tadi masih terbayang di pikiranku," keluh V.

"Uwaaaahh berdarah!" Hoseok makin histeris setelah melihat ada darah yang keluar dari bibir V.

"Eoh jinjja?" V menyentuh bibir bagian atasnya, kemudian ia merasakan sedikit nyeri. Rasa sakit itu mungkin muncul setelah insiden terbentur tadi. Tapi V tidak menyangka kalau sampai bibirnya berdarah.

"Kau tidak tahu yang kau lakukan tadi berbahaya tahu!" omel Hoseok.

"Mianhae hyung, aku tidak sengaja."

Hoseok menyingkirkan kakinya dari dada V. Setelah itu ia membenarkan posisi duduknya. Kejadian tadi membuat Hoseok yang semula mengantuk malah jadi tidak merasakan hal itu lagi. Begitu juga dengan V, ia sama sekali tidak bisa tidur. Bukan karena kecupan singkatnya dengan Hoseok, melainkan film yang tadi ia tonton. Pikirannya terus terbayang pada pria pembunuh yang ia temui di Donggu. Sebelumnya V tidak pernah mengalami kondisi dimana alter egonya muncul. V penasaran dan ingin sekali bertanya pada Seokjin.

V berharap sunbae-nya itu kembali muncul.

.

.

.

Jimin sedang sibuk bekerja di ruang kerjanya, tiba-tiba saja Hoseok menghampirinya. Jimin tidak terkejut karena hyung-nya itu sudah biasa meminta pertolongan dan mengandalkannya. Tapi kali ini Hoseok datang dengan sedikit lebih tenang. Biasanya pria itu pasti meneriaki namanya "Park Jimin bantu aku!" atau "Jimin tolong kau carikan data ini!" dan masih banyak yang lain.

"Jimin aku ingin mengetahui kabar Cho Seunghoon, tersangka pembunuh bayaran itu."

"Eoh hyung sebentar," Jimin membuka file dari komputernya, mencari data yang diminta Hoseok barusan.

"Sekarang dia dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ)."

"Mwo? RSJ? Kenapa tidak dipenjarakan saja?"

"Ah iya apa kau tidak tahu, setelah ditangkap dia jadi gila," seru Jimin. Kemudian ia berbisik ke telinga Hoseok. "Ku dengar dia berkata ada hantu yang ingin membunuhnya, lalu ia hampir mati karena dadanya terasa sesak seperti terisi air."

"Aku sama sekali tidak tahu tentang itu, terakhir yang menangani kasus ini Yoongi kan?"

"Hmm benar sekali." Jimin menjentikkan jemarinya yang kecil.

Hoseok merasa curiga karena ia memang tidak membuat laporan akhir dari kasus Cho Seunghoon beberapa waktu lalu sehingga ia tidak tahu apa eksekusi akhir yang diberikan pada tersangka itu. Karena Hoseok mengalami kecelakaan di tengah-tengah sedang menjalani tugas dan hanya Yoongi yang berhasil meringkus si tersangka maka yang mengerjakan laporan akhir, termasuk interogasi lebih lanjut bukanlah tugas Hoseok.

Di depan kamar nomor 217 terdapat seorang pria berusia 42 tahun yang mengenakan baju pasien RSJ. Kumis dan janggut tumbuh liar menutupi wajahnya. Perawat disana mengatakan bahwa pria itu menolak untuk bercukur. "Dia takut melihat air," tambah perawat itu.

Hoseok memasuki ruangan Seunghoon, duduk di depan pria yang sedang melamun itu.

"Selamat siang, Bapak Cho Seunghoon," sapa Hoseok. Pria itu berhenti melamun dan melirik Hoseok.

"Perkenalkan aku Jung Hoseok, aku disini ingin bertanya beberap hal padamu."

"Jung Hoseok?" pria tua itu membulatkan matanya. Jadi dia yang bernama Hoseok? Di benaknya kembali terbayang wajah pemuda yang telah mengancamnya.

"Kau sudah mencoba untuk membunuh Hoseok!" seru V yang memberi tatapan menyeramkan pada Seunghoon.

"Hoseok? Siapa Hoseok?" tanyanya.

Tiba-tiba saja pria seperti dipaksa untuk mengingat kejadian dimana ia hampir mati karena kesulitan bernafas.

"Hoseok?" tanya Seunghoon, Hoseok mengangguk. Lantas pria tua itu berdiri dari kursinya lalu mundur ketakutan.

"Tolong tolong aku!" pria itu menjerit sambil menggedor-gedor pintu. "Keluarkan aku dari sini!" pekiknya memohon.

"Maaf Pak, siapa yang membuatmu jadi seperti ini?" tanya Hoseok hati-hati, mungkin saja ia bisa menyerang Hoseok tiba-tiba.

"Mundur, jangan mendekat, seseorang akan membunuhku jika aku berurusan denganmu!"

"Siapa yang akan membunuhmu?"

Pria itu berjongkok di sudut ruangan lalu geleng-geleng kepala. Pandangan matanya memancar ke segala arah.

"Seorang pemuda. Matanya hitam, dia membuat tubuhku melayang di udara hanya dengan menggerakan tangannya, lalu aku merasa seperti ada air yang masuk ke dadaku, aku tidak bisa membedakan apakah ak

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet