Forget Him
Give Me Your LoveLupakan dia Soojung. Lupakan dan bukalah hatimu untuk orang lain yang lebih menghargaimu, lebih menyayangimu.
Seperti aku, contohnya.
Jongin merasa tidak tenang. Berkali-kali pemuda itu menatap pintu masuk ruang karaoke mereka dengan cemas. Jung Soojung, tutor –teman –sekaligus target tersayangnya belum juga kembali dari toilet padahal ini sudah 30 menit berlalu.
“Sehun bilang dia pulang duluan.”
Perhatian Jongin teralihkan atas informasi yang baru saja disampaikan Junmyeon.
“Dasar, sudah datang terakhir, eh ini malah pulang duluan. Bilang saja mau pacaran,” cibir Kris sambil berdecak pelan.
Jongin berpikir sejenak. Entah kenapa dia merasa melupakan suatu fakta bahwa Sehun tadi juga ke toilet, beberapa saat setelah Soojung dan Jinri yang lebih dulu pergi ke sana. Dan satu fakta lagi yang terlewat adalah, ketiganya belum kembali dan ini malah Sehun berpamitan untuk pulang lebih dulu.
“Mau ke mana, Jong?” tanya Lay ketika Jongin tiba-tiba saja beranjak dari tempatnya.
“Melihat keadaan Soojung. Kurasa dia sudah terlalu lama berada di toilet,” jawab Jongin. Setelahnya pemuda itu bergegas pergi.
Jongin berjalan menuju toilet dengan langkah terburu-buru. Yang ada dipikirannya saat ini adalah Soojung. Jongin ingat bagaimana sikap Sehun pada Soojung tempo lalu. Meski si gadis mengatakan bahwa sahabatnya itu tidak melakukan apapun padanya, tetap saja Jongin merasa ada yang tidak beres degan hubungan Sehun dan Soojung. Dari gelagatnya, Jongin rasa Sehun sudah menyakiti Soojung. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa Sehun ingin lepas dari pengagum rahasianya itu melalui taruhan dengan dirinya. Jadi, tak salah jika Jongin curiga kalau ada kemungkinan Sehun menyakiti Soojung, lagi?
“Soojung.”
Jongin segera menghampiri Soojung yang baru saja keluar dari toilet. Gadis itu segera menoleh ke arahnya. Kedua matanya memerah dan wajahnya terlihat pucat. Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan dirinya?
Perhatian Jongin sedikit teralihkan dengan keberadaan Luhan di sisi Soojung. Salah seorang sahabatnya itu dengan begitu posesif menopang bahu Soojung, seakan takut gadis itu terjatuh.
“Apa yang sudah terjadi?”
“Jangan banyak tanya. Soojung butuh istirahat sekarang. Dia harus pulang.” Soojung yang sudah membuka mulut berniat menjawab pertanyaan Jongin segera mengurungkan niatnya. Luhan sudah lebih dulu menyela sebelum bibirnya mengucapkan sesuatu.
“Kau mau pulang?”
Soojung mengangguk pelan. Jongin mendesah sebentar lantas mencoba mengambil alih Soojung dari sisi Luhan. Sayang, niat Jongin berhasil dihalangi oleh Luhan. Pemuda itu segera menepis tangan Jongin yang hendak membawa Soojung lepas dari sisinya.
“Biar aku saja yang mengantarnya pulang.”
Kedua alis Jongin tertaut sempurna. Kenapa tiba-tiba temannya itu perhatian sekali pada Soojung? “Tapi, dia berangkat bersamaku. Jadi, pulang juga harus bersamaku,” Jongin tak begitu saja menyerah untuk dapat mengambil alih Soojung.
“Tidak, Jong. Sebaiknya aku saja yang…..”
“Tidak perlu repot-repot, Luhan-ssi,” suara Soojung tiba-tiba terdengar. “Jongin benar. Aku ke sini bersamanya. Jadi pulang juga bersama dia,” lanjut gadis itu.
“Tapi…” baru saja Luhan hendak membantah, tetapi segera dia katupkan bibirnya. Kini Soojung menatapnya penuh harap agar Luhan tidak bicara apapun lagi. Dan Luhan tidak bisa menolak permintaan Soojung. “Baiklah,” akhirnya Luhan memutuskan untuk mengalah.
Kedua sudut bibir Jongin terangkat ke atas. Dia merasa menang karena Soojung baru saja memilihnya. Dengan segera Jongin membawa Soojung ke sisinya. Meraih bahu gadis itu dan merangkulnya lembut.
“Terima kasih atas bantuannya, Lu,” kata Jongin sambil membawa Soojung berlalu pergi.
Luhan menatap kepergian Soojung dengan pandangan nanar. Selalu seperti ini. Selalu dia yang menenangkan gadis itu dari kesedihannya. Tetapi selalu saja Soojung tidak memilih berada di sisinya. Dulu Sehun dan kali ini Jongin?
“Ini tidak akan lama,” gumam Luhan. “Ketika saatnya tiba, Soojung akan membenci keduanya. Dan dia akan datang kepadaku, pasti.”
O0O
Jinri meremas ujung roknya dengan gusar. Sesekali gadis itu mencuri pandang ke arah pemuda yang berada di sebelahnya. Pemuda itu masih saja fokus ke depan sambil memegang kemudi mobil.
“Aku minta maaf.”
Seketika Jinri menoleh dan menatap pemuda di sebelahnya itu. Pemuda tampan yang selalu berhasil menarik perhatiannya.
“Maaf karena terlambat datang. Dan maaf karena sudah mengajakmu tadi. Aku juga tidak tahu kalau Soojung ada di sana.”
Jinri tersenyum dan menggeleng pelan, “Tidak masalah. Semua yang terjadi bukan kesalahanmu.”
Pemuda itu menghela napas sejenak, “Tapi, tetap saja. Kali ini pun sama kau terlibat masalah karena ulahku,” katanya lagi. “Maaf karena aku tidak bisa melindungimu. Aku benar-benar bukan teman yang baik.”
Teman?
Jinri merasa menelan sesuatu yang pahit saat mendengar kata itu. Benar, teman. Seharusnya Jinri sudah mengetahui di mana batasnya. Pemuda yang dikaguminya ini hanya menganggapnya teman. Tidak lebih.
“Aku benar-benar tidak mengerti dengan Soojung. Kupikir dia bisa sedikit berubah. Yah, walau aku tidak pernah mengharapkannya. Aku bahkan tidak ingin dia berubah dan berakhir dengan melepau begitu saja. Kau tahu kan, kalau aku sangat tidak suka dijodohkan?”
Jinri mengangguk pelan.
“Benar, aku ingin menemukan calonku sendiri. Bukan dijodohkan seperti ini. Apalagi dengan Soojung yang manja dan maunya menang sendiri.”
Comments