Love Him?

Give Me Your Love
Please Subscribe to read the full chapter

O-oh itu tidak mungkin. Masa dia mulai menyukai Kim Jongin?

.

.

.

.

 

Soojung menatap refleksinya di cermin yang terpasang di lokernya dengan pandangan kosong. Wajahnya terlihat kusut dan begitu pucat. Soojung memegangi pipi dan dahinya secara bergantian. Hangat.

Gadis itu menghela napasnya secara perlahan. Bahkan udara yang keluar dari hidungnya pun terasa hangat. Mungkin ini efek karena kurang tidur semalaman. Soojung ingat betul kalau kedua matanya mulai dapat terpejam pada pukul 4 dini hari. Dan itu artinya dia hanya tidur sekitar lebih kurang 2 jam. Waktu istirahat yang kurang untuk kondisinya saat ini.

 

“Kau terlihat tidak sehat.”

 

Soojung mengerjap pelan ketika mendengar suara seseorang dari belakang tubuhnya. Ketika memandang lurus ke depan, terlihat bayangan seseorang di belakangnya. Sontak kedua bola mata Soojung membulat. Sesegera mungkin gadis itu menutup pintu lokernya dan berupaya untuk bersikap senormal mungkin.

 

“Mau ke mana Soojung?”

 

Soojung menghentikan langkahnya saat lengannya di tahan oleh sosok tadi. Kepalanya menunduk, enggan untuk melihat lawan bicara. Bibir bawahnya terus digigit untuk mengurangi rasa gugupnya.

 

“Soojung?”

 

“Ke kelas,” gumam Soojung akhirnya. “Aku mau ke kelas.”

 

“Kalau begitu, ayo ke kelas bersama.”

 

Soojung berusaha mengabaikan ajakan lawan bicaranya. Yang paling penting adalah mengabaikan senyuman orang itu. Jika menatapnya saja sudah mampu membuat Soojung gugup, bagaimana dengan melihat senyumannya? Soojung dapat memastikan bahwa dirinya akan kesulitan untuk bernapas.

 

“Ehhm, baiklah,” ucap Soojung kemudian. Secara perlahan dia melepas genggaman si lawan bicara dari lengannya. Dan tanpa berujar apapun lagi, Soojung mulai melangkah mendahuluinya. Tetapi, tak berlangsung lama karena langkah Soojung tiba-tiba berhennti. Hal ini diakibatkan oleh sepasang sepatu yang menghalangi jalannya. Sambil mengernyit Soojung mulai mendongak. Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat siapa yang sudah ada di depannya.

 

“Oh, pagi Sehun.”

 

Sehun yang tadinya menatap Soojung mengalihkan pandangannya. Raut wajahnya berubah semakin datar saat menyadari sosok di belakang Soojung.

 

“Pagi, Jong.”

 

Kedua netra Sehun kembali menatap Soojung lekat. Tetapi, gadis itu mengalihkan pandangannya sesegera mungkin. Kedua telapak tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Dan itu dapat dilihat oleh Jongin.

Pemuda berkulit tan itu tanpa sadar menghela napas kasar. Secara cepat otaknya langsung memutuskan mengenai apa yang harus dia lakukan. Membawa Soojung pergi dari sini dan menghilang dari hadapan Sehun. Maka dari itu Jongin bergerak maju dan menggenggam telapak tangan Soojung dengan lembut.

 

Soojung mengerjap cepat ketika Jongin sudah menggenggam tangannya. Kembali Soojung merasakan letupan ringan di perutnya saat Jongin menyentuhnya. Diamatinya raut wajah pemuda itu dari samping. Pemuda itu tampak menatap lurus ke arah Sehun. Dengan tajam, begitupun sebaliknya. Dan entah benar atau tidak, Soojung merasakan ada aura tidak enak di antara keduanya.

 

“Ayo kita ke kelas, Soojung,” ajak Jongin dengan tetap memandang Sehun.

 

Sebelum sempat menjawab, Jongin sudah menarik Soojung untuk mengikuti langkahnya. Dan dengan sangat terpaksa Soojung mengikuti kemauan pemuda itu. Yah, ini yang terbaik karena Soojung butuh alasan untuk menghindari Sehun. Dan ajakan Jongin ini merupakan pilihan yang terbaik.

 

Sehun menghela napasnya kasar saat Soojung dibawa pergi oleh Jongin. Telapak tangannya mengepal di dalam saku celananya. Rahang tegasya tampak menunjukkan urat emosi. Entah kenapa ada perasaan tidak rela saat Soojung dibawa oleh Jongin tadi. Rasanya sama seperi saat pemuda berkulit putih itu mengetahui bahwa Kim Jongin sudah berani mencium bibir tunangannya. Itulah yang membuat dirinya hilang kendali hingga menyalurkan emosinya dengan mencium Soojung secara kasar.

Sehun kembali menghembuskan napasnya. Kini secara perlahan untuk memperoleh sedikit ketenangan. Yah, Sehun harus benar-benar memikirkan mengenai yang terjadi pada dirinya dengan kepala dingin. Sehun harus mengetahui alasan di balik emosinya yang tidak terkendali ini. Dia harus mengetahui secepatnya sebelum terlambat.

 

O0O

 

Jongin tampak tidak fokus mengikuti instruksi pemanasan yang diberikan ketua kelasnya. Kedua lensanya terus saja menatap sosok Soojung yang berada di depannya. Gadis itu terlihat lebih lemah dari sebelumnya. Terlebih tadi pagi Jongin menemukan raut pucat gadis itu. Jongin sebenarnya sudah menanyakan perihal keadaan Soojung. Tetapi, gadis itu memilih bungkam, tidak menjawab pertanyaan Jongin. Membuat Jongin dengan terpaksa mengalah dan memilih mengamati Soojung dari jauh.

Jongin menghembuskan napasnya secara perlahan. Entah kenapa dia merasa Soojung benar-benar dalam misi menjauhinya. Gadis itu tidak lagi tersenyum saat disapa olehnya. Tidak lagi mengomel saat Jongin menggodanya. Dan yang lebih parah adalah gadis itu terlihat lebih sering melamun. Beberapa kali Jongin melihat kalau Soojung tidak fokus dan memilih memandang ke depan dengan tatapan kosong.

 

Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu?

 

Tanpa sadar Jongin melihat ke sudut sebelah kiri depan. Ada Sehun yang juga tampak tidak fokus melakukan gerakan pemanasan. Jongin memicing ke arah Sehun, dan binggo. Pemuda itu memang tengah memperhatikan Soojung diam-diam –seperti dirinya. Jongin mendengus lantas berdecak kesal. Apa-apaan ini? Apakah sekarang Sehun mulai tertarik pada Jung Soojung, setelah memberikan secret admirer tersayangnya itu pada Jongin?

 

“Baiklah, sekarang lari keliling lapangan 10 kali.”

 

Jongin kembali fokus ke depan setelah mendengar perintah dari sang guru olahraga. Jongin dapat mendengar dengan jelas keluh kesah teman-teman satu kelasnya. Yah, wajar jika mereka kesal. Pelajaran olahraga kali ini hanya sekedar untuk mengisi waktu luang sebelum libur semester nanti. Tetapi, sang guru malah menyuruh mereka melakukan olahraga yang sebenarnya. Seharusnya mereka hanya melakukan permainan ringan seperti main sepak bola, tenis, bola basket, bola voli, apapun asal tidak lari mengelilingi lapangan.

 

“Cepat lari, atau mau menjalani hukuman?”

 

Dengan terpaksa Jongin dan teman-temannya yang lain mengikuti perintah sang guru. Guru olahraganya ini terkenal killer. Jadi, jangan berharap mendapat keringanan setelah melayangkan protes. Yang ada malah kena hukum dengan yang terberat nilai olahraga tidak akan keluar. Sadis bukan?

.

.

.

.

Setelah berlari sekitar 3 kali putaran, Jongin merasakan suatu kejanggalan. Dirinya sedang menjalani putaran keempat, dan Jung Soojung kelihatannya baru akan memasuki putaran keduanya. Jongin menyadarinya ketika dia sekarang sudah berada beberapa meter di belakang Soojung.

Jongin segera mempercepat larinya saat merasa kalau gerakan Soojung mulai melambat. Ketika berhasil menyusul Soojung, pemuda itu segera melayangkan tatapan khawatirnya kepada gadis itu. “Kau baik-baik saja?”

Soojung mengangguk perlahan. Hidungnya kembang-kempis mengatur pasokan oksigen yang masuk ke paru-parunya. Gadis itu tidak berniat menoleh ke arah Jongin dan tetap fokus pada kegiatan lari-nya.

 

“Soojung, sebaiknya kau istirahat. Kau terlihat tidak sehat.”

 

Kali ini Soojung menggeleng. Dan gadis itu tetap betah diam tanpa membalas sama sekali perkataan Jongin dengan suaranya. Dia bukannya tidak mau menjawab. Soojung hanya tidak memiliki waktu untuk itu. Soojung hanya merasakan kalau tubuhnya ngilu semua. Belum lagi hawa panas yang keluar dari hidungnya. Membuat atmosfer di sekitar Soojung terasa tidak nyaman. Dan satu hal lagi yang mungkin baru Soojung rasakan saat ini. Kepalanya mulai terasa pening. Setiap dia melangkah untuk berlari, seolah ada gaya pantul dari bumi hingga membuatnya terkadang tidak mampu menapakkan kaki dengan baik.

 

Soojung mengerjapkan kedua kelopak matanya beberapa saat. Baik, sekarang lebih parah. Soojung merasa padangan di sekitarnya berubah warna –menjadi kelabu. Persis ketika dirinya sedang menonton film lawas yang gambarnya masih hitam-putih.

 

“Soojung?”

 

Soojung masih terus mengabaikan Jongin. Gadis itu menggeleng pelan dan lagi-lagi mengerjapkan kedua kelopak matanya. Berharap pandangannya kembali normal. Tetapi, ternyata gagal. Pandangannya malah semakin kelam, dan tubuhnya mulai terasa ringan.

.

.

.

“Soojung!”

 

Dengan sigap Jongin menangkap tubuh gadis itu. Dan tanpa pikir panjang Jongin segera mengangkat tubuh ramping Soojung ala bridal stayle lantas b

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rizkyginting #1
Chapter 30: akhirnya kaistalnya balekan lagi
amiisiltya #2
Chapter 38: Demi apa luhan sedih bangeeeett. Kasian luhan :"""
affexions
#3
Chapter 38: wow!! that was so sad:( goodjob authornim... aku suka side-storynya walaupun agak sedih juga
ysmnfrh #4
Chapter 35: Plot twist bgt ga nyangka bakal kaya gini. Bagus ceritanya thorrr
viannafe #5
Chapter 37: Thor izin minta psswrdnya dong. Maaf jika gangguin
viannafe #6
Chapter 33: Hyeyeon kok bilang gitu deh. Kan kasian soojong dijelekin
viannafe #7
Chapter 30: Smga sehun rela ngelepaskn soojong. Kaknya jongin digelarnya nenek sihir. Keke
viannafe #8
Chapter 35: Aduh. Kasian bangat Luhan. Sehunie kok jd begini
kyuhyun12 #9
Chapter 36: Aku harap kaistal berakhir bahagia jangan sad ending please
kyuhyun12 #10
Chapter 35: Kerennn kaka ff nya