Special Chapter

The Man Who Came from the Star [BTS VHope]
Please Subscribe to read the full chapter

V terbangun dan menatap jam beker yang menunjukkan pukul 2 siang. Dia tertidur sangat lama setelah meminum obat penurun demam. V menyentuh keningnya sendiri, akhirnya setelah dua hari sakit kini demamnya sudah turun. Ternyata efek obat yang semalam ia minum telah bekerja dengan cepat.

V tidak menemukan Hoseok di ranjang, hanya ditemukan bekas-bekas pijakan pada permukaan sprei tepat di samping V berbaring. Bahkan selimutnya dibiarkan terurai ke bawah. V menemukan sebuah kertas kecil di atas sprei.

Selamat pagi V! Apa kau tidur nyenyak semalam? Hari ini aku pergi untuk bekerja dan mungkin pulang malam. Tolong jangan ke kantor karena aku mendadak sedang ditugaskan keluar.

P.S. Ada lasagna di lemari pendingin, hangatkan dengan oven pada suhu 85 derajat sleama 10 menit.

V membaca setiap tulisan Hoseok, padahal malam ini adalah malam natal tapi Hoseok malah sibuk bekerja. Apa boleh buat, V akan menghabiskan waktunya sendiri di apartemen menunggu Hoseok. V beranjak dari tempat tidur dan merapikan selimut dan bantal. Setelah itu ia membasuh muka, lalu pergi ke dapur untuk mengisi perutnya yang kosong. V mengambil lasagna dan menghangatkannya di dalam oven, me-setting oven persis yang ditulis oleh Hoseok.

V mengulum lasagna yang lembut di mulutnya sambil cemberut, sesekali ia menghentakan sendok di mangkuk dengan kasar. Sejujurnya ia kesal karena Hoseok berjanji untuk tidak bekerja karena mereka berdua berencana untuk menghabiskan malam natal bersama. Tapi begitu Hoseok mendadak pergi bekerja, mood V langsung berubah jadi jelek.

V mencari kontak Hoseok di ponselnya, ia berniat untuk memaki pria itu karena telah melanggar janjinya. Seharusnya Hoseok minta ijin cuti saja. Tapi telepon dari V tidak di angkat oleh Hoseok. V makin gemas ingin menghampiri Hoseok, dimana pun dia berada. Tetapi Hoseok melarangnya dan ia harus menuruti perkataan Hoseok karena V telah mempercayainya.

Sementara itu Hoseok baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan mampir ke toko pernak-pernik natal yang menjadi langganannya. Hoseok pernah kesini bersama V kala waktu itu untuk membeli hiasan untuk pohon natal. Hoseok datang kembali untuk mengambil pesanan hadiah miliknya.

Si petugas mengeluarkan kado natal spesial Hoseok yang sengaja ia siapkan jauh-jauh hari untuk V. Hoseok mengulas senyum melihat kotak kado persegi yang dibungkus dengan kertas kado merah khas natal dengan pita gold.

"Terimakasih telah mau dititipkan sampai selama ini," ujar Hoseok.

"Sama-sama Tuan Jung," sahut si petugas toko.

.

.

.

Di dalam lift Hoseok terus menggenggam erat kado yang sudah ia siapkan. Sejak tadi dari parkiran bibirnya tidak berhenti mengulas senyum, memikirkan kejadian-kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Hoseok berharap V akan menyukai kado natal darinya.

Saat ini waktu sudah hampir tengah malam, mungkin V sudah tertidur, pikir Hoseok. Ia menyalakan lampu lorong dan bergerak menuju ruang tengah, meletakan kado natalnya dengan hati-hati persis di bawah pohon natal. Hoseok menuju ke kamar untuk melihat keadaan V, dia membuka pintu kamar sedikit. Dari jauh pria itu melihat sosok V yang tertidur pulas.

Hoseok menghampiri V, "Selamat tidur," bisiknya lembut di telinga anak itu. V segera mencengkeram tangan Hoseok hingga membuat jantungnya nyaris copot. Ternyata V belum tidur.

"Yya! Kau hampir membuatku mati berdiri!" pekik Hoseok. V bergeming menunjukan raut wajah kesal sekaligus kecewa pada Hoseok.

"Iya baiklah aku minta maaf," Hoseok berlutut di depan V yang tidak mau melepas tangannya. "Apa yang harus aku lakukan agar kau tidak marah padaku?" tanya Hoseok dengan suara yang menggoda.

"Tidurlah! Aku tahu kau lelah," sahut V yang datar.

"Hmm baiklah," Hoseok menurut. Nampaknya V benar-benar marah pada dirinya. Hoseok melangkahi tubuh V dan berbaring tepat di sebelahnya. Hoseok merentangkan sedikit kedua tangannya hendak melingkarkan lengannya tepat di atas kepala V. Namun anak itu tidak mau mengangkat kepalanya untuk membiarkan Hoseok menyisipi lengannya.

"Lain kali jangan berjanji kalau kau tidak bisa menepatinya" sahut V ketus.

"Kumohon mengertilah, aku ditugaskan mendadak V!" Hoseok memasang tampang memelas. Tapi itu tetap tidak meluluhkan hati V. Anak itu malah berbalik dan membelakanginya. Kaum V memang sangat sensitif pada sesuatu yang sifatnya melanggar. Oleh karena itu wajar jika ia kesal dengan pelanggaran kecil yang kerap kali dianggap sepele oleh manusia.

"Sudah jangan banyak bicara, kubilang tidur! Tubuhmu butuh istirahat!"

Hoseok malah mendesis kemudian beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan V sendirian.

"Mau kemana?" tanya V.

"Aku mau tidur di sofa saja!" balas Hoseok.

"Wae? Seharusnya aku yang marah padamu!" ujar V, suaranya mulai meninggi.

"Tidak nyaman jika aku tidur dengan orang yang sedang kesal denganku, yang ada nanti aku malah tidak bisa tidur!" sahut Hoseok yang meninggalkan V.

V memicingkan matanya, bibirnya pun mencibir. Ia segera menggunakan kekuatan teleportasi untuk menghilang dari atas tempat tidur dan muncul tepat di depan Hoseok.

"Astaga!" Hoseok melompat terkejut karena lagi-lagi V hampir membuat jantungnya copot.

V melipat tangannya, wajahnya masih menunjukan kemarahan. Baru kali ini V begitu marah pada Hoseok. Namun itu tidak membuat Hoseok takut. Pria itu malah membalikan tubuh V dengan cepat dan menutup mata anak itu. Hoseok menyuruhnya untuk berjalan menuju pohon natal.

"Ada apa ini?" tanya V yang berjalan tersendat-sendat karena pandangannya ditutup oleh tangan Hoseok. Hoseok tidak menjawab dan menekan pundak V hingga ia berjongkok tepat di depan pohon natal mereka. Hoseok pun akhirnya membuka mata V. Di depan terdapat sebuah kotak kado natal untuk V. Hoseok tidak mau menunda lebih lama lagi karena saat ini jam sudah menunjukan lewat tengah malam yang berarti natal telah tiba. Pria itu menyuruh V untuk segera membukanya.

"Jangan gunakan kekuatanmu untuk mengintip apa isinya," seru Hoseok. "Jadikan ini sebuah kejutan"

V menguraikan ikatan pita, kemudian merobek ujung kertas kado yang melapisi kotak itu. Tutup kotak dibuka olehnya perlahan. Aroma khas barang toko yang baru dibeli meruak pada winter coat berwarna cokelat kacang mede dengan enam kancing bulat besar berwarna hitam di sisi kirinya.

"Waaahhh ini bagus sekali," seru V dengan mata yang berbinar menatap hadiah pemberian Hoseok. V mengenakan winter coat itu, ukurannya pas di tubuhnya. Selama musim dingin V hanya mengenakan winter coat milik Hoseok dan ia selalu mengeluh kesempitan karena tubuhnya lebih besar dari Hoseok.

"Aku senang kalau kau suka dengan hadiahnya" sahut Hoseok bahagia.

"Terimakasih," V tersenyum. "Tapi aku masih marah padamu loh!"

"Aissshh, kau ini susah sekali ya diajak berdamai?" keluh Hoseok.

V sibuk melipat winter coat-nya, dia tersenyum tapi Hoseok sama sekali tidak mengetahuinya.

.

.

.

"V! Cepat bangun!" teriak Hoseok seraya memukul bantal ke tubuh V.

"Ngg.... ahhh ini masih terlalu pagi," keluhnya. V masih merasakan kantuk karena semalam dia baru tidur jam 3 pagi. Hoseok memaksa V untuk bangun karena ia ingin mengajak V jalan-jalan. Tapi V masih menggeliat manja di ranjang, sesekali merentangkan tubuhnya atau meringkuk membentuk huruf C. Hoseok menarik selimut yang menutupi tubuh V dengan kasar. Anak itu kembali meringkuk kedinginan padahal AC kamar sudah di-nonaktifkan.

"Ayolah V, aku sudah berbohong pada orang-orang kantor untuk tidak datang karena harus membawamu ke rumah sakit. Aku sengaja melakukannya agar kita bisa menghabiskan waktu bersama hari ini!"

"Uhm," V mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, kemudian terdiam sejenak dan mengusap bulu matanya yang teduh

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet