Chapter 6

The Man Who Came from the Star [BTS VHope]
Please Subscribe to read the full chapter

"Jika benar ada begitu banyak cara untuk mengubah manusia yang jahat menjadi baik, kupikir ini adalah cara yang tepat."

🌟🌟🌟

Di suatu malam Hoseok dan V berjalan kaki bersama, seperti biasa pulang dari kantor Hoseok. Kali ini tanpa kendaraan karena saat ini jam sudah menunjukan pukul sebelas malam dan bus sudah tidak ada. Tadi sore mobil Hoseok juga masuk ke bengkel. V menawarkan teleportasinya agar mereka bisa cepat tiba di apartemen. Tetapi Hoseok menolak. Bukannya apa-apa, dia hanya ingin menikmati waktu berduanya dengan V. Sekarang sudah larut malam, tapi masih banyak mobil yang berlalu lalang. Akhir-akhir ini pekerjaan Hoseok memaksanya untuk lembur.

Hoseok berjalan lebih cepat, V kesulitan mengikutinya. Pria kurus itu sudah terbiasa berjalan cepat karena pekerjaannya sebagai sherif menuntutnya untuk bergerak cepat. Jika tidak nanti penjahat yang dikejarnya bisa melarikan diri.

Hoseok terus berjalan hingga akhirnya berhenti. Bukan untuk menunggu V yang masih tertinggal di belakang, melainkan ia menatap ke atas langit Seoul yang gelap gulita. Agak lama ia mendongakan kepalanya ke atas, hanya ada sedikit bintang yang tergantung disana.

V berlari menuju Hoseok dan menubruknya dari belakang. Kedua lengan V melingkarkan pinggang Hoseok. Tangannya yang besar merapatkan kuncian, kepalanya muncul disisi kiri bahu Hoseok.

"Eh kenapa?" tanya Hoseok.

"Aku mau memelukmu saja," sahut V pelan.

Hoseok celingukan menatap sekelilingnya. Tidak ada siapa-siapa jadi kemungkinan besar tidak ada orang yang melihat merekaβ€”dua orang lelaki berpelukan.

V merasa kalau Hoseok sedikit risih, mungkin khawatir kalau-kalau ada yang melihat mereka berdua terlihat bermesraan seperti ini. Jadi V segera melepaskan pelukannya. Namun Hoseok menyentuh punggung tangan V, mengusap-usap tangan anak itu lalu menahannya agar tidak melepaskannya.

"V apa di tempat tinggalmu ada sesuatu hal yang indah?" tanya Hoseok.

"Ada!" jawabnya semangat. "Di bintang ada banyak pemandangan yang indah tapi kehidupan disana selalu statis. Tidak seperti di bumi. Manusia cenderung memiliki pola pikir untuk terus berkembang. Maka dari itu kaum kami ingin terus belajar dari manusia"

"Benarkah? Kalau begitu apa yang paling indah bagimu?"

"Yang paling indah bagiku adalah ketika melihat Nebula." Hoseok tidak tahu apa itu Nebula, kemudian V menjelaskan. "Itu hanya debu yang bertabrakan di angkasa dan jadi 'jembatan' antar bintang. Orang berpikir bahwa Nebula itu adalah bintang tetapi sebenarnya bukan."

Hoseok mendengarkan V yang terus berceloteh mengenai Nebula. Dia tidak begitu tertarik karena ia pikir itu hanya sekumpulan gas yang menjadi debu. Namun V mengatakan kalau kumpulan debu itu menciptakan berbagai warna yang berbeda. Ada 14 jenis Nebula yang baru ditemukan saat ini. V menyebutkannya satu persatu. Nebula mata kucing menjadi favoritnya karena menurut V bentuknya itu menyerupai matanya yang besar dan meruncing tajam ke samping, seperti mata kucing.

"Hee? Memangnya ada yang seperti itu?" tanya Hoseok tidak percaya.

"Benar hyung! Bentuknya seperti ini." V membulatkan matanya dan menarik bagian upper lash line-nya ke samping dengan telunjuknya. Hoseok menjauhkan kepalanya dari wajah V karena ia nampak konyol.

"Hentikan! Kau terlihat jelek jika seperti itu!" keluhnya. Pada akhirnya usaha V berhasil membuat pria itu menggunakan ponselnya hanya untuk mem-browsing foto Nebula mata kucing.

"Kau harus ke tempatku untuk melihatnya secara langsung hyung!" V mengguncangkan lengan Hoseok berkali-kali.

"Mana mungkin, aku tidak bisa kesana!" keluh Hoseok.

"Ngomong-ngomong apa ada Nebula yang bisa dilihat dari langit bumi secara langsung?" tanyanya.

V menjawab bahwa ada satu Nebula yang bisa dilihat dari langit bumi, namanya Nebula Orion. Tapi sayangnya itu hanya bisa dilihat pada akhir tahun saja. Hoseok mengeluh karena menurutnya itu sangat merepotkan. Tapi V mengelak karena baginya perjuangan untuk melihat Nebula itu akan terbayar begitu melihat keindahannya secara langsung.

Sudah larut malam, udara semakin dingin dan menusuk tulang Hoseok. Tapi memang cuaca saat ini sedang ekstrim. Hoseok menghela nafas dan terlihat hembusan udara yang keluar dari mulut dan hidungnya bersamaan. Pelukan V begitu menghangatkan tubuh Hoseok.

"Bahkan aku tidak pernah semesra ini dengan mantan-mantan pacarku," keluhnya sambil tertawa.

"Hihihi..." V juga tertawa mendengarnya. Hoseok sudah mulai tidak canggung lagi ketika melakukan skinship dengannya. Sentuhan dari V begitu tulus dan Hoseok tidak ingin melepaskannya. Dia tidak mau berpisah dengan V. Namun waktu akan terus berjalan. Hoseok melihat lagi ke atas langit yang begitu gelap, hanya ada sedikit bintang yang berkelap-kelip. Sepertinya tidak ada bintang Canopus yang V maksud pada malam ini. Hoseok ingin menikmati setiap sisa-sisa waktunya bersama dengan V. Entah kapan anak ini akan kembali ke asalnya. Entah kapan bintang Canopus itu muncul ke bumi. Hoseok hanya berharap kalau bintang itu tidak akan pernah muncul.

V mendengarkan isi hati Hoseok. Sejujurnya dia menjadi sedih, bukan karena dia mengetahui kalau Hoseok tidak menginginkan dirinya untuk pulang ke tempat asalnya, tetapi V sedih karena dia tidak mau meninggalkan Hoseok sendirian.

"V bagaimana kalau seandainya..." Hoseok terdiam sejenak.

"Ya Hoseok hyung?"

"Seandainya jika kau tidak kembali dalam waktu yang sangat lama, lalu aku tidak bisa menemanimu suatu hari nanti hmm..." lagi-lagi Hoseok terdiam. "Apa yang akan kau lakukan?" tanyanya.

V tersenyum getir, dia sudah menduga kalau Hoseok akan menanyakan hal itu. V melepaskan pelukannya, Hoseok tidak terkejut dengan sikap V. Mereka memang perlu membicarakan ini bersama. Keduanya tidak mungkin saling menutupi satu sama lain karena tidak bisa dipungkiri kalau suatu hari nanti hal itu akan terjadi. Mungkin saja V akan kembali ke tempat asalnya dan meninggalkan Hoseok atau V terus menunggu hingga bintang Canopus yang jatuh ke bumi entah kapan dan Hoseok menemaninya sampai menjadi tua dan akhirnya mati.

"Mana mungkin hal itu terjadi?" V terkekeh. "Kita akan terus bersama, meski pada akhirnya aku tidak bisa pulang sama sekali," suara V makin mengecil.

"Tapi tidak ada yang abadi di bumi V. Kau lihat? Usiamu sudah ratusan tahun tapi masih awet muda seperti ini, sedangkan manusia seperti diriku baru berusia 27 tapi lebih cepat menua dan mati." jelas Hoseok.

"Lalu jika aku yang mati dan meninggalkanmu duluan, bagaimana?" sergah Hoseok. Ucapan pria itu membuat V bersugesti dan membayangkan seandainya Hoseok yang meninggalkan dirinya duluan. V tidak tahu harus memberikan jawaban apa untuk Hoseok. Yang jelas dia tidak mau kehilangan Hoseok. Dia bukan hanya manusia yang baik, bagi V Hoseok adalah segalanya.

"Aku tidak tahu, mungkin aku akan mati juga," jawab V. Suaranya yang berat menjadi semakin redup. Pria di depannya ini masih terdiam dan belum merespon jawaban yang keluar dari mulut V. Hoseok mengepalkan tangannya dan V dapat merasakan kalau dia mulai merasa marah.

"Cih itu jawaban yang bodoh!" Hoseok berbalik dengan cepat untuk melihat wajah V. Hoseok melipat tangannya, membuat V tidak berani menatap mata pria itu.

"Kalau aku mati suatu hari nanti, kau harus tetap hidup. Meski itu artinya sudah tidak ada diriku lagi di sisimu, kau harus tetap bertahan di bumi sampai sunbae-mu datang menjemputmu," suara Hoseok sedikit parau, sepertinya dia menahan emosi.

"Berjanjilah!" seru Hoseok yang mengangkat kelingkingnya. "Berjanjilah padaku agar kau tidak melakukan hal bodoh seandainya aku mati, oke?"

V tersenyum melihat wajah Hoseok, dia tahu kalau pria itu masih menahan emosinya. Di dalam pikiran Hoseok, V mengetahui kalau pria itu sangat mengkhawatirkan dirinya. Hoseok takut jika esok hari akan kehilangan V.

V menautkan kelingkingnya pada kelingking Hoseok sebagai simbol perjanjian di antara mereka.

"Mari lupakan percakapan ini sejenak, kita harus jalani hidup bersama," ujar Hoseok seraya mengumbar senyumnya yang manis. Yang paling manis menurut V karena senyum Hoseok seperti cahaya matahari, bintang paling besar dan bersinar lebih terang di antara bintang-bintang lainnya.

Setelah berkutat cukup lama akhirnya mereka kembali berjalan bersama. Tinggal beberapa blok lagi mereka akan sampai. Tangan kanan Hoseok meraih tangan kiri V dan menggenggamnya. V tersentak dan menoleh ke arah hyung-nya itu. Hoseok tetap berjalan sambil menatap lurus ke depan. Pikirannya kosong jadi V tidak bisa membacanya.

Suara gemuruh petir terdengar. Nampaknya sebentar lagi akan turun hujan. Hoseok dan V memutuskan untuk mempercepat langkah mereka.

"Aneh ya sudah malam begini malah hujan." gumam Hoseok.

V menengadahkan kepalanya, pantas saja bintangnya hanya sedikit malam ini. Rintik-rintik air hujan mulai turun dan membasahi wajah V.

Hoseok mengajak V untuk melakukan lomba lari dengan gerbang apartemen sebagai garis finish mereka. Pemenangnya akan tidur di kasur, sementara bagi yang kalah akan tidur di sofa. V menyetujui duel yang diberikan Hoseok. Anggap saja perlombaan kecil-kecilan ini sebagai ajang tiba di apartemen sebelum hujan semakin deras. Mereka berdua bersiap-siap untuk lari.

"Satu... dua... tiga..." Hoseok dan V berlari bersamaan. Hoseok memimpin lomba lebih dulu. Dia terus berlari sambil berteriak-teriak tidak jelas karena perasaannya meluap-luap menikmati keseruan ini. V tersenyum melihat Hoseok yang nampak bahagia. Namun dia segera tersenyum picik dan menggunakan teleportasinya untuk mendahului Hoseok.

"HEY ITU CURANG HEH V BERHENTI!!!" pekik Hoseok yang masih berlari. V tertawa lepas, kemudian dia berlari mundur dan meledek Hoseok.

"Kau sama sekali tidak bilang yah kalau aku dilarang untuk menggunakan kekuatanku."

"Heh tapi seharusnya kau harus bertindak adil dong!" Hoseok mempercepat larinya untuk mengejar V. V yang masih berlari dengan mundur langsung berbalik dan berlari dengan sangat cepat seperti kilat. Kedua lelaki itu terus tertawa menikmati momen sepanjang perjalanan pulang.

.

.

.

Ponsel V bergetar, baru saja terlelap beberapa menit ia jadi terbangun lagi dari tidurnya. V langsung menyambarnya. Sebuah pesan singkat muncul di layar ponselnya, V meng-klik layar dan mulai membaca pesan tersebut.

WAKTUMU SUDAH LEWAT DARI 2 HARI V! AKU TUNGGU JAWABAN SAMPAI MALAM INI

V menelan ludah, satu-satunya kontak yang ia simpan di ponsel pemberian Yoongi mengiriminya pesan. Cepat atau lambat pasti Yoongi akan menanyakan kembali mengenai penawaran beberapa waktu lalu. Jemarinya mulai mengetikkan kata satu persatu.

KITA BISA BICARAKAN INI BAIK-BAIK HYUNG.

V mengirim pesan tersebut. Satu menit. Dua menit. Jarum terus bergerak namun Yoongi tidak juga membalas. V kembali mengirim pesan yang berbeda untuk Yoongi.

BALAS, KUMOHON.

V merasa gusar, mau tidak mau ia harus bertemu dengan Yoongi. Setelah melalui beberapa pertimbangan akhirnya V menteleport dirinya menuju ke sebuah tempat dimana Yoongi berada saat ini. Beberapa detik kemudian ia tiba di jembatan Hannam, tempat dimana Yoongi melihat V menggunakan kekuatannya. Dari kejauhan nampak seseorang dengan mengenakan hoodie hitam. V mengetahui kalau itu adalah Yoongi.

"Akhirnya kau datang juga." seru Yoongi. Langkah V terhenti untuk membatasi jarak antara dirinya dengan pria itu. Sepertinya dia sudah menyadari kehadiran V sejak tadi.

"Kedatanganku kesini bukan untuk menerima tawaranmu beberapa waktu lalu."

"Hmm begitu," ia terdiam sejenak. "Ternyata kau tidak takut kalau nanti identitasmu akan kubongkar."

"Pasti ada cara lain untuk menyelesaikan permasalahan ini."

"Kita bisa buat perjanjian V. Aku akan menyimpan rahasiamu, tapi dengan satu syarat." Yoongi melanjutkan. "Setelah melihat kemampuanmu melumpuhkan penjahat ketika berada di Donggu, aku berpikir apabila menggunakan kekuatanmu itu akan mempermudah pekerjaanku. Dengan begitu kepala inspektur akan percaya dengan hasil pekerjaanku, kemudian ia akan menaikkan jabatanku," jelasnya.

V tidak bisa melakukannya. Jelas itu adalah perbuatan keji. Selama Hoseok mengetahui kekuatan V, dia tidak pernah memaksa V untuk menggunakan kekuatannya itu hanya demi pekerjaannya.

"Jadi V, apa jawabanmu?"

"Tidak bisa, itu namanya curang."

Yoongi tertawa kecil. "Terkadang manusia perlu berbuat curang untuk menguntungkan sebagian kecil hidup mereka."

"Sebenarnya apa motifmu melakukan semua ini? Apa yang akan kau lakukan setelah memperoleh kekuasaan?"

"Hanya satu," Yoongi tersenyum.

"Menyingkirkan hyung kesayanganmu itu, Jung Hoseok!"

Astaga, jadi persaingan antara Hoseok dengan Yoongi benar-benar tidak bisa dianggap remeh. Sepertinya sulit jika harus membuat kedua kubu ini berdamai. Yoongi begitu membenci Hoseok, dan V bisa merasakan aura kebencian itu. Tidak, ini berbahaya! V harus mencegah niat buruk Yoongi pada Hoseok.

"Tapi makhluk kami juga punya pertimbangan dan risiko yang besar jika menggunakan kekuatannya sembarangan pada manusia." jelas V.

"Begitu? Jadi aku anggap kau sudah menolak tawaranku," ujar Yoongi. "Tidak ada tawaran untuk kedua kalinya jadi kau jangan berharap." lanjutnya sambil melepar senyum tipis.

V menelan ludah,

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet