Chapter 2

The Man Who Came from the Star [BTS VHope]
Please Subscribe to read the full chapter

Di balik jeruji V merasa gusar. Ia bolak-balik menunggu, sesekali duduk lalu berdiri. Apa sebaiknya ia keluar saja? Dia kan bisa menghilang. Tapi nanti akan semakin banyak manusia yang curiga padanya. V ingin kembali lagi ke kaki gunung Yongmasan, memastikan apakah teman-temannya masih ada disana untuk menunggunya.

Terdengar langkah sepatu mendekat. Hoseok tiba di depan penjara V. Ia mengeluarkan kunci dan membuka pintu jeruji, menyuruh V untuk keluar dari penjara. V melempar tatapan bingung padanya.

"Ayo tunggu apa lagi? Cepat keluar!" perintah Hoseok.

"Aku bebas?" tanya V masih tidak percaya.

"Jangan sampai aku berubah pikiran!"

V langsung melompat dan ekspresi wajahnya seketika berubah menjadi ceria.

"Aku akan menanyakan beberapa hal, tapi jika kau berbohong lagi maka kau akan dipenjara disini seumur hidup!" V tersenyum menunjukan eyesmile-nya dan mengangguk setuju. Baru beberapa langkah keduanya berjalan di lorong penjara terdengar bunyi perut kosong yang berasal dari V. Hoseok dan V saling bertatapan satu sama lain kemudian V hanya membalas dengan cengiran yang menurut Hoseok sangat sangat sangaaaat menyebalkan. Hoseok tahu kalau V belum makan malam sejak kemarin malam. Akhirnya Hoseok memutuskan untuk mengajak V makan siang terlebih dahulu di kafetaria. Agak lama bagi V untuk memesan makanan karena ia belum begitu mengenal tentang makanan Korea. Tetapi seniornya Seokjin pernah bilang kalau mie hitam disana sangat enak apalagi jika pakai wijen. Jadi V memutuskan untuk memesan satu porsi mie hitam.

Dan Hoseok semakin memperhatikan bahwa V tidak bisa menggunakan sumpit bahkan garpu sekalipun. Ia kesulitan setiap kali menyiduk mie dengan sumpit dan membuat mie itu selalu lolos. Nyaris saja V menggunakan tangan kosong untuk menyambar mie hitam dihadapannya ini. Anak idiot! Tapi buru-buru Hoseok segera mencegahnya dan akhirnya 'terpaksa' menyuapi V. Hoseok menyodorkan sesuap mie hitam itu pada V. Lantas V segera membuka mulutnya besar-besar dan melahapnya dengan gembira.

"Hmm nyam nyam," wajah V selalu berseri-seri setiap mendapat suapan yang diberikan oleh Hoseok. Rasa mie hitam itu ternyata benar-benar nikmat. Sepertinya sudah sepuluh kali ia mengatakan bahwa makanan itu enak. Pipinya jadi gembung karena Hoseok menyuapkan mie-nya terlalu banyak. Mood pria itu sudah turun drastis karena banyak orang-orang yang berbisik membicarakan keduanya sejak lama.

V berpindah posisi duduk yang tadinya berada di depan Hoseok kini duduk di sampingnya dengan maksud agar Hoseok lebih mudah menyuapinya. Hoseok sedikit tertegun karena tingkah V yang terlalu gaduh menggeser kursi sembarangan hingga terdengar bunyi decitan.

"Memangnya kau ini tidak pernah makan dengan sumpit atau sendok ya?"

V menggeleng sambil melambaikan tangannya. "Aniyo aku tidak pernah diajarkan uhuk uhuk," tiba-tiba V terbatuk-batuk hebat. Ia tersedak karena tadi ketika berbicara mulutnya masih dipenuhi makanan. Alhasil Hoseok panik, ia lekas mengambil gelas yang ada di hadapannya dan segera menuangkan air dingin.

"Minum ini!" Hoseok menyodorkan gelas yang berisi air mineral itu. V langsung meminumnya dan Hoseok menepuk-nepuk tengkuknya. Hoseok mencoba menenangkan V dengan mengusap-usap kepala belakang V hingga ke leher. Ternyata rambut V sangat halus seperti rambut anak bayi, pikir Hoseok.

"Aaahhhh," akhirnya setelah beberapa saat V merasa lega karena batuknya terhenti. Bibir merahnya jadi basah karena ia meneguk air dengan tidak benar. Hoseok bisa melihat setetes dua tetes air jatuh dari bibir merah V. Pria itu gemas untuk segera menyekanya dengan sapu tangan. Tapi ia terlalu gengsi untuk melakukankannya. Akhirnya ia mengulurkan sendiri sapu tangan miliknya, kemudian V mengambilnya dan segera mengelap bibirnya lalu dikembalikan lagi ke Hoseok setelah bibirnya kering.

"Lain kali jangan berbicara ketika mulutmu penuh!" V manggut-manrgut mendengar nasihat Hoseok kemudian pria itu kembali menyuapkan makanan ke V hingga habis.

Setelah mentraktir makan, V melihat seorang gadis yang membawa semangkuk es krim dengan pisang dan topping cokelat. Sepertinya makanan itu rasanya enak karena ketika gadis itu mencicipi bersama temannya, mereka selalu tersenyum. V jadi penasaran ingin mencobanya. V menarik ujung lengan kemeja Hoseok. Awalnya Hoseok tidak menghiraukan kelakuan iseng V. Namun V terus menariknya hingga membuat pria itu menoleh.

"Apa lagi?" tanya Hoseok galak.

"Aku mau itu," seru V menunjuk ke arah es krim yang dibeli gadis berambut pendek sebahu.

"Tadi kan sudah makan banyak, masih mau makan es krim juga?" keluh Hoseok. V mengangguk cepat dan mengeluarkan senjata puppy eyes-nya.

"Heh anak ini benar-benar!" Hoseok mengeluarkan lagi dompetnya lalu memesan es krim banana split pada pelayan.

Hoseok menyiapkan kembali sejumlah pertanyaan-pertanyaan dasar untuk V demi kepentingan interogasinya. Sementara V sibuk mencicipi es krim itu.

"Hmm dingiiiin!" seru V yang asyik menikmati es krim rasa vanilla itu. Hoseok berpikir, benarkah orang dihadapannya ini adalah malaikat seperti yang dibicarakan orang-orang? Tapi bagi Hoseok dia hanyalah anak remaja biasa.

"Baiklah, jadi siapa namamu?"

V belum menjawab dan masih sibuk menyuapkan es krim ke dalam mulutnya.

"V."

"V? Nama lengkap?"

V menggeleng sambil menyuapkan sesendok es krim ke mulutnya lagi. Lagi-lagi ia asyik sendiri menikmati sensasi dingin es krim tersebut, kali ini ia mencoba yang rasa cokelat.

"Ya! Mana mungkin kau terlahir dengan satu huruf saja?"

"Itu memang benar."

"Hah baiklah." Hoseok menuliskan nama V di notes kecilnya. "Lalu berapa usiamu?"

V masih mengunyam es krim dingin di mulutnya.

"Empat ratus delapan belas."

"Mwo? Jawabanmu ini ngaco sekali!"

V langsung membekap mulutnya sendiri. Bodoh. Seharusnya ia bilang 18 tahun saja. Usianya memang saat ini sudah mencapai empat ratus tahun. Namun itu adalah usia dari kaum mereka. Senior Seokjin sendiri usianya sudah lebih dari seribu tahun. Manusia tidak ada yang berusia lebih dari itu. Untungnya Hoseok sama sekali tidak curiga.

"18," jawab V cepat lalu tersenyum kaku.

"Kemarin kau berbicara mengenai teman-temanmu? Bisa kau jelaskan padaku siapa saja mereka?" lanjutnya.

Gawat. V tidak boleh menceritakan klan mereka pada manusia. Bisa-bisa ia disebut sebagai seorang pengkhianat. Kalau V berkata bahwa ia ditinggal di kaki gunung Yongmasan nanti Hoseok akan kesana dan memeriksa tempat itu. Tempat itu 'sedikit' hancur karena mereka mendaratkan kapal luar angkasa mereka di atas tanah itu.

V harus jawab apa?

"Aku ditinggal teman-temanku ketika malam tahun baru," jawab V kaku. Ia tidak tahu harus berkata apa jadi V terpaksa berbohong.

"Ditinggal? Kau ingat siapa saja wajah teman-temanmu?"

"Aku tidak ingat." lagi-lagi V berbohong.

"Yang benar?"

V mengangguk. Hoseok memicingkan matanya lalu menuliskan kembali jawaban V di notes-nya.

"Dimana tempat tinggalmu?"

V menggeleng. Lagi-lagi ia tidak tahu harus berkata apa. Hoseok pikir apa anak ini mengalami amnesia. Tiba-tiba ia menyentuh kening V, menyibakkan poni oranye miliknya dan memeriksa apakah ada bekas luka di kepalanya. Bisa saja V amnesia setelah jatuh di atas kap mobilnya. V refleks memundurkan kepalanya agar tidak berdekatan dengan tangan Hoseok.

"Kenapa menghindar?" tanya Hoseok.

"Kau mau apa?" V malah balik bertanya.

"Aku hanya memastikan kalau kau tidak mengalami cidera kepala," jawab Hoseok. V menjadi waspada, ia takut Hoseok mencoba membaca pikirannya.

Setelah interogasi singkat di kafetaria tadi Hoseok membuat dugaan bahwa V di-bully oleh sekelompok orang yang ia pikir adalah temannya. Kemudian ditinggalkan sendiri di tempat yang tidak diketahui olehnya lalu ia mengalami amnesia. Hoseok akan membawa V ke rumah sakit dan memastikan apakah V mengalami tindak kekerasan.

Ada satu hal lagi.

Hoseok masih bingung kenapa V bisa mengeluarkan cahaya. Ia masih melihat rekaman CCTV itu, memutarnya berulang-ulang. Dua jam lebih ia berkutat di layar komputernya hanya untuk memutar rekaman itu. Hoseok harus menemui pakar yang dapat menganalisa gambar. Bisa jadi cahaya yang nampak itu adalah lampu sorot dari mobil.

Mungkin juga tidak.

Dan kenapa V bisa jatuh di atas mobilnya?

.

.

.

Hoseok pulang dan membawa V kembali ke apartemennya. Entah kenapa ia melakukan hal ini. Ia tidak tega membiarkan V sendiri berada di penjara yang dingin. Hoseok juga memberikan V baju, celana termasuk pakaian dalamnya. Ukuran tubuh mereka sama, tinggi mereka juga hampir sejajar walaupun umur mereka terpaut cukup jauh (Hoseok berusia 27 tahun).

Hoseok juga membantu mengeringkan rambut V dengan towel karena anak itu keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih menetes-netes dan jatuh ke lantai. Lantainya jadi basah dan Hoseok tidak suka akan hal itu. Kali ini penampilan V nampak lebih bersih. Tidak ada lagi jas kotor dan kusam. Rambutnya jadi berantakan dan agak basah karena habis keramas. Dan Hoseok bingung kenapa tidak ada luka lebam lagi di tubuh anak itu padahal dua hari sebelumnya ia jatuh tepat di atas mobilnya. Hoseok memeriksanya ketika V sedang membuka bajunya.

"Sakit tidak?" tanya Hoseok sambil menekan punggung V.

"Aniyo," sahut V menggeleng.

Hoseok juga tidak merasakan ada yang aneh pada tubuh V. Tidak ada kelainan pada tulangnya. Hoseok bisa mendiagnosanya karena dulu dia adalah anggota palang merah remaja. Luka lebam itu hilang dengan sendirinya karena V memiliki kekuatan healing yang sangat cepat. Kini V nampak baik-baik saja dan semakin ceria.

Baru saja ditinggal sebentar Hoseok melihat V yang hendak meneguk botol wiski favoritnya. Hoseok berlari dan segera menyambar botol miliknya.

"Jangan minum ini!" pekik Hoseok.

"Aku haus," sahut V yang berusaha membela diri.

"Tapi jangan minum sembarangan. Ini alkohol tahu!" seru Hoseok sambil membuka lemari pendingin dan mengambil sekaleng soda susu untuk V.

"Jangan sentuh yang bukan milikmu!"

"Ne, mianhae hyung." V menjadi merasa bersalah. Ia menerima kaleng soda susu itu. Tapi ia tidak bisa membuka penutup kaleng tersebut. Ia mengetuk bagian atasnya dengan jemarinya. Hoseok gemas melihat tingkah idiot V, ia segera menyambar kembali kaleng soda susunya, membuka penutupnya lalu memberikannya pada V.

"Buka kaleng saja tidak bisa!" gerutu Hoseok.

"Hihihi..." V terkekeh dan langsung meneguknya sampai habis. Hoseok tercengang melihat V yang mampu menghabiskan sekaleng susu 240 ml hanya dalam satu kali tegukan sekaligus. Beberapa tetes susu lolos dari celah bibirnya hingga membasahi lehernya. Tenggorokan V bergerak secara teratur ketika meneguk susu. V mengusap bibirnya lalu bersendawa persis di depan wajah Hoseok. Iuh menjijikkan!

Di ruang tengah V duduk di sofa empuk berwarna cokelat tua dan menonton tv sementara Hoseok di dapur sedang menyiapkan makanan. Awalnya V memaksa untuk ikut membantu Hoseok memasak tapi Hoseok menolaknya mentah-mentah. Menggunakan sumpit saja tidak bisa bagaimana caranya V memasak? Hoseok membiarkan V menonton tv di ruang tengah, dari dapur ia bisa memantau aktivitas yang dilakukan oleh V. Nampaknya anak itu tidak bertingkah yang aneh-aneh.

V mengganti channel tv tanpa menggunakan remote. Ia hanya perlu mengendalikan telekinesisnya dan layar akan berubah sendiri sesuai dengan keinginannya. Tapi Hoseok tidak sadar akan hal itu.

Di dapur Hoseok sedang memasak bibimbap walau dengan sayur ala kadarnya. Ia masih bisa menambahkan potongan daging sapi dan keju beku yang ia temukan di lemari pendingin. Yang terpenting adalah saus bibimbap homemade ala Hoseok dan rasanya sudah tidak perlu diragukan lagi.

Hoseok mengaduk-aduk saus diatas teflon, ia mengambil sendok kecil dan mencoba mencicipinya sedikit.

"Hmm aromanya enak sekali," seru V yang berbicara di belakang telinga Hoseok. Pria itu menjerit dan langsung loncat menjauhi V karena terkejut. Aneh sekali. Kenapa tiba-tiba saja ia bisa muncul di belakangnya tanpa membuat suara sedikitpun. Hoseok meloncat dan menyenggol gagang teflon hingga membuat saus bibimbapnya berceceran. Sebelum itu terjadi V menghentikan waktu. Tangannya bergerak untuk memperbaiki agar saus bibimbap yang berceceran tadi kembali masuk ke teflon. Setelah semuanya beres V kembali menjalankan waktu seperti semula. Hoseok terkejut, hampir saja ia kehilangan keseimbangan.

"Anak ini benar-benar!" Hoseok hendak melayangkan sendok yang digenggamnya ke arah V.

"Lain kali jangan muncul tiba-tiba seperti hantu begitu!"

V menautkan kedua telunjuknya, ia meminta maaf pada Hoseok.

"Untung saja sausnya tidak tumpah," seru Hoseok. V juga bernafas lega mendengarnya.

"Tapi perasaanku tadi menyenggol ini deh tapi kok," gumam Hoseok. "Ah ya sudahlah." V tersenyum se

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet